60. Trough it Together

812 37 21
                                    

New part of our love story. Hope it will be overlasting
-Struggle
*****

TOK.. Tok.. Tok.. 

"Iya sebentar." Alatha yang saat ini sedang merapikan buku-buku pelajarannya ke dalam tas lantas segera menyudahi aktivitasnya membereskan buku kemudian melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu masuk kamarnya. Semalaman Alatha belum sempat membereskan buku-bukunya karena Devan terus-menerus meneleponnya. Karena itu juga semalam Alatha juga tidak bisa fokus belajar, padahal hari ini dia ada ulangan harian kimia dan juga matematika.

  Cklek..

Alatha membuka pintu kamarnya dan langsung mendapati Ibunya tersenyum di ambang pintu, "Pagi Bun, maaf Alatha tadi belum sempet ke bawah buat salam sama sarapan soalnya dikit telat bangun tadi, abis mandi terus beres-beres buku pelajaran deh." Tukas Alatha sembari menyeringai kemudian mengecup pipi Melati seperti yang biasa dilakukan keluarganya tiap kali bangun pagi.

Melati yang melihatnya hanya bisa tersenyum, kemudian berkata, "kamu turun ke bawah dulu gih, ajak teman kamu sarapan bareng dulu sebelum berangkat." Kata Melati sambil memasang tampang penuh arti.

  Mendengar Ibunya berkata seperti itu manik mata Alatha lantas membesar sejenak kemudian dia bertanya, "temen Alatha? Siapa, Bun?" Tanyanya.

  Tidak langsung menjawab, Melati lagi-lagi kembali tersenyum penuh arti kemudian mengacak pelan rambut Alatha, "anak Bunda sudah besar ya." kata Melati membuat Alatha lantas menautkan kedua alisnya bingung. Seperti mengerti kebingungan yang tercetak jelas di wajah putrinya, Melati kembali berkata, "udah kamu ke bawah aja dulu, dia nungguin kamu tuh dari tadi." Kata Melati kemudian segera bergegas melangkah pergi dari depan kamar putri sulungnya untuk kembali ke bawah.

  Alatha bergeming sejenak. Menerka-nerka siapa yang datang. Tidak mungkin teman-temannya karena mereka tidak akan datang ke rumah Alatha sepagi ini. Alatha mengerjapkan matanya beberapa kali sambil menggelengkan kepala sebentar mencoba untuk menghilangkan terkaan yang terbesit di pikirannya. Tidak mau menunggu lama-lama lagi, diapun bergegas kembali ke dalam kamarnya untuk mengambil tasnya kemudian turun dari kamarnya.

  Alatha menuruni anak tangga rumahnya dengan perasaan tak menentu. Ada perasaan deg-degan yang entah mengapa membuat dirinya jadi gelisah sendiri. Dia punya firasat kalau yang datang mungkin saja Devan karena memang semalam saat cowok itu meneleponnya dia bilang dia akan datang menjemputnya ke sekolah tapi Alatha menolaknya dengan alasan takut Melati menunjukkan sikap kontra seperti Ayahnya. Walaupun Alatha tahu Ibunya itu baik dan sikapnya berlawanan dengan Ayahnya, tapi tetap saja Alatha was-was kalau sampai Ibunya tahu dia dan Devan sudah resmi berpacaran sejak kemarin.

  Sampai di anak tangga terakhir, Alatha menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya melangkahkan kaki menuju ruang tengah. Begitu tiba di sana, pupil matanya membesar begitu mendapati seorang cowok yang saat ini tengah duduk di sofa ruang tamu rumahnya adalah memang benar Devan. Alatha merutuk setengah mati dalam hati. Dia ingin berbalik arah ke belakang tapi sepasang mata setajam elang itu sudah duluan melihatnya. Alatha meringis begitu melihat senyum samar terukir di wajah Devan saat melihatnya. Alatha ikut tersenyum kikuk. Dia membetulkan pegangan tasnya kemudian berjalan perlahan menghampiri cowok itu.

  "Hai." Sapa Devan pada Alatha begitu dia sudah sampai di ruang tamu.

  "Hai," ucap Alatha kemudian duduk di sofa yang letaknya di depan Devan, "k-kamu.. ngapain ke sini?" Tanya Alatha yang hampir serupa gumaman. Dia melirik sekilas ke arah Devan, begitu sadar cowok itu masih menatap dirinya secara terang-terangan kedua pipinya mendadak panas, dan jantungnya berdetak satu kali hentakkan lebih kuat dari sebelumnya. Selalu aja kayak ini. Batinnya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang