40. Strange

979 50 14
                                    

Katanya kalau kita rindu pada seseorang itu artinya kita punya perasaan khusus padanya. Benar atau hanya mitos?
-Struggle
******

 
   ALATHA tidak bisa fokus. Saat ini dia sedang belajar untuk kuis taksonomi besok tapi pikirannya mendadak buyar ke mana-mana. Alatha mengerjapkan mata beberapa kali sambil memukul-mukul pelan kedua pipinya, mencoba untuk tetap fokus pada buku tebal taksonomi yang saat ini ada di tangannya. Namun usaha itu gagal karena sudut mata Alatha lagi-lagi malah mengekor dan melirik ke arah ponsel miliknya yang ada di samping atas meja belajarnya. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Sunyi sepi seperti di kuburan. Sejak tadi tidak ada satu pesan singkatpun masuk ke sana. Dan itu membuat Alatha sedikit merasa aneh.

   Entah mengapa sejak kejadian di sekolah tadi ketika Devan malah memilih untuk mengabaikannya, Alatha jadi merasa tidak beres. Biasanya di jam-jam segini Devan selalu mengirim pesan singkat padanya. Tapi sekarang sama sekali tidak ada pesan darinya. Atau mungkin Devan memang salah paham dengan maksud yang dia sudah jelaskan padanya di sekolah tadi? Dia mungkin mengira Alatha membencinya sampai tidak memperbolehkan dia untuk dekat dengannya makanya dia memutuskan untuk tidak untuk berhubungan lagi dengan Alatha?

  Tapi sungguh bukan itu maksud Alatha. Alatha bukan bilang kalau dia tidak ingin berhubungan dengan Devan lagi. Dia hanya ingin Devan sedikit menjaga jarak. Tidak usah terlalu sering datang ke kelasnya ataupun mengantarkannya pulang lagi. Maksud Alatha mungkin dengan begitu orang-orang di sekolahnya tidak lagi terlalu ingin tahu tentang hubungan dia dengan Devan. Tapi sepertinya Devan memang sudah salah mengartikan hal itu. Entah, kini Alatha malah jadi sepi sendiri karena Devan tidak lagi menghubunginya.

  "Ck, gue kenapa sih?" Merasa dirinya menjadi semakin tidak fokus, Alatha jadi kesal sendiri, karena kesal dia kemudian mengambil ponselnya dari atas meja belajarnya lalu melempar benda itu secara sembarang ke atas ranjang tidurnya. Mungkin dengan begini dia jadi bisa lebih fokus belajar.

  "Ilmu taksonomi adalah ilmu yang mempelajari prinsip dan cara klasifikasi makhluk hidup.." Alatha menutup ke dua matanya sambil mencoba mengingat materi yang sudah dibacanya, ".... Prinsip dan cara mengelompokkan makhluk hidup menurut ilmu taksonomi adalah dengan membentuk- membentuk.." Alatha menggantungkan kata-katanya begitu tiba-tiba saja dia lupa kelanjutan dari materi itu. Alatha kembali melirikkan matanya pada ponselnya yang ada di atas ranjang. Layar ponselnya berada dalam posisi terbalik dengan layar depan menghadap ke ranjang. Dia jadi tidak bisa melihat apakah ada pesan masuk atau tidak karena kebetulan tadi dia memang memasang status silent pada ponselnya karena ingin belajar.

  Sudah terlalu tinggi rasa percaya dirinya karena menanggap Devan akan mengirim banyak pesan padanya untuk membahas masalah tadi. Dia takut Devan akan mengganggu konsentrasi belajarnya. Namun yang terjadi selanjutnya adalah malah dia sendiri yang kehilangan fokus belajar karena Devan tidak mengabarinya sama sekali.

  "Membentuk apa sih tadi," decak Alatha kesal namun pandangannya tidak juga teralih dari benda yang ada di atas ranjangnya itu.

  "Ah gak tau ah." Akhirnya karena rasa penasaran mendadak timbul karena dia ingin memastikan tidak ada pesan masuk dari Devan, diapun segera melompat dari kursi meja belajarnya dan menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang tidurnya. Dengan secepat kilat Alatha segera menyambar benda tersebut dan segera menyalakan tombol switch on di ponselnya sehingga layarpun menyala.

  Namun, lagi-lagi wajahnya kembali berubah muram begitu menyadari bahwa tetap saja tidak ada pesan yang masuk di notifikasinya. "Hmmmmmmhhhhh.." Alatha melenguh panjang kemudian menaruh kembali ponselnya di sampingnya. "Dia ke mana sih?" Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut gadis itu tanpa dia sadari. "Atau jangan-jangan dia emang marah sama gue kali ya?" Katanya kembali bermonolog. Alatha menatap langit-langit kamarnya selama beberapa saat. Kemudian pandangannya beralih menatap jam dinding di sudut kamarnya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang