34. Buket Bunga?

1.1K 66 17
                                    

   Kenapa perasaan begitu mudahnya berbalik? Atau jangan-jangan, aku mulai menyukainya?
-Struggle
******

  

    "LO harus percaya gue Tha! Bukan cuma gue aja kok yang liat, Nela juga? Iyakan Nel?" Tanya Anna mencoba mendapat pembelaan dari Nela. Mereka bertiga sedang ada di rumah Alatha sekarang. Tepatnya di kamar Alatha. Sedang membahas sesuatu yang menurut Alatha tidak terlalu penting. Tapi entah mengapa menjadi obrolan penting bagi Anna dan Nela. Tadi, untungnya pelajaran terakhir adalah pelajaran matematika gurunya kebetulan ada urusan mendadak, jadi mereka dipulangkan sedikit cepat dari waktu aslinya. Anna dan Nela akhirnya memutuskan untuk kembali menyusul Alatha yang masih berada di UKS setelah bel pulang berbunyi.

   Mereka sudah memutuskan untuk mengantar Alatha pulang ke rumahnya menggunakan taksi karena tidak mungkin Alatha pulang ke rumah sendiri -menggunakan angkutan umum- dalam kondisinya yang seperti sekarang ini. Maka dari itu, Anna dan Nela memutuskan untuk ikut mengantar Alatha pulang ke rumahnya. Nadin tidak bisa ikut karena hari ini dia harus mengantar Ibunya ke Bandara untuk keluar kota.

  "Iya bener Tha, tadi itu waktu pertama kali kita berdua mau nyusulin lo ke UKS abis pelajaran olahraga, kita ngeliat Devan berdiri di depan jendela UKS sambil bawa-bawa teh gitu di tangannya. Begitu dia ngintip dari jendela UKS, kita ngeliat mukanya langsung kayak asem gitu terus dia langsung pergi, tehnya dikasihin ke si Amir! Tau kan? Temen sekelas kita yang culun itu? Ngakak sumpah gue ngeliat mukanya!" Nela terkekeh setelah mengucapkan kata-kata itu, dia jadi teringat bagaimana ekspresi cowok bernama Amir saat tadi diberi segelas teh hangat oleh Devan.

   "Masa sih? Gue tetep gak percaya ah, orang tadi selesai nolongin gue terus ngobatin sebentar dia langsung pergi." Kata Alatha kekeuh.

  Anna dan juga Nela memang hendak menyusul Alatha ke UKS setelah selesai olahraga tadi. Namun, begitu sampai di koridor lantai dua yang mengarah langsung ke UKS, langkah mereka terhenti begitu melihat Devan tengah berdiri di depan jendela ruang UKS dengan membawa teh di tangannya. Nela dan Anna buru-buru masuk ke ruang janitor yang kebetulan ada di samping mereka begitu melihat Devan hendak berderap pergi setelah sempat melihat mimik marah Devan yang mengintip melalui jendela UKS.

   Begitu mereka melihat Devan telah berjalan melintasi ruangan janitor -mereka melihat lewat celah pintu ruang janitor yang sedikit mereka buka-  Devan memberikan gelas teh yang tadi dibawanya pada Amir setelah itu Devan langsung pergi. Melihat hal itu Nela dan Anna saling pandang heran.

   Baru saja mereka ingin keluar dari ruang janitor, lagi-lagi pintu UKS kembali terbuka membuat mereka mau tidak mau langsung masuk kembali ke ruang janitor. Lalu kembali mengintip lewat celah pintu dan melihat Leon berjalan melewati ruang janitor. Melihatnya, Anna dan Nela saling menatap dengan pikiran yang sama kemudian mereka segera keluar dari ruangan janitor dan melaporkan hal itu pada Alatha. Namun sialnya, Alatha tetap saja tidak percaya pada mereka.

   "Benerann, Thaaa!" Gemas Anna pada Alatha, "tadi itu kita ngelihat Devan berdiri di depan jendela UKS, gue aja sampai bingung kenapa coba dia pake segala ngintip gitu bukannya masuk aja ke dalam, eh pas tau ternyata di dalem ada Kak Leon kita jadi tau penyebab Devan gak mau masuk ke dalem itu pasti gara-gara ada Kak Leon. Devan cemburu ngeliat lo sama Kak Leon, Tha." Katanya lagi membuat Alatha mencebik.

  "Tau dari mana sih Ann? Mana mungkin dia cemburu sama gue ada-ada aja." Tukas Alatha cuek sambil menyomot kue chocochips buatan Ibunya dari atas meja belajarnya lalu lanjut membaca novel kesukaannya di atas karpet berbulu kamarnya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang