22. Gak Konsisten

1.3K 69 44
                                    

Jika menunggu itu membosankan, apa berpindah hati itu menyenangkan?
-Struggle
******

  ALATHA baru saja keluar dari kelasnya dan berjalan beberapa langkah menyusuri koridor. Matanya langsung membulat ketika secara kebetulan dia melihat sosok Devan yang kini sedang berjalan menuju ke arahnya. Maksudnya bukan untuk menghampiri Alatha tapi memang sedang berjalan melewati lorong koridor, entah ke mana tujuannya.
Alatha jadi salah tingkah sendiri. Dia segera membalikkan tubuhnya secara refleks dan berniat untuk kembali ke kelasnya karena belum punya cukup keberanian untuk melakukan ini.

  Baru saja dia ingin kabur, tiba-tiba saja dia melihat kepala kedua temannya menyembul di balik pintu kelasnya sambil mengisyaratkan dia untuk segera menemui Devan kemudian kembali bersembunyi di balik pintu. Bertepatan dengan itu, Devan berjalan melewatinya, tanpa menegurnya atau menoleh sedikitpun ke arahnya. Alatha kini dapat melihat punggung cowok itu beberapa langkah menjauh darinya. Dari balik celah pintu, teman-temannya kembali mengintip dan memberikan isyarat supaya dia cepat-cepat menjalankan tantangannya itu.

  Alatha segera menarik napasnya dalam-dalam, lalu berseru memanggil nama cowok itu sebelum cowok itu menjauh, "Devan!" Alatha segera mengigit bibir bawahnya ketika berhasil menyerukan nama cowok itu.

  Devan menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang menatap ke arah Alatha yang kini terlihat mati kutu, "kenapa?" Tanya Devan singkat, padat dan jelas. Mata tajamnya menatap Alatha dengan intens. Alatha terdiam di tempat. Sama sekali tidak berniat untuk langsung menjawab pertanyaan Devan. Karena kesal terlalu lama menunggu Alatha merespon, Devan akhirnya kembali melangkahkan kakinya menjauh.

  Melihat target berupaya menjauh, Alatha segera berlari mendekat ke arahnya lalu menangkap tangan Devan tanpa aba-aba dari otaknya, "tunggu dulu, saya mau ngomong." Seru Alatha spontan dan nyaring.

  Devan menaikkan sebelah alisnya heran. Lalu pandangan matanya terarah pada tangan Alatha yang menggenggam tangannya. Alatha yang baru tersadar segera melepaskan cekalan tangannya dari tangan Devan dengan perasaan yang tidak menentu. "Mau ngomong apa?" Tanya Devan simpel pada Alatha. Moodnya sedang baik hari ini, sepertinya tidak masalah kalau dia meladeni apa mau gadis di depannya ini untuk beberapa saat.

  Alatha menengguk ludahnya, keringat dingin mulai terasa membanjiri tubuhnya. Sialan! Harusnya Alatha tidak usah ikutan permainan terkutuk ini dari awal. Sekarang dia harus menanggung sendiri akibatnya.

  "S-sebenernya.. sebenernya s-saya.." Alatha berkata terpatah-patah. Bicara dengan Devan sama saja seperti bicara di hadapan hakim. Menegangkan.

  "Kalau lo gak bisa ngomong yang jelas, gak usah ngomong." Devan berniat untuk pergi lagi karena Alatha terlalu lama bicara. Namun Alatha kembali mencegahnya dan meminta Devan untuk tinggal sebentar lagi. "Sebenernya saya suka sama kamu, mulai sekarang kita pacaran ya?" Alatha memejamkan matanya ketika dia melontarkan kata-kata itu dengan kecepatan yang luar biasa.

Namun biarpun begitu, Devan masih bisa mendengarnya dengan jelas. Alatha tidak tahu lagi apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang jelas dia benar-benar sedang menahan malu setengah mati. Dia hanya bisa pasrah dan berharap kalau Devan tidak akan menganggap hal ini sebagai hal yang sungguhan

  Devan terdiam sejenak. Lalu jawaban yang dia katakan selanjutnya mampu membuat lutut Alatha mendadak lemas seketika begitu mendengarnya, "oke." Katanya kemudian. Dengan nada dan ekspresi wajahnya yang datar, seperti biasanya.

  Devan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket hoodienya, lalu berlalu begitu saja dari hadapan Alatha yang kini mendadak membeku di tempat. Alatha tidak dapat berbuat apa-apa lagi kali ini. Tubuhnya seolah tidak bisa merespon apa yang baru saja dia alami barusan. Alatha sudah seperti orang yang tidak waras sekarang. Harusnya dia mengejar Devan dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tapi nyatanya? Alatha tidak mampu melakukan itu.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang