Memendam perasaan memang tidaklah menyenangkan, bagai awan yang dipenuhi butiran uap air laut, lama-lama akan meledak juga dan terjadilah hujan.
-Struggle
******
SUASANA kelas sedang sepi ketika jam istirahat pertama berlangsung. Alatha dan teman-temannya memutuskan untuk tidak ke kantin karena mereka sudah janjian akan bawa bekal masing-masing hari ini. Alatha yang mengusulkan ide ini pertama kali. Sebenarnya ini akal-akalannya saja supaya teman-temannya tidak lagi mengajaknya ke kantin. Alatha malas ke kantin. Apalagi karena masalah yang dua hari lalu dialaminya. Karena hal itu, Alatha jadi malas biarpun hanya berpapasan dengan Devan di jalan. Apalagi kalau berpapasan dengan Gita. Untungnya saja teman-temannya tidak memperdebatkan hal ini dan mau-mau saja menerima ajakan Alatha untuk membawa bekal."Eh bosen deh, main apa kek gitu yuk!" Ajak Anna ketika dia telah selesai menghabiskan nasi dengan cumi saus tiram yang menjadi bekalnya hari ini.
Gila, padahal lima menit yang lalu nasinya masih banyak tapi sekarang sudah habis saja. Anna memang doyan sekali makan tapi anehnya badannya gak pernah gemuk, segitu-gitu aja. Makanya teman-temannya kadang iri sendiri karena Anna dapat bebas makan sepuasnya tanpa takut gendut.
"Main apa sih, Ann? Gue belum kelar makan nih." Nela bersungut-sungut sendiri sambil mengaduk-aduk bekal spagetthinya yang masih tersisa banyak. Jangan tanya apakah Alatha sudah selesai apa belum karena dia memang selalu jadi orang terakhir yang mampu menghabiskan makanannya.
"Main TOD yuk? Lagi booming banget dimainin sama berbagai kalangan tuh! Yuk!" Ajaknya lagi dengan semangat.
"Masih makan kali, Ann." Jawab Alatha yang masih asik menikmati menu makan ayam kampung sambal matah buatan Ibunya.
"Ya abis makan lah. Udah cepetan abisin." Anna ngotot. Alatha hanya bisa geleng-geleng kepala melihat teman dekatnya itu.
Beberapa menit kemudian. Nela selesai menghabiskan makanannya. Sementara Alatha masih sisa setengah, namun Anna segera menutup bekal makan siang Alatha karena tahu kalau tidak segera diakhiri Alatha tidak akan kelar makan. Lagipula tadi juga Alatha bilang dia sudah kenyang, makanya Anna tega melakukan hal itu untuk mempersingkat waktu sebelum jam istirahat pertama berakhir.
"Nah ayo mulai!" Seru Anna sambil mengeluarkan pensil miliknya dengan semangat untuk kemudian diputar dan begitu putarannya berhenti, siapapun yang ditunjukkan oleh ujung pensil itu lah yang akan mulai duluan untuk memainkan permainan ini. "Mainnya gak boleh curang ya? Harus konsisten sama pilihannya." Kata Anna yang kemudian memutar pensil itu di atas mejanya. Pensil berputar dengan kencang, sampai akhirnya berhenti dan ujung pensil mengarah langsung kepada dirinya sendiri.
"Naahh lo duluan yang mulai, Ann!" Nela jadi heboh sendiri karena malah Anna yang dapat giliran pertama untuk memulai permainan.
"Ah sialan! Gue yang ngajak, gue yang kena duluan." Sungut Anna.
"Pilih Truth atau Dare?" Tanya Nela kepada Anna.
"Truthlah! Gila lo pilih dare ntar yang ada gue malah dikerjain lagi." Celetuk Anna sambil memajukan bibirnya ke depan.
"Ya udah, apa nih Tha pertanyaannya?" Nela bertanya pada Alatha sedangkan Alatha hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
"Terserah lo aja, gue gak ngerti." Kata Alatha.
"Hmm. Oke." Nela terlihat berpikir sejenak sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu, hingga kemudian wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat menatap kepada Anna, "gua mau tanya Ann, tapi lo benaran jawab jujur ya?" Nela mengambil jeda sejenak membiarkan Anna menganggukkan kepala sebagai tanda persetujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle
Jugendliteratur[TAMAT] Dia dingin, posesif, sulit ditebak seperti cuaca dan terkesan angkuh. Dunianya begitu abu-abu, sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang membuat dunianya menjadi lebih hidup. Alatha. Seorang gadis yang ternyata mampu menaklukan hatinya ya...