62. My Possesive Boyfriend

998 43 24
                                    

The more we talk, the more i fall.
-Struggle
******

CAHAYA pagi hari menyelinap dari celah-celah gorden di ruang kamar milik seorang gadis. Kedua mata gadis itu perlahan terbuka, mengerjap beberapa kali, hingga akhirnya benar-benar terbuka sepenuhnya. Alatha menolehkan kepalanya perlahan, matanya mendelik menatap gorden kamarnya yang bergerak-gerak terkena angin. Daun jendela kamarnya terbuka. Hampir Alatha berteriak karena sempat terlintas di pikirannya kalau kamarnya habis kemalingan. Tapi begitu pikirannya langsung menjurus ke kejadian tadi malam, dia akhirnya kembali bernapas lega.

Devan emang udah gak waras ya, ujar Alatha dalam hati.

Alatha termangu sejenak. Mengingat kejadian semalam membuat jantung Alatha mendadak berdetak tidak karuan. Menyadari kalau bangun pagi ini dia mendapati dirinya sudah ada di atas ranjang membuat Alatha jadi hilang akal sendiri. Apa tadi malam, Devan yang telah menggendongnya kembali ke ranjang? Kalau memang benar, Alatha jadi merasa malu sendiri.

Alatha mengerjapkan matanya, mencoba tersadar dari pikiran semerawutnya pagi ini. Pandangannya teralih pada jam weaker di atas nakas samping ranjangnya, pukul enam pagi. Masih pagi sekali. Jam berapa tepatnya Devan pergi dari rumahnya? Apa tadi malam, ketika Alatha ketiduran Devan sudah pulang duluan? Atau barusan? Alatha tidak tahu.

Dia sendiri masih tidak menyangka kenapa dengan bodohnya dia malah memperbolehkan Devan masuk ke dalam kamarnya. Yang jelas semalam itu Alatha benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi. Kedatangan Devan terlalu mendadak. Apalagi datangnya malam-malam. Tidak mungkin Alatha mengusir Devan begitu saja walaupun sebenarnya ingin. Akhirnya daripada nanti ketahuan oleh Ibunya, Alatha memilih untuk membawa Devan ke kamarnya.

Alatha menggeleng-gelengkan kepalanya ketika pikiran itu kembali timbul lalu berkata, "gue mandi dulu aja deh." Alatha bermonolog seraya bangun dari ranjangnya dan bergegas pergi ke kamar mandi.

Setelah mandi dan mengenakan seragam, Alatha bergegas untuk segera membersihkan tempat tidurnya. Saat sudah setengah jalan, ekor matanya bergerak ke arah nakas begitu melihat layar ponsel miliknya berkedip-kedip dan terdengar getaran dari benda tersebut -status ponselnya memang sedang disilent saat ini- Alatha segera menyudahi aktivitasnya membereskan tempat tidurnya dan mendekat ke arah nakas untuk mengambil benda itu. Begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya entah mengapa kedua pipinya mendadak terasa panas. Nama Devan-lah yang tertulis di sana.

"Emm- halo?" Ujar Alatha begitu telah selesai menerima panggilan telepon dari Devan tersebut.

"Di mana?" Sahut suara bariton khas cowok itu dari seberang sana.

"Di kamar- kenapa nelpon?" Tukas Alatha penuh tanya.

"Cepetan turun gua di depan gerbang rumah lo." Ujar Devan membuat kedua mata Alatha lantas membuka lebar.

"Kamu ke sini?" Tanyanya.

"Menurut lo?" Ujar Devan sedikit kesal, "udah cepetan keluar bukain pintunya, pegel nih." Kata Devan lagi dengan tidak sabaran.

"Kenapa gak pencet bel aja tadi, Bunda saya udah bangun kayaknya." Ujar Alatha.

"Udah dipencet dari tadi tapi tetep aja gak ada yang bukain pintunya." Tukas Devan.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang