63. Ketahuan

782 40 25
                                    

Tak perlu terlalu terang. Cukup ada dan tak kunjung padam.
-Struggle
*****

"MASIH marah?" Tanya Devan datar. Dia sedikit merasa aneh karena melihat raut wajah Alatha sejak tadi begitu mendung sejak awal dia membawa gadis itu ke sini. Mungkin masih kesal karena gertakan Devan pada Bimo tadi. Terlebih lagi setelah itu Devan malah memaksa mengajaknya ke kelasnya.

Alatha bergeming sesaat kemudian barulah berkata, "saya gak suka kamu ngelabrak-labrak orang kayak gitu lagi." Ujar Alatha.

"Kalau dianya gak cari gara-gara duluan gua gak mungkin kayak tadi." Kata Devan apa adanya.

"Tapi dia kan emang gak cari gara-gara, dia cuma mau bantuin saya beresin buku." Ujar Alatha tidak tertahankan lagi.

"Itu modus! Lo gak liat tadi dia megang-megang tangan lo? Apa namanya kalau bukan modus." Cetus Devan kemudian.

"Terserah kamu deh." Putus Alatha akhirnya, berdebat dengan Devan memang tidak akan pernah ada akhirnya. Jadi lebih baik disudahi saja, "saya mau ke kelas, gurunya paling udah ada di kelas." Kata Alatha seraya ingin bangun dari tempat duduknya. Namun Devan sudah dulu menahannya untuk tetap duduk.

  "Plis, saya mau ke kelas takutnya kalau di sini malah jadi masalah." Katanya lagi.

  "Gak ada, lo tetep di sini temenin gua. Sekali-kali bolos pelajaran juga gak bakal buat lo gak naik kelas." Kekeuh Devan membuat Alatha mendecak pelan mendengarnya.

  Sejak tadi Alatha juga telah meminta Devan untuk mengizinkannya kembali ke kelasnya tapi cowok itu selalu bersikukuh memintanya untuk tinggal di sini. Tadi teman-temannya sempat mengirimkan pesan dan menanyakan dia di mana. Terpaksa Alatha jujur kalau kini dia sedang disandera oleh Devan di kelasnya dan meminta mereka untuk bilang pada Bu Endang kalau dia sedang ada urusan sebentar.

  "Tha, percuma lo ngebujuk dia sampe berapa kalipun gak bakal luluh dia. Kecuali kalau lo ngebujuk dia buat nyium lo, baru gercep." Ucap Gilang membuat sepasang mata tajam Devan langsung menyorot tajam ke arahnya.

  "E-eh iya ampun Bos, gak lagi-lagi deh." Ujar Gilang yang kemudian kembali membalikkan tubuhnya dari meja Devan dan Alatha.

"Jangan ikut-ikutan Lang, nanti jadi korban amukan tuh anak tau rasa lo. Orang lagi ada konflik rumah tangga begitu." Ujar Bondan melirik Devan. Melihat tatapan mata Devan langsung menyorot nyalang menatapnya, Bondan langsung bergidik ngeri, "canda Van, peace." Ujarnya menyeringai.

Alatha menghembuskan napasnya pasrah kemudian menjatuhkan kepalanya ke atas lipatan tangannya di atas meja Devan. Dalam diam dia menatap Devan dari samping. Lama dia memandangi wajah cowok itu dari sisi kirinya, tiba-tiba perasaannya jadi menghangat. Perasaan kesal dan juga cemasnya yang tadi sempat mendera mendadak berubah menjadi perasaan nyaman yang sulit diidentifikasikan.

   Ya, Devan memang selalu terlihat sempurna dari sisi manapun. Wajar saja banyak gadis yang tergila-gila padanya. Entah bagaimana bisa cowok sesempurna Devan jatuh cinta pada seorang gadis yang biasa-biasa saja seperti dirinya. Begitu menurut Alatha.

  Kresek.. kresek..

  Alatha menautkan kedua alisnya begitu tangannya yang tadi iseng dia masukkan ke dalam loker meja Devan menyentuh sesuatu. Alatha menekan-nekan isi loker Devan yang terasa penuh dengan barang-barang. Penasaran dengan apa yang barusan dia sentuh, Alatha segera mengangkat kepalanya lalu menurunkan kepalanya perlahan untuk melihat apa yang sebenarnya ada di dalam loker itu. Lalu begitu melihat isinya, Alathapun melengos tak percaya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang