24. Bahan Pertimbangan

1.5K 65 23
                                    

Karena sikap bisa merubah perasaan seseorang terhadapmu.
Struggle
******

LEON memarkirkan sepeda motornya ke garasi besar rumahnya, lalu melenggang pergi masuk ke dalam rumah. Dia sudah melihat motor Devan terparkir di sana, itu artinya Devan sudah pulang ke rumah. Beruntung, karena dia tidak perlu menunggu lebih lama lagi untuk menegur dia tentang masalah Alatha tadi. Bagaimanapun juga, Leon yakin ini pasti masih ada sangkut pautnya dengan Devan. Leon masuk ke dalam rumahnya yang luas dan hal pertama yang dia temukan adalah Devan sedang bersantai sambil menonton televisi layar besar di ruang tengah. Seragam sekolahnya masih melekat di tubuhnya, sepatu juga masih dipakainya, tas sekolah di letakkan di sembarang.

Leon segera mendorong kedua kaki Devan yang semula berada di atas meja ketika sampai di dekat menggunakan kedua tangannya, membuat mata elang Devan refleks langsung menatap tajam ke arahnya, "gua udah bilang berapa kali, buka sepatu lo dan jangan taruh kaki lo di atas meja kalau lagi nonton di sini. Kotor." Kata Leon kemudian dia duduk di sofa samping Devan.

Devan mendecakkan lidahnya kesal, mengambil kasar tas ranselnya yang berada di bawah karpet, lalu mulai mengambil ancang-ancang untuk pergi dari sana. Dia selalu kehilangan selera untuk melakukan apa-apa kalau sudah ada Leon di sana.

"Gue belum selesai ngomong sama lo Devan." Tukas Leon membuat Devan tidak jadi melangkahkan kakinya pergi.

"Mau ngomong apa? Gua gak punya waktu buat ngurusin hal-hal yang gak penting." Kata Devan mengambil jeda beberapa saat sebelum akhirnya kembali melanjutkan kata-katanya, "Dan menurut gua setiap hal yang ada hubungannya dengan lo itu semuanya yang gak penting." Ketus Devan kemudian. Membuat Leon yang mendengarnya hanya bisa menghela napas gusar. Bukan hal baru lagi kalau perlakuan tidak menyenangkan ini selalu dia terima dari Devan. Karena memang begitulah karakter Devan yang sebenarnya. Bebal.

"Kalau ini ada sangkut pautnya dengan Alatha? Lo masih bilang ini gak penting?" Pancing Leon membuat Devan menjadi tertarik untuk tahu lebih lagi dengan apa yang ingin disampaikannya.

Devan bergeming sejenak. Otaknya sama sekali tidak tergiur untuk mengetahui berita apa yang ingin disampaikan Leon kepadanya tentang Alatha, baginya tidak terlalu penting juga untuk diketahuinya. Namun sialnya hatinya malah berkata yang sebaliknya. Seperti ada dorongan dari dalam diri Devan untuk tahu apa yang sebenarnya telah terjadi lagi pada gadis itu kali ini.

Akhirnya dengan terpaksa Devan kembali duduk di sofa membiarkan Leon bebas mengeluarkan apa yang ingin dibicarakan kepadanya. "Apa?" Tanya Devan dengan ekspresi yang seolah tidak terlalu tertarik dengan pembicaraan ini.

   Baginya bicara dengan Leon sama saja bicara dengan Ayahnya. Selalu bersikap sok tahu dan bersikap sok bijak. Wajar saja, Leon adalah anak kandungnya sementara Devan? Bukanlah siapa-siapa. Tidak heran kalau karakter Leon sama dengan Ayahnya.

Leon tersenyum simpul menyadari kalau ternyata Devan benar-benar tertarik dengan topik yang ingin dia bahas ini. Jujur, selama dia dan Devan tinggal di atap yang sama dan memiliki status sebagai kakak-adik, baru kali ini Devan berminat untuk mendengarkan pembicaraannya. Dia benar-benar tidak tahu masalah apa yang ada dalam diri Devan sehingga membuat adiknya itu seolah begitu membencinya. Ternyata hanya karena dia ingin membahas hal yang ada sangkut pautnya dengan Alatha, barulah Devan rela untuk mendengarkannya.

"Apa benar lo pacaran sama Alatha seperti yang tadi siang lo bilang?" Tukas Leon membuka topik.

"Apa urusannya sama lo?" Tanya Devan.

"Gua cuma nanya, kalau iya jawab aja iya kalau enggak ya tinggal jawab enggak." Tukas Leon.

"Kalau iya kenapa, kalau enggak kenapa?" Tanya Devan.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang