61. Nighty Night Pizza

818 40 27
                                    

"To young heart. Keep beating, keep breaking, keep Falling in love"
-Struggle
******

Pletak..

Kelopak mata Alatha yang masih terpejam rapat kembali bergerak begitu mendengar suara seperti suara kaca dilempar batu kecil itu. Ini sudah yang kedua kalinya Alatha mendengarnya. Perlahan tapi pasti, kedua mata Alatha terbuka. Dia melirik jam weaker di atas nakas kecil samping ranjangnya untuk melihat sekarang jam berapa. Sudah hampir tepat jam sebelas malam. Alatha merasa sedang setengah bermimpi. Mungkin suara tadi hanya bagian suara dari mimpinya saja.

Namun, baru saja dia memilih untuk tidak peduli dan ingin kembali memejamkan mata, suara itu kembali terdengar dan sontak membuat kedua matanya langsung membuka lebar. Untuk sesaat, Alatha berpikir suara itu hanya ilusi tapi terdengar sangat nyata dan asalnya dari balkon jendela kamarnya. Seperti ada orang yang sengaja melempar batu ke jendela. Tapi malam-malam begini siapa orang kurang kerjaan yang mau melakukan hal konyol semacam itu?

Pletak!!

"Siapa itu?!" Alatha lantas menarik tubuhnya yang semula berbaring berganti menjadi posisi duduk. Jantungnya mulai berdetak tak beraturan dan keringat dingin tiba-tiba keluar membasahi keningnya.

Segala kemungkinan bisa saja terjadi dan Alatha mendadak menjadi takut sendiri. Apalagi mengingat sekarang ini Ayahnya sedang tidak ada di rumah dan saat ini semua orang di rumahnya itu perempuan. Mungkin saja itu maling? Mungkin mereka sudah mengintai rumah Alatha sejak jauh-jauh hari dan tahu kalau saat ini di rumahnya hanya ada Ibu, Adik perempuannya dan dirinya saja? Ah, tapi masa iya maling melakukan hal bodoh seperti ini? Melempar batu ke kaca jendela rumah yang sudah ditargetkannya. Bukankah itu malah membuat sang pemilik rumah terbangun dan akan menggagalkan aksinya? Benar-benar bodoh pemikiran Alatha barusan.

Memilih untuk tidak menggubris perasaan takutnya, Alatha mulai menyibak perlahan selimut yang semula menutupi tubuhnya, bergerak menuruni ranjang tempat dia tidur lalu melangkah hati-hati ke arah jendela. Begitu sampai tepat di depan kaca jendela, tangannya terulur guna membuka sedikit gorden jendelanya untuk melihat siapa pelaku yang telah melempar batu ke kaca kamarnya.

Gak ada orang, batin Alatha. Tenggorokannya terasa tercekat. Kalau bukan orang? Terus siapa? Jangan-jangan— Alatha menengguk ludahnya dengan susah payah. Dia ingin sekali berteriak dan keluar dari kamarnya untuk mengadukan hal ini pada Ibunya tapi urung. Setan gak mungkin bisa ngelempar batu. Batinnya kembali berkata.

Akhirnya karena rasa penasarannya lebih besar daripada rasa takutnya, Alatha nekat memberanikan diri untuk membuka pintu balkon kamarnya. Setelah menarik napas dalam-dalam, Alathapun membuka pintu tersebut dan melangkah keluar dari kamarnya. Kedua mata Alatha memicing mencoba melihat adakah orang di perkarangan rumahnya atau tidak, dan di saat itu juga kedua matanya lantas membelalak kaget begitu melihat seorang cowok memakai hoodie hitam berkupluk tengah berdiri di perkarangan rumahnya sambil melambai ke arahnya.

"Ya Tuhan!" Alatha berteriak spontan dan langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya saat itu juga. Dia kaget bukan main. Dia sempat berpikiran negatif bahwa itu bukan manusia, tapi begitu melihat secara jelas kalau kaki orang itu masih menapak di tanah akhirnya dia bisa tenang juga.

Alatha mengusap-usap kedua matanya supaya dapat melihat lebih jelas siapa orang yang saat ini ada di perkarangan rumahnya. Barulah setelah orang itu menyibakkan kupluk dari kepalanya Alatha dapat melihat dengan jelas kalau orang tersebut ternyata adalah....

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang