57. UnExpected (2)

708 49 6
                                    

Hal baik selalu datang pada orang-orang yang mau bersabar.
-Struggle
******

  "STOP!" Pekik suara yang terdengar seperti suara perempuan itu, "TOLONG JANGAN PUKUL LAGI!"

Alatha kini dapat melihat semua pasang mata yang ada di sana tertuju ke satu titik yaitu ke arahnya. Tak terkecuali dengan sepasang mata tajam yang tidak asing itu. Devan menatap Alatha seolah tak percaya, sementara Alatha yang tidak peduli dengan segala sesuatu yang mungkin akan terjadi malah segera melangkahkan kakinya dan berlari mendekat ke arah di mana Devan berada. Tidak peduli pula dengan beberapa orang pemuda yang terlihat sangar berada di sana tengah memperhatikan gerak-geriknya.

   "Alatha.. lo kenapa ke sini sih?!" Cetus Devan sambil menatap tajam Alatha begitu Alatha telah sampai di dekatnya. Menurutnya Alatha benar-benar gila. Dia malah nekat datang di saat-saat seperti ini. Untuk yang kedua kalinya setelah kejadian Devan konflik dengan Pian, Alatha nekat membiarkan dirinya masuk ke dalam lubang buaya.

  Tadi Alatha memang nekat izin pulang duluan dengan alasan tidak enak badan. Awalnya Alatha sedikit ragu karena walaupun memang faktanya tubuhnya sedikit kurang fit —karena sering begadang dan tidak napsu makan— alasan utamanya dia izin pulang duluan karena ingin cepat-cepat menemui Devan seperti yang dikatakan oleh Maxime.

Saat minta izin tadi Alatha tadi sempat berbicara dengan terbata-bata pada Bu Endang karena dia memang tidak pandai membuat alasan, tapi karena tadi dapat sedikit bantuan dari Maxime untuk bicara Alatha kemudian tetap dibolehkan pulang duluan. Setelah berhasil meminta izin untuk pulang lebih dahulu, Maxime lalu menyuruhnya untuk datang ke warung Pak Kodim karena dia yakin Devan pasti ada di sana.

  Akhirnya tanpa basa-basi lagi Alatha langsung bergegas menuju ke sana. Walaupun Alatha sedikit melenguh pelan karena begitu dia keluar dari lobi ternyata cuaca sedang gerimis kecil, Alatha tetap membulatkan tekadnya untuk menemui Devan. Tapi siapa sangka kalau dia akan menemui Devan dengan keadaan seperti sekarang ini.

  "Devan kamu kenapa bisa begini sih?" Bukannya menghiraukan ucapan Devan Alatha malah sibuk mengkhawatirkan keadaan Devan sekarang. Dia benar-benar panik bukan main dan itu membuat dirinya menjadi tidak bisa berpikir jernih. Tidak peduli lagi kalau aksinya itu kini tengah menjadi tontonan orang-orang yang tadi berkelahi dengan Devan.

Mendengar hal itu, Devan lantas mendecakkan lidah kesal menatap tajam Alatha kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Antony dan teman-temannya yang lain —yang masih menontoni adegan itu— lalu kembali menatap Alatha dan berkata, "gua gak apa-apa," katanya penuh penekanan, "mendingan sekarang lo pergi, lo dateng ke sini sama aja cari mati." Tukas Devan.

Alatha menggeleng, "gak Van, saya mau tetep di sini, kamu gak mungkin gak kenapa-kenapa udah jelas-jelas muka kamu babak belur begini. Saya mau tetep di sini." kekeuh Alatha membuat Devan kembali merutuk.

Melihat kedatangan Alatha yang tiba-tiba serta gerak-gerik Alatha yang sepertinya sangat khawatir dengan keadaan Devan sekarang, Antony lantas memasang tampang yang sulit diartikan. Sepertinya Devan punya hubungan khusus dengan gadis ini. Pacar? Atau teman? Sepertinya bagi Antony yang paling benar adalah opsi pertama. Antony tersenyum penuh arti begitu terlintas satu pikiran keji di kepalanya. Kemudian dengan tanpa perintah Antony berjalan mendekat ke arah Devan dan Alatha kemudian tanpa permisi pula dia langsung menarik lengan Alatha menjauh dari Devan. Membuat tak hanya Alatha, tapi juga Devan terkejut dibuatnya.

"Dia cewek lo?" Tukas Antony disertai smirk khasnya, "cantik juga." Katanya kemudian merangkul Alatha erat.

"Lepasin!" Mendapat perlakuan seperti itu Alatha lantas memberontak namun sepertinya tenaganya tidak cukup kuat untuk melepaskan cekalan tangan Antony dari tangannya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang