67. Gantian Jealous

803 43 10
                                    

"Cemburu itu tandanya sayang, sayang."
-Struggle
*****

HARI terakhir Ujian Tengah Semester genap di SMA Pancasila 01. Suasana di kelas Alatha begitu hening. Sunyi. Senyap seperti di pemakaman. Satu jam berlalu dan keheningan ini semakin terasa nyata. Bukan, bukan karena mereka terlalu fokus mengerjakan soal-soal ulangan sampai mereka tidak bersuara. Hanya saja mereka takut kalau mereka bicara satu patah kata saja, seseorang yang kini ada di depan kelas mereka pasti akan langsung menegur mereka dengan tidak pandang bulu. Ya, kesialan nampaknya harus dirasakan oleh kelas X1 ini karena jam pertama ujian hari ini pengawas yang ditugaskan untuk mengawasi ujian adalah Bu Ratih.

Karena itu makanya mereka jadi bingung antara harus fokus mengerjakan soal atau fokus jaga sikap supaya tidak kena tegur Bu Ratih. Jangankan untuk mencontek, untuk sekedar melirik ke teman sebelah saja rasanya sulit sekali karena Bu Ratih pasti langsung ikut melirik ke arah murid tersebut dan berdehem seolah-olah anak murid tersebut ingin mencontek atau bertanya pada temannya.

"Tiga puluh menit lagi. Kerjakan sendiri-sendiri, kalau saya lihat ada yang ngobrol beberapa patah kata saja dengan temannya langsung saya coret namanya." Sindir Bu Ratih membuat sebagian besar siswa saling menoleh dengan memasang tampang yang sulit diartikan. Bu Ratih memang benar-benar bak seorang malaikat pencabut nyawa.

Alatha semakin tersudut. Pelipisnya semakin berdenyut-denyut sangking bingungnya dia mengerjakan soal ulangan fisika yang ada di depannya kini. Entahlah, belakangan ini Alatha memang jadi susah untuk fokus belajar. Hari pertama ujian mungkin Alatha masih bisa fokus tetapi hari selanjutnya otaknya semakin menyusut. Seolah ada yang konslet. Alatha mendadak jadi teringat perkataan Bu Ratih tempo hari. Yang bilang kalau semejak dia berpacaran dengan Devan, dia jadi ikutan nakal. Sebagian diri Alatha membenarkan tuduhan itu karena memang Alatha merasa kalau dia jadi malas belajar. Padahal biasanya dia paling getol sama yang namanya belajar. Membaca buku adalah salah satu hobinya.

Tapi semejak ada Devan, dunianya terasa seperti dijungkir balikan. Otaknya terasa penuh dengan nama Devan. Mungkin karena hal itu makanya kini Alatha jadi sulit berkonsentrasi. Apalagi tiap malam sebelum belajar Devan selalu meneleponnya. Walaupun pada akhirnya Devan mengalah tiap Alatha bilang ingin mengakhiri percakapan mereka di telepon karena ingin belajar, tetap saja pada akhirnya Alatha malah tidak jadi belajar karena jadi terbayang-bayang dengan kata-kata Devan yang selalu saja mampu membuatnya senyum-senyum sendiri. Ternyata jatuh cinta bisa membuat orang sewaras Alatha bisa jadi orang gila dadakan.

"Lima menit lagi. Selesai tidak selesai, kumpulkan ke depan." Ujar Bu Ratih.

Para siswa mendadak gelisah dan rusuh sendiri walaupun tidak ada yang berani buka suara. Bahkan Alatha yang tadi sempat melamun menatap kosong lembar jawabannya -yang masih belum sempat dia jawab beberapa soal lagi- sampai terlonjak kaget. Dia segera menarik lembar jawabannya dan mengisi asal soal pilihan ganda yang masih belum dia kerjakan beberapa. Ah, Alatha sudah pasrah dengan hasilnya. Yang dia harapkan saat ini adalah semoga saja walaupun asal, tetapi hasilnya benar.

"Waktunya habis, kumpulkan soal dan jawabannya ke depan!" Titah Bu Ratih.

Alatha menghembuskan napasnya berat kemudian bangun dari tempat duduknya lalu berjalan mengikuti teman-teman sekelasnya untuk mengumpulkan lembar jawaban dan soal ujian kepada Bu Ratih.

******

"GILA ya, UTS kali ini gue kayaknya jadi bego banget deh. Tadi ada banyak banget soal yang belum gue dikerjain, sumpah takut gue pas ngambil rapot nanti hasilnya jeblok." Ucap Nela pada Alatha dan Anna di kelas siang ini.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang