74. Menghindar

588 24 9
                                    

"Jangan berpikir cinta itu membutakan sebab dia membuka mata bagai matahari yang menyilaukan. Jangan kau pikir cinta itu memabukkan sebab bersamanya kau terjatuh dengan sadar."
-Struggle
******

SUDAH hampir seminggu Alatha berusaha menghindari Devan. Semua pesan dari Devan dia abaikan, dan telepon darinya juga tidak dia angkat. Hal itu dia lakukan semata supaya Devan berhenti mencarinya dan memberi ruang sedikit untuknya berfikir mengenai apa yang saat ini tengah terjadi pada hubungan mereka berdua. Walaupun pada akhirnya Alatha berhasil melakukan semua itu tapi masih terasa sangat sulit karena Devan sangat bebal dan selalu ingin menemuinya untuk bicara padanya. Alatha bahkan harus rela berangkat lebih awal ke sekolah dan cepat-cepat pulang supaya tidak berpapasan dengan Devan. Tiap kali melihat Devan Alatha selalu berlari menghindar atau bahkan bersembunyi.

Seperti saat istirahat kedua tadi, Alatha sengaja diam di perpustakaan selama jam istirahat. Mengumpat di balik lemari-lemari kayu besar di perpustakaannya dan berharap Devan tidak akan menemuinya di sana. Tapi ternyata hasilnya tetap sama seperti yang sebelum-sebelumnya. Devan yang entah dari mana datangnya tiba-tiba saja muncul. Melihat kedatangan Devan, Alatha lantas bangun dari duduknya dan segera berlari keluar dari perpustakaan menuju toilet perempuan yang membuat Devan tidak bisa mengejarnya.

Mungkin bisa dibilang bersembunyi di toilet perempuan adalah cara paling mutakhir supaya bisa sukses terbebas dari buronan Devan karena cowok itu tidak mungkin bisa asal masuk saja ke toilet khusus perempuan. Tapi Alatha tidak mungkin bisa bersembunyi terus di sana karena selain hawanya pengap karena tidak ada fentilasi udara, hal itu malah bisa memicu tanda tanya tersendiri bagi siswi-siswi lain yang datang ke toilet itu.

Alatha membereskan alat-alat tulisnya ke dalam tas ranselnya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu dan Alatha ingin cepat-cepat pulang dan berharap tidak akan berpapasan dengan Devan seperti yang sudah-sudah. "Gue balik duluan ya, Nel, Ann, Nad? Buru-buru, ada urusan." Kata Alatha sambil menyampirkan tas ranselnya ke punggung dan bersiap untuk pergi.

  "Buru-buru karna ada urusan apa karna mau ngehindarin Devan?" Sindir Anna yang lantas membuat Alatha lantas berdecak pelan.

  "Jangan mulai deh, Ann. Gue seriusan buru-buru, takut ketinggalan angkot." Alibi Alatha.

  "Angkot jurusan ke rumah lo banyak kali yang lewat, Tha, kalau ketinggalan satu angkot masih ada angkot yang lain." Ucap Nela menimpali.

  "Iya, kecuali Devan, cuma ada satu, kalau lo terus-terusan menghindar tanpa alasan yang jelas kayak gini terus Devan capek ngeladenin lo, bisa-bisa tuh cowok kabur terus lo sedih lagi." Sambar Anna lagi membuat Alatha semakin jengkel dibuatnya.

  "Gue ngehindarin dia bukan tanpa alasan," balas Alatha sengit, "dan gak ada hubungannya sama angkot," tambahnya lagi, "udah ya gue mau pulang."

  "Bareng aja, Tha ke bawahnya. Kenapa harus misah sih?" Ucap Nadin.

  Ya, sejak kejadian tempo hari Nadin berdamai dengan Alatha, Nadin memang memutuskan untuk kembali berteman dengan teman-teman lamanya. Awalnya Nela dan Anna benar-benar jengkel setengah mati saat mereka tau kalau Alatha sudah memaafkan perbuatan Nadin dan kembali menerima Nadin. Kekesalan merekapun bertambah saat Nadin mengakui bahwa selama ini yang sudah mengadukan Alatha tiap dia pergi bersama Devan adalah dia. Awalnya Nela dan Anna menolak untuk kembali menerima Nadin, namun karena Nadin sudah meminta maaf dan berjanji akan berubah. Ditambah Alatha sudah memohon agar mereka juga memaafkan Nadin akhirnya mereka memilih untuk pasrah dan jadi ikut-ikutan memaafkan dan menerimanya.

  Lagipula semejak kepergian Nadin, mereka juga merasa ada yang kurang karena walaupun Nadin kadang memang sulit dimengerti tapi dia tidak pernah tega membiarkan temannya sendirian. Khususnya Anna, kalau Nela sibuk pacaran dengan Maxime atau Alatha sibuk mengurus OSIS biasanya selalu ada Nadin yang sudi untuk menemaninya. Walaupun Nadin termasuk anggota OSIS juga tapi dia tidak pernah sesibuk Alatha karena statusnya di OSIS hanya sebagai anggota sedangkan Alatha wakil ketua OSIS. Jadi, sepertinya tidak apa-apa kalau mereka memberikan kesempatan kedua pada Nadin untuk berubah.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang