45. The Call

1K 50 20
                                    

Pada hati yang dilanda ragu, dengan sejuta pilu yang membelenggu.
Cepat beri jawab, apa aku benar sudah suka padanya? Atau semua ini hanya ada dalam dongeng mimpiku saja?
-Struggle
*****

   ALATHA baru saja selesai makan malam bersama keluarganya. Hari ini Ibunya memasak cumi asam manis kesukaannya dan satu porsi cumi asam manis tersebut dengan cepat langsung disulap habis oleh Alatha masuk ke dalam perutnya. Alatha yang biasanya menjadi orang yang paling terakhir menghabiskan makanannya setiap kali makan bersama keluarganya khusus hari ini bisa menghabiskan makanannya hanya dalam hitungan lima menit. Setelah mengobrol beberapa saat bersama keluarganya dan setelah mencuci bersih piringnya Alatha memutuskan untuk kembali ke kamarnya,

  "Yah, Bun, Alatha ke kamar ya, mau belajar." Kata Alatha pada Brama yang masih duduk di meja makan sambil mengupas buah jeruk, dan Melati yang sedang membereskan piring bekas makanan di atas meja.

  "Suruh Adik kamu belajar juga." Kata Brama lalu memakan buah jeruk yang sudah dikupasnya.

  "Iya, sekalian bilangin Icha suruh belajar ya, Nak. Jangan nonton drama Korea terus, tiap pagi dia bangun matanya sembab kayak habis dipukul orang." Kata Melati dengan sedikit aksen guyon di kalimat akhirnya.

  Mendengarnya Alatha lantas terkekeh kecil, "iya, Yah, Bun." Kata Alatha yang kemudian melangkah menuju anak tangga ke kamarnya.

  "Kenapa cowoknya mati sihhhh???huaaaaa- hiks..hiks.."

  Alatha lantas menghentikan langkahnya tepat di depan kamar dengan pintu bersablon bunga dandelion berwarna putih kepunyaan Icha — adiknya— begitu mendengar suara tangis dari dalam ruangan tersebut. Alatha yakin Icha pasti sedang asik nonton drama. Karena selesai makan tadi dia langsung melesat naik ke kamarnya dengan tergesa-gesa. Akhirnya karena perintah orang tuanya menyuruh Icha untuk belajar, Alathapun mulai mengetuk pintu kamar adik perempuannya itu.

  Tok..tok..

  "Icha, disuruh Ayah sama Bunda belajar, jangan nonton drama mulu nanti hidup kamu jadi penuh drama." Kata Alatha sambil terkikik geli sendiri.

  Selang beberapa saat kemudian terdengar sahutan dari dalam sana, "iya Kak sebentar, hiks— tanggung nih, cowoknya mati." Jawab Icha kemudian terdengar sesegukan di akhir kalimatnya. Mendengarnya Alatha lantas hanya geleng-geleng kepala. Tidak mau ambil pusing dan merasa sudah menjalankan perintah orang tuanya untuk menyuruh Adiknya belajar, akhirnya Alatha memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke kamarnya yang hanya berjarak beberapa meter dari kamar Adiknya.
 
  Baru saja Alatha membuka pintu kamarnya, suara merdu dari band bernama The Chainsmokers berjudul All we know menggema seantero ruangan kamarnya membuat kedua mata Alatha lantas membuka lebar begitu mendengarnya. Alatha segera masuk ke dalam kamar dan setelah menutup pintu kamarnya dia langsung berlari kecil menuju ranjangnya, tempat di mana dia meletakkan benda tersebut terakhir kali.

  Begitu hampir sampai di tepi ranjang, Alatha langsung melompat naik ke tempat tidurnya kemudian dengan secepat kilat mengambil ponsel miliknya untuk melihat siapa yang meneleponnya, namun baru saja tangannya memegang ponselnya tiba-tiba saja panggilannya terputus lagi membuat Alatha melenguh pelan karena kalah cepat.

  24 missed calleds

"Astaga, sampai dua puluh empat missed called!" Alatha melotot begitu melihat di layar ponselnya kalau sudah ada dua puluh empat panggilan tidak terjawab. "Niat banget." Katanya lagi. Beberapa saat speechless melihat banyaknya panggilan tak terjawab, dia kembali dikejutkan begitu melihat ada panggilan masuk lagi. Begitu melihat siapa nama penelepon, wajah Alatha mendadak berubah menjadi sumeringah. Nama Devan kembali tertera di depan layar ponselnya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang