27. Udang di Balik Batu

1.1K 54 26
                                    

Ada banyak presepsi yang muncul karena berbagai alasan. Presepsi pertama adalah kamu mungkin mengira dia menyukaimu karena perlakuan manisnya terhadapmu.
-Struggle
*****

SUASANA di depan gedung SMA Pancasila 01 terlihat sangat ramai sekarang ini. Banyak siswa-siswi duduk berkerumun memenuhi garis-garis sudut lapangan basket untuk melihat kegiatan demi eskul yang akan diselenggarakan hari ini. Seperti yang sudah dijelaskan oleh anggota OSIS sebelumnya, kegiatan ini difungsikan untuk menarik minat para siswa di angkatan tahun ini untuk kembali me-review ulang pandangan mereka mengenai bagaimana jalan dan praktek langsung setiap ekstrakulikuler di sekolah ini. Karena memang sejak awal sama sekali tidak ada siswa yang berminat untuk ikut berpartisipasi mengikuti kegiatan eskul di sekolah ini, mungkin karena fasilitas yang kurang mendukung sebelumnya.

Alatha sedari tadi sibuk berjalan ke sana-ke mari untuk mengatur properti yang digunakan masing-masing eskul bersama dengan Nadin dan dua anggota yang memang ditugaskan untuk mengatur properti pendukung. Saat ini giliran eskul pencak silat yang unjuk aksi demo, Alatha diminta untuk mengumpulkan beberapa papan yang nantinya akan digunakan untuk aksi para anggota eskul pencak silat.

   Setelah selesai melaksanakan tugasnya, Alatha segera berniat untuk menemui Leon. Memintanya untuk mengizinkan dirinya beristirahat sebentar karena penat. "Kak Leon!" Panggil Alatha ketika tak sengaja melihat Leon membawa satu buah sound system besar yang nantinya akan digunakan oleh para anggota eskul tari tradisional.

Leon menghentikan langkahnya begitu melihat Alatha tengah berlari ke arahnya, "ada apa Tha? Properti buat pencak silat udah ready?" Tanya Leon.

Alatha mengacungkan jempolnya ke udara lalu berkata, "udah beres semua Kak," katanya tersenyum puas, "boleh saya izin istirahat sebentar? Saya capek banget Kak." Katanya kemudian.

Leon tersenyum, lalu mengacak rambut Alatha sekilas membuat semu merah padam di kedua pipi Alatha timbul walaupun hanya sekilas, "ya udah istirahat aja, lo udah kerja keras hari ini, makasih ya." Kata Leon.

Alatha terdiam sejenak entah mengapa tiba-tiba saja pikiranya melayang pada saat dia bersama Devan kemarin. Devan bilang Leon menyukainya. Tapi sudahlah, Alatha tidak mau terlalu mempercayai orang seperti Devan. Alatha tidak percaya kalau Leon menyukainya. Ini pasti hanya akal-akalan Devan saja membuat dirinya jadi kege-eran atau hanya untuk mengganggu pikirannya saja.

Mencoba tidak menggubris pikiran itu, Alatha akhirnya tersenyum mengangguk, "sama-sama, Kak," kata Alatha, "kalau gitu saya ke sana dulu." Kata Alatha sambil menunjuk ke arah sebuah bangku yang ada di dekat Musolah dekat lapangan basket.

   Ada sebuah pohon jambu kelutuk di dekat bangku yang ada di sana, pasti akan adem banget kalau duduk di sana untuk melepas penat sejenak. "Kalau butuh apa-apa, panggil saya aja ya Kak, saya ada di bangku dekat Musolah." Kata Alatha kepada Leon. Leon hanya mengangkat ibu jarinya kemudian melanjutkan kegiatannya yang semula kemudian berlalu.

Alatha baru saja duduk di bangku dekat pohon jambu kelutuk itu untuk melepas penat. Mengawasi jalannya acara demo eskul dari tempatnya duduk sekarang ini. Namun udara di sekitarnya kembali panas karena kedatangan kedua temannya yang baru saja tiba dari kantin untuk membeli makanan. Alatha hanya bisa menghela napas pasrah karena tidak jadi untuk bersantai sendirian akibat kedatangan keduanya itu.

"Hai, Tha!" Sapa Anna kemudian duduk di sebelah Alatha. Alatha hanya menggumam sebagai jawabannya.

"Lo gak ke kantin? Gak laper lo emangnya? Udah siang gini, hampir jam sebelas loh." Kata Nela menyambar.

"Enggak, tadi gue udah makan kue pastelnya Kak Rini, dia ngasih ke gue tadi." Jawab Alatha.

"Wih enak ya Tha jadi lo, deket sama Kakak-kakak senior, mereka pada baik-baik semua lagi sama lo. Tiap OSIS dikasih makanan, gimana gak enak tuh." Kata Nela ngelantur.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang