93. Titik Temu

314 37 20
                                    

Rasanya seperti dilambungkan ke awan, lalu dijatuhkan lagi ke jurang yang paling dalam. Sesingkat itu, bahagia kita kemarin
-Struggle
*****

  "APA kabar, Om? Lama gak ketemu." Sapa seorang cowok yang baru saja duduk di sofa ruang tamu setelah dipersilahkan masuk oleh yang empunya rumah untuk masuk ke dalam beberapa menit yang lalu.

   "Luar biasa baik, kamu sendiri apa kabar? Bagaimana sekolahmu belakangan ini?" Tanya Brama pada Leon.

    Ya, di hari jumat ini Leon tiba-tiba saja datang ke rumah Alatha. Tempo hari Alatha sempat mengobrol dengan Leon, cowok itu memang sempat menanyakan kapan Ayah Alatha pulang dinas. Alatha bilang kalau Ayahnya sudah pulang dinas sejak dua hari lalu. Awalnya Alatha sempat bingung karena Leon tidak memberitahukan alasan kenapa dia menanyakan tentang Ayah Alatha, tapi sekarang Alatha sudah tahu alasannya. Leon menanyakan Ayahnya karena Leon ingin menemui Ayahnya itu. Mungkinkah ini rencana yang dimaksudkan oleh Devan saat itu? Tentang rencana Devan dengan Leon untuk hubungan mereka berdua? Entahlah, Alatha sama sekali tidak tahu apa-apa.

"Baik juga, Om. Sekolah juga lancar seperti biasa. Tempo hari OSIS baru aja selesai ngadain event untuk ulang tahun sekolah. Lumayan rame juga Om yang nonton. Harusnya Om ikut nonton juga biar makin rame." Seloroh Leon yang langsung disambut dengan gelak tawa dari Brama. Leon memang pandai mencairkan suasana. Mungkin itu sebabnya mengapa Brama menyukainya.

"Kalau Om ikut nonton nanti yang ada malah pada bubaran liat muka galaknya Om." Tukas Brama kemudian kembali tertawa renyah.

   "Bisa aja, Om." Leon ikut terkekeh.

    "Ini, Kak— diminum tehnya." Ujar Alatha yang baru saja datang sambil meletakkan satu cangkir teh hangat yang tadi dipesan Brama untuk menjamu Leon. Setelah meletakkan teh tersebut di atas meja, Alatha ikut duduk di sofa ruang tamu bersama Leon dan juga Ayahnya.

"Makasih, Tha." Kata Leon tersenyum. Alatha tersenyum mengangguk sebagai jawabannya.

Brama berdeham samar, kemudian setelah membetulkan posisi duduknya, dia berkata, "jadi— kamu ke sini mau ajak Zoya ke luar bukan?" Tanya Brama kepada Leon. Leon melirik Alatha, begitupun sebaliknya. Pertanyaan dari Brama barusan terasa sangat mendadak dan tanpa diduga.

"Emm.. saya ke sini cuma mau mampir aja sih, Om, sekalian ngobrol-ngobrol." Kata Leon tersenyum samar, lalu kembali melirik Alatha.

"Loh? Kenapa tidak jalan-jalan saja ke mana gitu? Besok kan hari libur." Tukas Brama sembari menyeruput kopi miliknya.

   "Ehh— itu.."

   "Alatha lagi males keluar rumah deh, Yah. lagipula sekarang udah hampir sore kan." Alatha yang menyahut, "gak apa-apa kan kalau Kak Leon cuma mau mampir main aja?" Tanya Alatha pada Ayahnya.

  "Oh, yasudah kalau begitu." Ucap Brama. Brama meletakkan kembali cangkir kopinya ke atas meja. Kemudian pertanyaan dari Brama yang selanjutnya terlontar lantas membuat baik Alatha maupun Leon langsung terkejut setengah tidak percaya. "Jadi— bagaimana hubungan kalian berdua sekarang? Ada kemajuan?" Tanya Brama pada keduanya. 

  Leon melemparkan pandangannya ke arah Alatha. Sementara Alatha hanya bisa memasang mimik bingung karena pernyataan Ayahnya barusan sama sekali tidak terduga. "Hubungan saya sama Alatha masih begini aja, Om, kami berdua tetap jadi teman baik." Jawab Leon yang malah membuat kernyitan di dahi Brama lantas timbul mendengar hal itu.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang