10. Tears of Peace

1.6K 119 57
                                    

Terkadang seseorang berusaha menyembunyikan kesedihan yang dia rasakan lewat tertawa, menangis, bahkan marah. Semua orang punya cara yang berbeda untuk menunjukkan sisi kelemahannya pada orang lain.
-Struggle
*****


DEVAN mempercepat langkahnya begitu keluar dari pintu lift lantai empat belas yang membawanya langsung menuju ke lantai tujuan utamanya. Setelah bel pulang berbunyi Devan memutuskan untuk ke sini langsung dari sekolahnya karena Devan sudah bolos di dua pelajaran terakhir setelah bel istirahat berbunyi saat itu. Sebenarnya Devan ingin langsung ke sini ketika bolos pelajaran, tapi karena gerbang masih ditutup dan satpam penjaga gerbangnya belum Devan 'lobi' alias belum kenal akrab —sehingga Devan tidak bisa menyuapnya supaya memperbolehkannya pulang duluan—, jadi Devan memilih untuk mengajak Maxime, Bagas, Bondan, dan Gilang untuk merokok di lantai paling atas gedung sekolah atau bisa disebut rooftop. Selain untuk merokok mereka juga jadi nostalgia masa SMP.

   Jujur saja Devan tidak menyangka bisa bertemu dengan teman-teman SMPnya itu di sekolah ini. Devan tidak tahu kalau ternyata mereka melanjutkan untuk bersekolah di sini karena memang setelah kejadian Devan pergi dari rumah tanpa sempat hadir ke acara pelepasan siswa itu, Devan sudah tidak pernah berkontak atau berkumpul lagi bersama mereka. Devan menghilang begitu saja bagai ditelan bumi. Teman-temannya sendiri juga tidak tahu di mana Devan saat itu. Mencoba menghubungi Devan tapi tetap saja tidak bisa.

   Mengenai alasan Devan membolos pelajaran hari ini adalah karena dia tidak mungkin masuk ke kelas tanpa menggunakan kemeja seragam sekolahnya sementara kemeja putih itu sudah terlanjur dia berikan pada gadis aneh yang menyebalkan itu. Andai Devan membawa baju cadangan mungkin dia masih akan berpikir dua kali untuk tidak bolos, atau— bolos juga sepertinya tidak masalah kan?

   Devan membetulkan sampiran pegangan tasnya di pundak sebelah kanannya, lalu kembali melangkahkan kakinya menyusuri koridor rumah sakit yang didominasi oleh warna putih di sepanjang koridornya. Ujung jaket parka yang sengaja tidak dikancingkan bergerak-gerak mengikuti hentakkan langkahnya. Hingga akhirnya dirinya sampai di depan ruangan bernomor A203 yang terletak tepat di depan pintu masuk ruangan tersebut.

    Devan mematung sejenak di depan pintu masuk itu. Entah kapan terakhir kalinya dia berkunjung ke sini. Mungkin sekitar lima atau enam bulan yang lalu sebelum Devan bersekolah di sekolah lamanya. Devan lupa kapan tepatnya. Yang jelas setelah kejadian itu, Devan benar-benar memutuskan pergi dari rumah. Walaupun dia sempat kaget mendengar kabar bahwa ibunya kecelakaan —dari pesan E-mail yang sempat dikirimkan oleh Ayahnya— karena berusaha untuk mencarinya sehari setelah dia memutuskan untuk pergi dari rumah dan walaupun Devan merasa sangat bersalah karena hal itu, dia tetap memutuskan untuk minggat dari rumahnya.

   Sampai pada akhirnya Ayahnya kembali menemukannya berada di sebuah apartemen di perisir kota dan menyeretnya untuk kembali ke rumah lalu memaksanya untuk melanjutkan pendidikan. Walaupun pada akhirnya usaha Ayahnya sia-sia karena Devan bukannya berubah jadi lebih baik setelah kejadian itu malah menjadi Devan yang lebih buruk dari sebelumnya karena selama satu semester Devan bersekolah dia malah membuat geng motor pembuat onar dengan teman-temannya di sekolah lamanya yaitu —SMA PEGANGSAAN TIMUR — sampai akhirnya didrop out dari sekolah lamanya dan kini terpaksa melanjutkan sekolah di sekolahnya yang sekarang, SMA PANCASILA 01.

Devan mengacak rambut gondrongnya menggunakan tangan kirinya sebentar, lalu menarik napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya memberanikan diri untuk membuka gagang pintu besi ruangan itu hingga kemudian dia bisa memasukkan tubuhnya sepenuhnya ke dalam ruangan itu.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang