23. Savior

1.2K 59 20
                                    

Ketika kamu sudah memilih satu hati tekuni, jaga sampai mati
-Struggle
*****

   "DE, De, itu roknya tembus." Tiba-tiba saja terdengar suara Teh Ranti —anak dari penjaga kantin yang kebetulan masih sibuk bersih-bersih kantin— mengagetkan Alatha yang masih berada di depan pintu kantin. Alatha segera melihat ke belakang roknya yang ternyata memang tembus. Malu, Alatha pun segera menutupi bercak darah di roknya itu dengan telapak tangannya.

"Aduh iya nih Teh, makasih udah kasih tau saya, kalau gitu saya mau balik ke gedung dulu deh mau ganti rok." Tukas Alatha kemudian segera berlari untuk kembali ke gedung sekolahnya.

Untung saja dia selalu siap bawa pembalut dan juga rok pengganti tiap kali sedang mensturasi. Apalagi ini adalah periode hari kedua. Biasanya sedang banyak-banyaknya. Bukan hal tabu lagi bagi Alatha kalau dirinya pasti akan tembus seperti ini. Yang dia harap, semoga saja Devan ataupun Leon tidak menyadari hal ini. Atau mungkin mereka sudah? Hanya mereka diam saja? Ah, Tuhan!

Begitu sampai di toilet lantai satu, Alatha segera mengganti roknya. Untung saja ada orang yang memberitahunya dan untungnya masih di sekitar sekolah. Kalau saja tadi Alatha sudah keluar dari perkarangan sekolah, pasti akan malu sekali kalau sampai ada orang yang melihatnya di sepanjang jalan menuju ke angkot. Apalagi kalau yang melihatnya adalah laki-laki atau anak-anak cowok yang suka nongkrong di warung. Alatha pasti akan malu sekali.

Selesai mengganti roknya, Alathapun bergegas keluar dari pintu dipan pertama kamar mandi. Namun, dia tersentak kaget begitu baru saja tangannya ingin membuka pintu depan kamar mandi, pintunya tidak bisa dibuka. Terkunci. Alatha mendadak panik detik itu juga. Berkali-kali dia mencoba untuk membuka gagang pintu itu tapi tetap saja tidak bisa. Alatha mendadak pucat seketika. Perasaan cemas dan takut bercampur menjadi satu memenuhi pikirannya. Kenapa pintunya bisa terkunci? Padahal tadi tidak? Apa ada orang yang menjahili Alatha? Masa iya? Perasaan ketika tadi Alatha datang tidak ada satu orangpun yang Alatha temui.

"TOLONG! BUKAIN PINTUNYA! TOLONG!" Alatha berseru nyaring sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi itu berharap ada orang yang mendengarnya dan akan menolongnya. Tapi hasilnya nihil, tidak ada jawaban dari luar sana.

Sepertinya tidak ada satupun yang mendengar teriakannya. Alatha tidak menyerah begitu saja dia terus berseru sambil menggedor-gedor pintu sampai mungkin lima belas menit lamanya. Dadanya mulai terasa sesak karena pasukan oksigen di dalam ruangan toilet ini semakin menipis. Lutut Alatha mulai terasa lemas hingga akhirnya Alatha terduduk lemas di samping pintu toilet namun tetap berusahan berseru dan menggedor-gedor pintu toiletnya. "Tolong— tolong saya—" lirih Alatha dengan suara yang sudah serupa bisikkan.

Matanya sudah mulai terpejam, hingga akhirnya seseorang mendobrak pintu kamar mandi dan mendapati Alatha sudah terduduk dengan lemas di atas lantai toilet. "Alatha! Lo gak apa-apa?" Orang yang adalah Leon itu segera membantu Alatha bangun dan membawanya keluar dari toilet.

"Kak Leon— kok Kakak bisa tau saya ada di sini?" Gumam Alatha.

"Udah, gak penting gimana gue bisa tau lo di sini. Sekarang juga gue antar lo pulang ya." Kata Leon seraya memapah Alatha berjalan dengannya untuk kemudian diantarkannya pulang.

*****

ALATHA dan juga Leon sudah sampai di rumah Alatha sekarang. Alatha tidak menyangka ini kali pertama dalam hidupnya ada laki-laki yang berani menginjakkan kaki ke rumahnya dan langsung berhadapan dengan Ayahnya. Tadi Leon mengantarkannya menggunakan sepeda motor. Tadinya Leon ingin memesan taksi, tapi Alatha bilang tidak usah karena dia masih bisa kalau naik motor. Leon duduk di sofa ruang tamu, sementara sofa yang lainnya diduduki Brama dan juga Alatha yang duduk di sebelahnya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang