13. Pemaksa

1.5K 115 104
                                    

Maksa sama ngajak itu beda.
-Struggle
******

    ALATHA dan Anna sudah ada di parkiran kantin sekarang. Mereka berdua kini sibuk mencari-cari keberadaan cowok bernama Devan itu tapi ternyata tidak jua menemukan tanda-tanda keberadaannya. Mereka bahkan sampai rela keluar-masuk kantin, tapi tetap saja tidak dapat menemukannya. Akhirnya karena sudah lelah mencari, Alatha pun memutuskan untuk mengakhiri pencarian ini saja dan memilih untuk mengikuti kata hatinya untuk pulang. Karena entah mengapa perasaannya jadi tidak enak.

"Gue rasa udah balik dia, Tha." kata Anna.

"Ya udah deh bagus kalau gitu gue jadi bisa langsung balik tanpa perlu ngejelasin apa-apa ke dia." Alatha berujar, nampak jelas di matanya ada kelegaan yang luar biasa setelah tahu kalau Devan tidak jadi mengajaknya pergi, "Ya udah yuk balik!" serunya kemudian menggandeng Anna untuk pulang, kebetulan hari ini Anna tidak dijemput karena sopirnya sedang berhalangan.

Baru saja beberapa langkah Alatha beserta Anna keluar dari gerbang sekolahnya, suara deruman mesin sepeda motor tiba-tiba berhenti tepat bersisian di sebelah Alatha berjalan. Alatha menoleh dan matanya spontan membulat begitu melihat kalau yang ada di sebelahnya itu adalah DEVAN.

  "Mau kabur?" tanya Devan sambil menaikkan sebelah alisnya, "udah cepetan naik! Gak usah pake basa-basi lagi." katanya yang kemudian memakai helm fullfacenya yang hanya menyisakan segaris celah sehingga hanya sepasang mata tajamnya saja yang terlihat di sana.

Alatha menelan salivanya sambil menoleh ke arah Anna yang hanya menggeleng sambil angkat bahu, Alatha kembali menatap Devan mencoba menjelaskan padanya mengenai masalahnya kali ini, "t-tapi gue—"

"Gak ada alasan, cepet naik!"

   Suasana canggung berkombinasi jadi satu dengan keheningan yang tercipta akibat suara keras yang terlontar dari bibir cowok di depannya itu. Alatha hampir tidak bisa mengerjapkan matanya kalau saja Anna tidak segera menyenggol tangannya. Alatha terlalu kaget dengan suara ketus serupa bentakkan yang terdengar memekakkan telinganya.

Matanya kini mengerjap, mencoba beradaptasi dengan pompaan jantung dan tekanan suhu udara yang mendadak dingin. Bukan saja karena memang cuaca saat ini mendung tapi memang itulah yang terjadi saat ini. Kehadiran Devan selalu mampu membuat kesan tersendiri. Sikapnya terlalu dingin dan ketus, mungkin itu adalah sebab dari semua kekacauan ini.

"Gua bilang naikkan? Kenapa masih diem? Pura-pura budek atau emang beneran budek?" Devan mulai kembali berbicara seolah orang yang di depannya itu tidak punya hati untuk tersinggung akibat lisannya.

"Maaf gue gak bisa terima ajakan lo, lo lihat? Sekarang udah mendung hampir hujan dan gue juga belum sempat kasih kabar ke —"

Belum sempat Alatha meneruskan kata-katanya, tiba-tiba saja sebuah tangan terjulur menarik kasar tangannya dan membawanya untuk segera naik ke atas sepeda motornya, Alatha yang terkejut hanya bisa menyeimbangi tubuhnya dengan tarikan kuat tangan Devan yang kini berhasil membimbingnya untuk duduk di atas jok sepeda motor besarnya walaupun dengan cara yang kasar. Anna yang melihatnya hanya bisa melengos namun kemudian lengosan itu berubah menjadi senyuman penuh arti pada Alatha.

"Gua udah bilang kan, gua gak terima penolakkan." Devan berujar lalu mulai melajukan laju kendaraanya meninggalkan perkarangan sekolah sekaligus Anna yang kini terlihat melambaikan tangannya sambil tersenyum sumeringah.

  Alatha menatap cemas Anna dari jaraknya yang semakin menjauh hingga akhirnya sosok Anna menghilang begitu sepeda motor itu berbelok melewati pertigaan jalan raya.

   Sepanjang perjalanan Alatha hanya diam. Padahal semua pertanyaan-pertanyaan berkecambuk di dalam hati dan pikirannya dalam sesaat. Mengapa cowok ini begitu bebal dan keras kepala? Apa dia tidak mau sedikitpun mendengar penjelasan Alatha terlebih dahulu mengenai dirinya yang bisa saja dimarahi oleh orang tuanya kalau pulang terlambat tanpa kabar? Apa dia mau bertanggung jawab kalau nantinya dia akan dimarahi oleh Ayahnya? Tentu saja tidak bukan? Tentu saja Alatha juga yang harus menanggung resiko dari semuanya ini.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang