"Jangan menunggu aku saat sudah dipuncak tapi temanilah aku saat mendaki, jangan bantu aku saat aku tenggelam tapi ajarilah aku cara untuk berenang"
-Struggle
*******KERNYITAN serta merta timbul di kening Alatha begitu melihat kehebohan beberapa siswa yang keluar dari kelas-kelas dan langsung berlarian heboh menyusuri lorong koridor. Alatha baru saja keluar dari toilet dan kini sedang di perjalanan kembali menuju ke kelasnya. Namun, dia merasa sedikit aneh dengan kehebohan yang tidak biasa ini. Tidak ada hal yang dapat membuat siswa-siswa SMA Pancasila ini heboh kecuali pada saat sekolah memulangkan mereka lebih awal karena ada rapat guru. Penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, Alatha akhirnya nekat bertanya pada salah satu siswi yang kebetulan lewat di sampingnya dan juga ingin mengikuti kerumunan itu untuk pergi.
"Eh tunggu deh," tukas Alatha yang lantas menghentikan langkah siswi tersebut untuk pergi, "itu kenapa sih pada lari-larian gitu? Sekolah dipulangin lebih awal ya?" Tanya Alatha kemudian.
Mendengar perkataan Alatha, siswi tadi lantas menggelengkan kepalanya dan berkata, "bukan, Kak Pian nantangin Devan buat tanding basket di lapangan." Jawab siswi itu.
Mendengar nama Devan dan Pian disebut berbarengan Alatha lantas tersentak kaget. Mendadak terlintas pikiran buruk selama beberapa saat di benaknya. Mengingat hubungan antara kedua cowok itu sangat amat tidak baik, Alatha mendadak jadi cemas sendiri dengan segala sesuatu yang akan terjadi. Akhirnya karena sudah tau apa yang menyebabkan semua kepanikkan ini, Alatha kembai berkata, "oh gitu ya, ya udah makasih ya?" Kata Alatha kemudian.
"Iya." Kata siswi itu kemudian kembali berlari menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
Alatha bergeming sejenak, sempat ada pikiran untuk tidak peduli. Namun akhirnya dia memilih untuk ikut berlari menuju ke lapangan untuk memastikan kalau tidak akan terjadi sesuatu hal yang buruk dengan pertemuan Pian dengan Devan yang terlalu mendadak seperti ini. Begitu sampai di depan lobi sekolah, mata Alatha lantas terbelalak menyaksikan kerumunan siswa yang sudah ramai memadati area sekitar pinggir lapangan. Alatha sama sekali tidak dapat melihat ke arah lapangan karena tertutup oleh tubuh siswa-siswa ini. Akhirnya karena penasaran ingin melihat langsung ke TKP, Alathapun nekat menerobos kerumunan itu sampai akhirnya tubuh mungil cewek itu berhasil menelusup masuk sampai ke bagian paling depan.
Sampai di barisan paling depan, Alatha baru bisa melihat pertandingan antara Devan dan juga rombongan Pian. Pandangan Alatha langsung teralih pada Devan. Cowok itu hanya mengenakan kaus berwarna hitam polos dengan celana abu-abunya. Ada Maxime dan juga teman-temannya yang lain di sana. Mereka merekrut beberapa siswa yang Alatha tau mungkin berasal dari kelas X4, untuk bergabung satu tim dengan mereka.
Pandangan Alatha kembali terfokus pada Devan yang tengah membawa bola basket tersebut ke arah ring. Hingga akhirnya terdengar sorak-sorai ketika cowok itu berhasil memasukkan bola ke dalam ring.
"Astaga Devan ganteng banget." Sahut salah satu siswi entah dari kelas mana.
"Iya ih tinggi banget dia ya, keren." Tukas siswi lain.
Alatha menoleh ke arah dua siswi yang bukannya menonton pertandingan malah sibuk mengagumi Devan. Merasa diperhatikan salah satu cewek tersebut ikut menoleh ke arah Alatha kemudian berbisik ke arah temannya dan langsung menatap Alatha kembali dengan tatapan sinis. Inilah sebabnya Alatha jadi malas kalau keluar kelas, padahal sudah tiga hari dia tidak pernah berduaan lagi dengan Devan tapi segelintir orang masih saja suka membicarakannya. Malas meladeni sikap tidak mengenakkan dari kedua cewek itu, Alatha memilih untuk bergerak sedikit ke samping supaya tidak terlalu dekat dengan tempat cewek-cewek itu tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle
Teen Fiction[TAMAT] Dia dingin, posesif, sulit ditebak seperti cuaca dan terkesan angkuh. Dunianya begitu abu-abu, sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang membuat dunianya menjadi lebih hidup. Alatha. Seorang gadis yang ternyata mampu menaklukan hatinya ya...