Trouble makers are so cute. But dangerous.
-Struggle
******ALATHA sudah berada di kantin menyusul teman-temannya dan baru saja menceritakan tentang pertemuan tidak disengajanya dengan anak baru itu untuk yang kedua kalinya. Dan menurut pengalaman yang dia rasakan, pertemuan dengan anak baru itu dua-duanya tidak berakhir menyenangkan. Yang pertama dia harus rela kakinya terkilir karena ditabrak cowok itu dan sekarang dia bisa saja ikut terseret dalam masalah kalau sampai Bu Feranda tahu kalau dia diam saja ketika melihat anak baru bernama Devan itu mengambil sepatu miliknya tanpa sepengetahuan guru bagian kesiswaan itu. Beruntung tadi Alatha bisa sempat keluar dari ruangan bagian kesiswaan sebelum Bu Feranda menyadari kalau sepatu milik cowok itu sudah raib. Kandas. Sirna.
Harusnya Alatha bisa bertindak lebih berani untuk menegur anak baru itu. Tapi entah mengapa kenyataannya Alatha memang terlalu takut dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Faktanya Devan itu anak baru, dan Alatha tidak tahu bagaimana karakter asli cowok itu. Bisa saja dia melakukan tindakan yang radikal kalau Alatha melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. Apalagi melihat tatapan matanya yang serupa dengan tatapan seorang kanibal yang siap memangsa orang di depannya hidup-hidup, Alatha bahkan masih bisa membayangkannya.
"Tapi kalau dipikir-pikir, kenapa ya cowok ganteng itu rata-rata punya sikap yang dingin sok jual mahal gitu? Padahal kalau mereka bisa bersikap lebih hangat sama perempuan, pasti mereka bakal menang banyak tuh." Sahut Anna meluber ke mana-mana dari topik bahasan.
"Enggak juga kok, Kak Leon misalnya, tuh cowok gantengnya maksimal tapi masih ramah sama cewek sama ade kelasnya aja ramah banget. Udah baik, pinter, ketua OSIS, taat tata tertib, perfect lah." Ralat Nela.
"Wah gue bilangin Maxime loh Nel, muji-muji cowok lain. Mentang-mentang Maxime gak ada lo jadi ngomongin cowok lain terus." Tukas Anna memberi ancaman.
"Eh jangan lah, parah banget sih lo sama temen sendiri. Lo tau sendiri sikapnya Maxime gimana? Cemburuan." Ujar Nela pada Anna.
"Ya makanya jangan suka ngomongin cowok lain kalau udah punya cowok, nanti cowoknya cemburu buta terus khilaf mutusin lo gimana? Bisa nangis darah kali lo, Nel." Tukas Anna sembari terkekeh yang hanya dibalas dengan cebikan dari Nela.
"Terus-terus gimana lanjutan ceritanya, Tha? Dia gak sampai ngapa-ngapain lo di ruang BK kan?" Anna kembali mengalihkan pandangnya pada Alatha.
"Ya gak ngapa-ngapain sih, gue cuma parno aja soalnya dia natap gue kayak orang punya dendam kusumat gitu, belum lagi gue masih gak bisa lupa soal kejadian hari jumat kemarin, dia udah buat kaki gue sakit dan dia gak nolongin sama sekali, minta maaf aja enggak." Tukas Alatha.
"Sabar aja Tha, kan udah dibilang tadi kalau biasanya cowok-cowok semacem anak baru itu emang tabiatnya kebanyakan gitu. Tapi biasanya juga cabe-cabean sekolah pada gak peduli tuh sama sikap sok jual mahal cowok jenis begitu, liat aja gak sampe seminggu tuh anak baru udah banyak yang ngegebet, apalagi Kakak-Kakak kelas yang pada doyan sama berondong pasti langsung ngantri tuh buat deketin dia." Ujar Anna kembali menggosip.
"Ya udah lah, gue gak mau mikirin juga. Gue sih sekarang lebih berharapnya semoga Bu Feranda gak sampai ikutan ngehukum gue juga gara-gara anak baru itu." Kata Alatha sambil kembali menyesap minuman cappucino hangat yang tadi di pesannya.
Nela yang memperhatikan Nadin sedari tadi diam, tak banyak bicara, akhirnya menegur temannya yang satu itu sambil sedikit gurauan, "Nad? Diem aja dari tadi. Mikirin apa sih? Mikirin utang?" Tukas Nela pada Nadin. Sejak setelah upacara tadi pagi memang Nadin tidak banyak bicara. Ya, walaupun sudah menjadi ciri khasnya yang memang pendiam tapi biasanya untuk urusan gosip seperti ini Nadin juga suka ikut nimbrung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle
Teen Fiction[TAMAT] Dia dingin, posesif, sulit ditebak seperti cuaca dan terkesan angkuh. Dunianya begitu abu-abu, sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang membuat dunianya menjadi lebih hidup. Alatha. Seorang gadis yang ternyata mampu menaklukan hatinya ya...