16. Malu ya?

1.4K 104 83
                                    

Cinta itu dirasakan bukan dipikirkan, dia butuh balasan bukan alasan
-Struggle
*****

JARI Alatha bergerak mengusap layar ponselnya ketika benda itu bergetar. Diam-diam Alatha mencoba untuk mengecek notifikasi yang masuk tanpa ingin ketahuan oleh Pak Ginanjar. Guru matematika yang saat ini sedang mengajar di kelasnya yang baru saja menjelaskan materi serta memberikan tugas di buku paket untuk di kerjakan.

   Guru itu memang tidak pernah memperbolehkan muridnya untuk bermain ponsel di jam pelajarannya. Tapi Alatha yakin kalau sekarang guru itu pasti tidak akan menyadari kalau dirinya kali ini sedang bermain ponsel karena guru itu sedang fokus menatap layar laptopnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi guru itu bermain laptop setelah selesai menerangkan materi dan memberikan tugas pada muridnya.

  Alatha melihat ke layar ponselnya dan menemukan notifikasi dari satu orang yang baru saja menambahkannya sebagai teman baru di Line. Alatha sedikit terkejut ketika menyadari bahwa nama akun yang tertera di sana adalah akun dengan nama Devan Alandio Pradipta. Alatha mengernyit heran. Dia tidak tahu yang menambah kan dirinya menjadi teman ini Devan yang mana karena memang akun itu tidak memiliki foto profil.

   Dia tidak mau sembarangan mengadd back orang yang tidak dia kenal. Alatha trauma, karena dulu waktu SMP dia pernah diteror dengan akun Line palsu yang juga menambahkan dirinya sebagai teman ternyata hanya modus untuk melakukan pelecehan dengan mengirimkan gambar-gambar yang tidak senonoh untuk dilihat.

    "Ssttt, Ann," Alatha sedikit mendekatkan kepalanya pada Anna yang duduk di sebelahnya, begitu Anna menoleh, Alatha segera menyodorkan ponselnya sedikit ke arah Anna supaya Anna bisa melihatnya, "ada orang nge-Add Line gue, namanya sih Devan tapi gak tau deh Devan yang mana soalnya gak ada foto profilnya, gue takutnya orang jahat, blokir aja kali ya?" Alatha meminta pendapat dari Anna.

    Bukannya menyetujui dengan usul Alatha, Anna malah merebut paksa ponsel Alatha dari tangannya, "Tha! Ini akunnya Devan, Tha! Devan yang itu. Iya benar gak salah gua!" Bukannya ikut berbisik Anna malah menaikkan oktav suaranya.

   "Stttttt, mohon untuk tidak berisik!" Pak Ginanjar berujar membuat Anna lantas mengatubkan bibirnya rapat-rapat karena malu.

    "Lo sih berisik." Cibir Alatha. Anna hanya manyun.

   "Iya Tha ini bener-bener akunnya Devan, si anak baru itu." kata Anna kali ini dengan sedikit berbisik. Takut kena semprot lagi.

   "Yakin banget, tau dari mana?" Alatha ragu-ragu untuk mempercayai ucapan Anna.

    "Ya tau lah! Gue hapal nama panjangnya, waktu gue disuruh Bu Vivi (wali kelas X1) ngambilin absen anak-anak kelas sepuluh, gue sengaja ngecek absen anak kelas X3, terus ketemu deh absennya Devan, nama panjangnya persis kayak gini." Kata Anna yakin. Emang kalau soal beginian Anna deh yang paling jago.

   "Yeehh, dasar! Pantesan aja yakin." Tukas Alatha memberenggut.

   "Dapet Line gue dari mana dia ya?" Tanya Alatha heran.

   "Paling dari Maxime, dari siapa lagi coba, iya kan?" Tukas Anna sambil kembali mengerjakan soal tugasnya.

  "Udah add back aja langsung Tha, kapan lagi coba diadd sama cowok ganteng." Kata Anna lagi sembari terkekeh.

    Alatha hanya memajukan bibir bawahnya. Sejenak dia menatap kembali layar ponselnya. Sambil menerka-nerka apa tujuan Devan mencari kontaknya. Tidak pernah terlintas sedikitpun di benak Alatha kalau cowok itu mau repot-repot mencari kontaknya lewat teman-temannya. Seorang cowok seperti Devan yang notabene seorang cowok dingin dan datar yang suka semena-mena seperti itu mau repot-repot menambahkan dirinya sebagai teman di Line? Yang benar saja.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang