35. Final Problem with Gita

1K 64 42
                                    

Kadang orang harus digertak supaya mikir.
-Struggle
******

ALATHA hanya bisa pasrah begitu seseorang menarik tangannya dan entah akan membawanya ke mana. Baru saja dia keluar dari perpustakaan, lagi-lagi ada orang yang berusaha untuk menariknya secara paksa seperti ini. Padahal, kakinya masih sakit akibat insiden sehari lalu. Tapi sepertinya orang ini tidak mau mempedulikan akan hal itu. Alatha menghela napas lega begitu orang tadi menghentikan langkahnya tepat didekat ruangan janitor. Sedikit terkejut begitu tangannya dihempas secara kasar.

   "Puas lo? Udah puas buat gue dikasih surat peringatan gara-gara kelakuan melodrama lo itu?" Tanya Gita lalu mendorong bahu Alatha sampai membentur dinding ruang janitor yang ada di belakangnya.

   Alatha meringis memegangi bahunya yang didorong Gita, tapi dia hanya bisa diam pasrah. Alatha tahu Gita sedang dipenuhi emosi, rasanya tidak bagus kalau harus menjawab debatannya ini.

   "Gila ya, gue gak nyangka kalau gue punya adik kelas yang cengeng, jago drama, dan jago banget nyari simpatik dari orang lain. Kalau gue tau dari dulu gue punya adik kelas macem lo-" Gita mengambil jeda sejenak, dia menunjuk wajah Alatha menggunakan jari telunjuknya, "udah abis lo sama gue." Katanya dengan nada penuh ancaman.

  Melihat Alatha yang hanya menundukkan kepalanya menatap lantai koridor, Gita dengan kasarnya mencengkram kedua pipi Alatha menggunakan tangan kanannya dan memaksa dirinya untuk menatap padanya, "lihat mata gue kalau gue lagi ngomong sama lo! Dasar gak punya sopan santun!" Sentak Gita menatap Alatha penuh kebencian. Dia dapat melihat kedua manik mata Alatha yang berkaca-kaca.

  "Kak- sebenernya saya salah apa sih sama Kakak? Saya gak ngerasa pernah buat salah sama Kakak. Kejadian waktu kemarin itu, saya cuma berupaya untuk menghindar supaya gak kena tabrak mobil Kak Gita, saya gak ada maksud buat bikin Kak Gita jadi kena masalah sampai dikasih surat peringatan, saya bener-bener gak tau apa-apa Kak." Jawab Alatha akhirnya dengan suara parau. Alatha tidak takut dengan Gita hanya saja dia menghormati Gita sebagai seniornya.

  "Alah gak usah kebanyakan alesan lo! Gue tau ini cuma akal-akalan lo doang kan? Lo tau kalau gue kemarin gak benar-benar mau nabrak lo, tapi lo mau buat seolah-olah gue mau ngelakuin itu makanya lo sengaja pura-pura jatoh dan luka kayak gini biar gue yang harus menanggung hukuman yang sebenarnya bukan murni kesalahan gue! Iyakan?!" Bentak Gita lagi tepat di depan wajah pias Alatha.

  "Kak, saya sama sekali gak bermaksud seperti yang Kakak omongin itu, saya cuma mau coba ngehindar Kak, saya gak maksud buat Kakak jadi kena-"

  "Udalah gak usah banyak alesan deh lo! Mana ada maling ngaku!" Gita kembali mendorong bahu Alatha, "sini lo!" Gita mengambil kembali tangan Alatha dan hendak menariknya dan memasukkannya ke dalam ruang janitor.

   Namun kali ini Alatha berhasil melawan, dia menarik kembali tangannya lalu mendorong tubuh Gita sampai jatuh tersungkur ke atas lantai. "Kak, saya udah capek ya difitnah terus sama Kakak. Pertama Kakak udah fitnah saya ngerebut cowok yang Kakak suka, sekarang Kakak fitnah saya sengaja mau ngejerumusin Kakak ke dalam masalah. Mau Kakak itu apa sih?" Tukas Alatha tak tertahankan lagi. Sebenarnya dia ingin sekali menangis. Tapi dia tahan karena itu akan membuat Gita menganggap bahwa dirinya ini lemah. Dan Alatha tidak mau dianggap lemah.

  Gita mendongak menatap Alatha tajam, "berani lo dorong gue kayak gini?! Emang bener-bener kurang ajar lo ya!" Gita segera bangun dan hendak melayangkan tangannya guna menampar Alatha.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang