48. Dilema

991 47 11
                                    

"Seumpama kita dikepung gulita, aku akan menjadi suluh. Biar habis terbakar api asal ada cahaya yang menemanimu"
-Struggle
*****



ALATHA baru saja selesai menghabiskan cemilan siang berupa beberapa stick corndog di jam istirahat kedua hari ini. Tadi dia membeli makanan itu di kantin pada saat jam istirahat pertama selesai membeli bubur ayam, namun memang pada dasarnya makannya lama, jadi saja makanan itu masih tersisa. Teman-temannya sedang ke kantin. Alatha memilih untuk di kelas karena biasanya jam istirahat kedua mereka memang jarang ke kantin dan memilih untuk diam di kelas.

Namun karena tadi Anna rewel minta ke kantin karena mendadak ingin beli bubble ice kesukaannya, Nela dan Nadin akhirnya mengalah untuk menemaninya sementara Alatha tetap memilih untuk diam di kelas dengan alasan malas.

Alatha mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk kelasnya ketika seseorang baru saja masuk ke dalam kelasnya. Begitu sadar siapa orang yang baru saja masuk tersebut, Alatha hanya bisa menghela napas pasrah, sementara orang yang baru saja masuk ke dalam kelasnya yang adalah Devan itu hanya bisa tersenyum kecil kemudian melangkahkan kakinya mendekat ke arah meja di mana tempat Alatha duduk.

Tak peduli dengan tatapan dari beberapa orang siswi di kelas Alatha yang juga memilih untuk berada di dalam kelas di jam istirahat kedua ini tertuju ke arahnya sambil mengaguminya diam-diam.

"Mana?" Devan menjulurkan tangan pada Alatha begitu dirinya telah sampai di tempat gadis itu duduk. Alatha hanya bisa mendecak pelan dan segera mengambil tasnya untuk mengambil barang yang dimaksud oleh Devan. Melihatnya Devan hanya bisa tersenyum kecil dalam hati.

"Ini." Alatha memberikan sebuah tempat makan tupperware berwarna biru miliknya kepada Devan. Bekal makan siang yang dimintanya kepada Alatha.

Dia sudah berjanji akan memberikan itu pada Devan saat istirahat kedua. Tadinya Devan ingin mengambil pada istirahat pertama tapi Alatha bilang kalau dia ingin ke kantin saat jam istirahat pertama. Dan karena masih mengingat kalau mereka masih harus menjaga jarak seperti yang diminta oleh Alatha, akhirnya Devan menurut. Walaupun sesekali Devan masih suka ke kelas gadis itu untuk mengajaknya mengobrol beberapa waktu agar tidak jadi salah paham seperti tempo hari.

"Kalau gak enak jangan salahin saya, saya kan udah bilang saya gak jago masak." Kata Alatha memberengut. Jujur saja dia tadi tidak sempat menyicipi masakannya karena waktunya mepet. Tapi semoga saja hasilnya tidak mengecewakan.

Alatha terpaksa harus menuruti kemauan Devan untuk membuatkan bekal makan siang untuknya di jam istirahat kedua ini juga karena Devan yang memaksanya untuk membuatnya. Sudah dari dua hari kemarin setelah Devan mengantarnya pulang menjenguk Leon, Devan mengirim pesan pada Alatha untuk membawakan bekal untuknya namun baru sempat membuatnya hari ini.

Alatha sudah bilang dia tidak pandai memasak, tapi Devan tidak mau tau. Pokoknya Alatha harus menuruti kemauannya itu. Seperti biasa. Akhirnya karena takut Devan nanti akan mengamuk, Alatha terpaksa menuruti kemauannya tersebut.

Devan terkekeh kecil lalu mengambil tupperware itu dari tangan Alatha, lalu kembali mengulurkan satu tangannya pada Alatha. Alatha mengernyit heran lalu bertanya, "apa?" Katanya.

"Mana tangan lo?" Tukas Devan. Alatha yang tidak mengerti hanya bisa mengulurkan tangannya pada Devan, Devan langsung mengambil tangan Alatha dan membawanya pergi dari kelasnya.

"Kamu mau bawa saya ke mana? Saya abis ini ada pelajaran Bu Ratih." racau Alatha, namun Devan tidak menghiraukannya dan tetap saja menariknya dan membawanya entah ke mana. Devan memang selalu semena-mena seperti ini dan Alatha tidak kuasa untuk menolaknya karena tahu Devan pasti tetap akan bersikeras membawanya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang