46. Fact

954 46 12
                                    

Terkadang lebih baik kita tidak tahu kebenarannya daripada mengetahuinya tapi malah jadi beban pikiran.
-Struggle
*****

   ALATHA meletakkan satu keranjang penuh berisi buah-buahan di atas nakas yang ada di samping ranjang tempat Leon berbaring. Hampir semua anggota OSIS datang menjenguk Leon kecuali Nadin dan dua orang lainnya yang berhalangan hadir. Banyak yang tidak menyangka kalau Leon sampai bisa masuk ke rumah sakit karena kecelakaan. Mereka baru mendengar kabar ini dari kepala sekolah kemarin, namun baru hari ini memutuskan untuk menjenguknya langsung. Tadi mereka sempat mengobrol sebentar dengan Leon, menanyakan apa penyebab dia bisa kecelakaan seperti ini, Leon hanya bisa bilang kalau pada saat itu dia hanya sedang mengantuk saat berkendara.

  Leon sengaja bilang begitu karena tidak mungkin berterus terang mengatakan kalau dia kecelakaan karena takut tertangkap polisi karena habis balapan liar. Reputasinya bisa hancur apabila dia harus berkata apa yang sebenarnya terjadi padanya.

  "Makasih juga kalian semua udah mau jenguk gue." Kata Leon lagi. Perban masih membungkus sebagian kepalanya karena ada luka di bagian keningnya akibat terbentur stir mobilnya. Mobilnya memang termasuk mobil canggih. Tapi sayangnya tidak dilengkapi air bags yang biasanya menggembung ketika mobil menabrak sesuatu sebagai alat keselamatan ketika terjadi kecelakaan. Tapi untung saja Leon tidak apa-apa. Hanya menderita luka ringan dibagian kepalanya saja.

"Santai, Yon. Kayak sama siapa aja. Kita semua kan kayak keluarga. Kita-kita di sini pasti bakal doain supaya lo bisa cepet sembuh, kelas gak rame kalau gak ada lo." Kata Adrian.

  "Iya benar, Kak. Kakak harus banyak istirahat, jangan gerak terus biar cepat sembuh." Kata Alatha menimpali.

  Leon tersenyum, lalu menatap teduh ke arah Alatha, melihat raut wajah gadis itu, tiba-tiba Leon jadi teringat sesuatu. Alatha adalah alasan kenapa dirinya sampai rela ikut balapan liar dengan Devan hanya karena ingin memperebutkan Alatha. Leon tidak berharap banyak sekarang. Dia tahu apa yang dia lakukan jelas-jelas tidak benar. Harusnya dari awal dia tidak usah nekat melakukan ini.

   Leon bergeming sejenak, dia sudah memikirkan tentang hal ini semalaman suntuk. Dia tidak bisa hanya stagnan dalam situasi seperti sekarang ini. Dia berpikir, walaupun pada akhirnya Alatha mungkin akan memilih Devan sebagai pacarnya setidaknya dia juga bisa tahu perasaan yang selama ini Leon pendam kepadanya. Maka dari itu, Leon memutuskan kalau dirinya akan berterus terang pada Alatha tentang semua perasaannya kepada Alatha. "Boleh gue ngobrol empat mata sama Alatha sebentar?" Kata Leon lalu mengalihkan pandangannya dari Alatha pada Adrian dan yang lainnya.

  Adrian mencibir lalu berdehem setelahnya, "ehem.. roman-romannya ada yang lagi mau PDKT nih." Selorohnya diikuti oleh siulan dari anggota OSIS yang lainnya.

  "Widiiiiiiwww lagi sakit aja masih pengen berduaan ya, anjay dah gas terus Kak!" Sahut Bima tak kalah heboh.

  Suasana mencair seketika dibumbui gelak tawa. Satu ruangan yang tadinya hening penuh empati mendadak menjadi ramai karena siulan dan sahut-sahutan anak-anak OSIS yang menggoda baik Alatha maupun Leon. Namun Alatha hanya bisa senyum-senyum menanggapinya. Dia sama sekali tidak ambil hati karena memang teman-teman OSISnya selalu seperti ini tiap kali berkumpul. Mereka selalu menjodoh-jodohnya dirinya dan Leon. Tapi Alatha selalu menganggap hal itu sebagai candaan semata.

     "Udah sih, Tha sama Leon aja. Ketimbang sama siapa tuh namanya, anak kelas X3 yang berandalan itu?" Verrel yang juga teman satu kelas Leon ikutan nimbrung, "si Devan! Nah iya itu, masih mendingan juga sama si Leon daripada sama tuh anak." Katanya lagi.

  "Iya, Tha, lo mau-mauan aja dideketin sama tukang buat onar begitu. Ntar kalau lo pacaran sama dia terus diapa-apain gimana? Keliatan urakan gitu anaknya." Sahut Adrian lagi.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang