20. Menjauh

1.5K 87 111
                                    

Manusia itu gudangnya salah, tapi bukan berarti manusia yang punya banyak salah tidak berhak mendapat kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya yang lalu.
-Struggle
******

    ALATHA duduk sendirian di bangku panjang yang ada di luar kantin. Nela sedang bersama Maxime sementara Anna sedang memesan nasi ayam teriyaki dengan antrian yang penuh akibat banyak yang membeli. Kedai itu masih baru, buka dua hari yang lalu. Banyak orang yang ingin menyicipi rasanya, terlebih buat siswa-siswi yang suka kuliner, pasti akan selalu penasaran kalau ada menu baru di kantin maupun di resto-resto langganannya. Berhubung ternyata rasa nasi ayam teriyaki ini benar-benar enak, jadi kedai itu selalu ramai.

  Alatha kembali menyomot stik corndog yang dia beli sebagai pengganti makan hari ini. Dia sedang tidak lapar, makanya dia hanya membeli makanan ringan ini dan satu kaleng minuman soda. Guru-guru telah selesai rapat, setelah ini adalah pelajaran seni budaya, pelajaran yang tidak memerlukan banyak tenaga untuk berpikir. Tidak seperti pelajaran matematika, fisika, atau kimia yang memerlukan tenaga ekstra untuk berpikir. Kalau Alatha hanya mengkonsumsi makanan tidak berkhasiat ini pada saat pelajaran-pelajaran itu, tidak mustahil jika dirinya tidak akan bisa mengerti dan mencerna materi dari guru-guru yang akan menerangkannya nanti.

  Dug!

  Alatha menolehkan kepalanya dengan cepat ketika seseorang meletakkan dua botol softdrink di depan mejanya lalu tanpa permisi main asal duduk saja di sebelahnya. Alatha pikir itu Anna, tapi ternyata orang itu adalah Devan. Begitu sadar kalau orang yang ada di sebelahnya adalah Devan, buru-buru Alatha mengambil ancang-ancang untuk lekas pergi dari sana. Dia sungguh tak ingin dirinya terjebak dalam masalah lagi jika dia bersama orang itu. Namun, baru saja Alatha bangun dari tempat duduknya, tangannya sudah dicekal oleh Devan sehingga dia tidak jadi untuk berlalu.

  "Kenapa sih? Lo selalu menghindar tiap kali gua deketin?" Tanya Devan dengan tatapan matanya yang tajam. Ah! Alatha benci tatapan itu. Apa tidak bisa sekali saja dia menatap Alatha ataupun manusia lainnya dengan tatapan yang lebih bersahabat?

  Alatha hanya diam tak berkutik. Dia balas menatap Devan. Masih kentara jelas luka lebam di wajah cowok itu. Sebenarnya dia ingin sekali menceplos 'karena aura kamu negatif, makanya orang gak ada yang mau deket sama kamu' tapi dia urungkan. Takutnya nanti Devan malah membalikkan pernyataannya itu dengan kata-kata ketus seperti biasanya. Akhirnya daripada mengutarakan kata-kata mutiara itu, Alatha lebih memilih untuk berkata, "Gak apa-apa, saya buru-buru." Alibi Alatha.

  "Masa sih? Tadi kayaknya santai-santai aja sebelum gua dateng?" Tukas Devan sambil menaikkan sebelah alisnya ke atas. "Sengaja ngehindar?"

  BOOM!

  Alatha tidak benar-benar tidak bisa mengelak kali ini. Dia memang sedang tidak buru-buru, malah sedang menunggu Anna kembali. Kedatangan Devanlah yang membuatnya ingin buru-buru pergi dari sana, karena selain dari dirinya memang malas harus berhadapan dengan cowok ketus semacam Devan yang hanya membawa dirinya dalam masalah, dia juga tidak mau jadi bahan omongan orang lain yang memergoki dirinya sedang bersama dengan Devan.

  Baru seminggu jadi anak baru, Devan sudah memiliki banyak fans. Mulai dari anak kelas sepuluh sampai anak kelas dua belas, banyak yang mengidolakannya. Maka tak heran kalau Alatha jadi was-was sendiri kalau sampai ada orang-orang yang salah mengartikan bila melihat dirinya sedang bersama Devan.

  "Mau kamu itu apa sih?" Tanya Alatha langsung ke intinya. Dia tidak mau berbasa-basi terlalu lama dengan Devan. Karena selain tidak perlu, bisa saja nanti Devan kembali menyinggungnya dengan kata-kata yang tidak sepantasnya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang