71. Jenguk (2)

788 32 12
                                    

Bersama-samalah dengan laki-laki yang ketika marah masih memperlakukan kamu dengan baik.
-Struggle
******

Sepeda motor sport Devan melipir ke arah florist yang kebetulan ada di sisi jalan menuju rumah sakit tempat di mana Vera —Ibunya Devan— dirawat. Devan memutuskan untuk membeli satu buket bunga sebagai hadiah ulang tahun Ibunya itu. Tadi dia sudah sempat mampir ke super market untuk membeli kue ulang tahun. Walaupun tahu rasanya percuma membeli semua itu karena Vera tidak mungkin bisa melihatnya tapi Devan tetap membelinya.

  Jujur saja seperti ini sama sekali bukan ciri khas Devan. Bisa dibilang ini kali pertama dia membelikan hadiah-hadiah seperti ini di hari ulang tahun Ibunya. Dulu setiap orang yang ada di rumahnya berulang tahun, Devan selalu menghindar. Dia terlalu cuek dan tidak mau peduli dengan hari-hari penting orang lain maupun orang tuanya sendiri. Padahal Vera selalu memberikan kejutan tiap dia atau Leon berulang tahun, begitupun Pandu —Ayahnya—

  Kemudian setelah sampai di parkir depan florist, Devan mematikan mesin sepeda motornya lalu melepas helm yang ada di kepalanya. Setelah itu diapun segera turun dari motor, pun juga Alatha. Devan menoleh ke arah Alatha ketika melihat gadis itu kesulitan membuka helm yang ada di kepalanya. Tidak berpikir apa-apa lagi, Devan segera membantu Alatha melepaskan helmnya.

  "Makasih ya?" Ucap Alatha setelah Devan selesai melepaskan helm dari kepalanya.

  Devan mengangguk lalu berkata, "ayo ke dalem, bantuin cari bunga." Katanya. Alatha mengangguk kemudian keduanya segera melangkahkan kaki masuk ke dalam florist.

  "Bunga mana yang bagus?" Tanya Devan pada Alatha. Dia sama sekali tidak paham soal bunga-bunga seperti ini.

  "Ini bagus." Alatha menunjuk bunga mawar merah yang ranum yang ada di dalam sebuah vas di sudut toko bunga tersebut. Devan menatap mawar merah yang ditunjuk Alatha. Ibunya memang suka mawar merah, makanya Leon sering sekali membelikannya untuk dihias di ruangan tempat Vera dirawat.

"Tolong bunga mawar merah yang itu dibikin buket." Kata Devan pada pemilik toko bunga. Pemilik toko bunga tersebut langsung menyanggupi permintaan Devan dengan segera menyiapkan beberapa tangkai mawar dan membungkusnya menjadi satu buket bunga mawar yang indah.

"Ini bunganya, dek." Kata wanita paruh baya yang adalah pemilik toko bunga itu sambil menyerahkan buket bunga yang dipilih Alatha tadi kepada Devan. Devan mengangguk, kemudian membayar.

"Kamu mau?" Tanya Devan kepada Alatha.

Alatha yang sejak tadi celingukan mengagumi setiap tangkai bunga yang ada di florist itu lantas mendongakkan kepalanya menatap Devan tidak percaya, "mau apa?" Tanya Alatha bingung.

"Bunga, mau ga?" Tanyanya lagi.

"Kamu mau beliin saya bunga?" Tanya Alatha lagi polos.

"Iya, mau bunga mawar yang sama kayak gini?" Tanya Devan lagi. Alatha menggeleng sebagai jawaban. "Ya udah, cepet pilih mau bunga apa." Kata Devan mencoba sabar.

  "Bunga apa ya?" Tanya Alatha.

  Devan mendecak, "ditanya malah balik nanya." Katanya.

"Kamu seriusan mau beliin saya bunga?"

Mendengar Alatha lagi-lagi menjawab dengan pertanyaan, Devan alhasil segera mencibir kemudian berkata, "gak jadi, ayo keluar." Ucap Devan seraya ingin beranjak keluar toko.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang