79. Kabar Mengejutkan

373 20 2
                                    

Hati yang patah, butuh waktu yang lama untuk bisa kembali pulih.
-Struggle
******


SEPEDA motor Devan terpacu dengan kec-epatan di atas rata-rata melintasi jalan raya Ibu Kota yang lenggang pada dini hari ini. Awan terlihat mendung di atas sana walaupun gelap terlihat jelas membungkus bayangkara malam. Angin dingin terasa menusuk pori-pori kulit Devan sehingga menimbulkan rasa sakit yang terisolasi menjadi rasa hambar karena tidak sebanding dengan rasa sakit yang dia rasakan di dalam hatinya saat ini. Malam ini Devan memilih untuk menghabiskan waktunya di atas aspal jalan. Berkeliling kota Jakarta dan berharap supaya dengan begini dia bisa mengabaikan rasa sakit itu. Alatha adalah orang yang pertama kali mengajarinya apa itu yang namanya bahagia sekaligus mengajarinya apa itu yang namanya rasa sakit.

Mungkin ini adalah hukuman dari Tuhan dan semesta karena Devan dulu pernah memper-mainkan perasaan orang lain. Devan dulu pernah menganggap perasaan cinta itu hanya sebatas ilusi dan tidak benar-benar nyata. Ya, orang itu adalah Nadin. Dulu Devan pernah menganggap perasaan Nadin sebagai bentuk candaan belaka dan menganggap bahwa rasa cintanya hanyalah obsesi semata. Kini dia sendiri yang merasakan apa yang mungkin dulu pernah Nadin rasakan. Mengejar tanpa tau rasanya dikejar. Merendahkan diri mereka sampai ke titik yang serendah-rendahnya dan terkesan sebagai seorang pengemis cinta.

Sulit membedakan antara cinta dan obsesi karena baik cinta maupun obsesi sama-sama membuat seseorang menjadi buta karenanya. Dulu Devan tidak pernah seperti ini. Dulu Devan adalah orang yang paling anti dengan yang namanya cinta. Dia terlalu arogan untuk menganggap cinta menjadi salah satu kebutu-han hidup manusia sebagai penghuni bumi. Tapi semua itu tidak berlaku lagi setelah dia bertemu dengan Alatha. Gadis itu mampu menyulap hidupnya yang terasa hambar men-jadi hangat seperti senja. Hidupnya yang dulu abu-abu menjadi lebih berwarna.

Devan benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Alatha. Apakah dia harus percaya dengan semua kata-kata menyakitkan yang dikatakan oleh gadis itu padanya tadi? Apa benar yang dia katakan bahwa dia tidak benar-benar tulus mencintai Devan? Atau mungkin dia mengatakan itu supaya Devan juga ikut menyerah dengan hubungan ini? Ah, entahlah. Terlepas apa yang dikatakan oleh Alatha adalah kebohongan atau kenyataan, hal itu tetap saja terasa sangat menyakitkan.

Susah payah Devan mengejar. Susah payah dia bersikeras untuk mempertahankan hubungan mereka. Tapi ternyata usahanya sama sekali tidak dihargai. Alatha memilih untuk menyerah saat Devan memilih tetap teguh pada pendiriannya. Kini semuanya terasa percuma. Devan seperti mati rasa. Semua ekspetasi semu yang sebelumnya pernah dia impikan mendadak runtuh begitu saja saat mendengar pernyataan Alatha. Devan tidak ingin mempercayainya, namun Alatha seolah mencoba untuk terus meyakinkannya.

Brmmmmmm...

Devan mencengkram erat handdle kemudi motornya lalu semakin menambah kecepatan sepeda motornya saat rasa sakit itu kembali terasa menyesakkan dadanya. Rasanya Devan ingin melampiaskan seluruh kekesalannya saat ini. Rasa kecewa, sedih, sakit hati itu telah bercampur menjadi satu dan sialnya sudah tidak dapat terbendung lagi dalam hatinya. Akhirnya karena merasa tidak ada gunanya dia menghabiskan waktu untuk berkendara seperti ini, dia memutuskan untuk datang ke diskotik. Mungkin dengan minum-minum, Devan bisa lupa sejenak tentang kejadian ini. Mungkin Devan dapat mengistirahatkan otaknya dari semua pikiran yang sudah menguras tenaga dan kinerja otaknya selama belakangan ini.

Devan membelokkan sepeda motornya masuk ke area parkir hiburan malam yang terlihat penuh dengan kendaraan. Setelah selesai memarkirkan sepeda motor, dia langsung bergegas ke lobi diskotik dan setelah membeli tiket dia segera masuk ke dalam. Devan berjalan ke arah meja bartender langganan-nya. Dia segera duduk di atas kursi tinggi bar dan langsung memanggil seorang pemuda berumur sekitar dua puluh tahunan yang sudah sangat dikenalinya sejak dulu dia sering datang ke sini, "Dave, bikinin gua wine. Gak pake lama." Ucap Devan pada pemuda bernama David tersebut.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang