Kebanyakan orang lebih suka memendam rasa, mencintai diam-diam, berteman dengan ketidakpastian. Mungkin saat ini kamu adalah salah satunya. Jangan minder, soalnya kita sama.
-Struggle
******DEVAN dan rombongannya Pian baru saja keluar dari ruangan BK. Keempatnya mendapat teguran keras dari Bu Feranda akibat dari perbuatan mereka yang memicu keributan di kantin siang tadi. Pian dan teman-temannya kembali mendapatkan surat peringatan dari Bu Feranda. Padahal baru seminggu kemarin mereka kena skors karena kelakuan mereka yang tidak bisa ditolerir.
Bagaimana tidak? Ketika jam istirahat waktu itu mereka bermain-main dengan petasan yang dibawa oleh Ferdinan dari rumahnya, petasan sisa perayaan hari raya kemarin.Pian dan teman-temannya menyalakan petasan itu di dalam kantin dengan maksud untuk mengagetkan cewek-cewek yang lewat depan meja tempat mereka duduk di kantin waktu itu namun yang terjadi selanjutnya malah Haikal tidak sengaja melempar petasan itu dan mengenai tabung gas lima kilo milik salah satu pedagang di kedai bakso.
Gas meledak begitu saja. Percikan api membumbung tinggi ke udara. Untung saja saat itu pemilik kedai bakso sedang tidak ada karena sedang mengantarkan pesanan. Dan untungnya juga gas di dalam tabung lima kilo itu sudah hampir habis jadi kebakaran yang terjadi tidak terlalu parah. Namun, biar begitu Pian dan yang lainnya tetap harus bertanggung jawab akibat perbuatannya.
Mereka dimintai denda sebagai ganti rugi, dan juga diskors selama seminggu penuh oleh Bu Feranda. Itulah sebabnya hari senin kemarin mereka ikut upacara bendera. Mereka ingin menarik hati Bu Feranda kembali supaya tidak terus menerus menjadi sasaran empuk untuk dimarahi oleh guru BK itu.
"Masih belum kapok juga kalian masuk ke ruangan saya?" Bu Feranda melipat tangannya ke dada sambil menatap anak-anak nakal itu satu persatu. "Pian Hendrakusumo, Haikal Chandradinata, Ferdinan Bagas Prawirya? Sampai hapal sekali saya dengan nama panjang kalian karena keseringan masuk ruang BK." Sindir Bu Feranda pada Pian dan teman-temannya yang lain.
"Bukannya Ibu seneng kalau ngeliat kita terus Bu? Secara kita walaupun bandel tapi kan tetep ganteng, ye gak bray?" Kekeh Ferdinan sambil menyikut lengan Pian dan Haikal secara bersamaan.
"Heh! Siapa yang mau sama cowok macam kalian? Tukang rusuh, biang keladi, cewek-cewek juga kabur kalau dideketin orang macam kalian." Tukas Bu Feranda mencibir.
"Saya ini sebenernya anak baik-baik Bu, cuma ya saya mikir aja, kayaknya SMA bakalan monoton banget kalau isinya cuma anak baik-baik doang. Belajar, taat tata tertib, rajin upacara, rajin ngerjain PR, itu terlalu 'biasa aja' Bu. Kalau sekolah gak ada anak-anak macam saya sama temen-temen saya ini gak bakalan rame Bu! Terlalu monoton, gak asik, cup— adadahh.. sakit Bu.. ampun Bu- ampun!" Haikal meringis ketika sebuah jeweran penuh tenaga menjewer kuping kanannya sampai memerah. Ferdinan yang melihat temannya seperti itu akhirnya hanya bisa tertawa lepas karena hal itu.
"Gak ada lagi sekolah yang mau nampung anak-anak seperti kalian! Saya lama-lama juga bisa stres kalau tiap hari ngurusin anak-anak seperti kalian semua ini," tukas Bu Feranda menghela napas kasar, pandangannya beralih kepada Devan yang sedari tadi terlihat menatap Pian dengan sinis, pun juga sebaliknya,
"Kamu juga, Devan! Kamu itu masih anak baru. Baru dua hari kamu di sekolah ini, kamu sudah buat ulah. Hanya dalam hitungan beberapa jam saja kamu sudah dua kali masuk ruangan saya dalam sehari! Saya jadi semakin yakin kalau kamu masuk ke sekolah ini lewat jalur belakang karena sekolah ini sama sekali tidak akan mau menerima murid semacam kamu." Tukas Bu Feranda mengarah pada Devan. Devan hanya diam. Enggan berkomentar karena menurutnya percuma saja. Guru ini tidak akan bermurah hati mendengarkan pembelaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle
Teen Fiction[TAMAT] Dia dingin, posesif, sulit ditebak seperti cuaca dan terkesan angkuh. Dunianya begitu abu-abu, sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang membuat dunianya menjadi lebih hidup. Alatha. Seorang gadis yang ternyata mampu menaklukan hatinya ya...