53. Canggung

855 44 17
                                    

Lebih baik dicintai daripada mencintai.
-Struggle
*****

"THA, lo serius mau nyamperin dia?" Tanya Nela begitu mendengar keputusan Alatha.

Alatha yang mendengarnya hanya bisa mendecakkan lidah. Anna dan Nela sedari tadi masih saja menanyakan tentang hal ini. Alatha sudah mendengar kabar bahwa ternyata Nadin memilih untuk pindah kelas semejak kejadian beberapa hari lalu itu. Alatha tidak habis pikir kenapa Nadin sampai bertindak demikian. Pantas saja sejak kemarin dia tidak datang ke kelas, rupanya dia sibuk mengurus kepindahannya ke kelas X4.

"Iya Nel," kata Alatha yang kemudian menghentikan langkahnya ketika sampai di ambang pintu kelasnya, "udah mendingan kalian di sini aja, biar gue yang temuin Nadin." Kata Alatha kemudian.

Melihat Alatha mulai melangkahkan kakinya lagi, Anna dan Nela lantas bangun dari tempat duduknya lalu bergerak menyusul Alatha.

"Tha, lo tau kan Nadin itu udah jahat sama lo? Dia jelek-jelekin lo di belakang, udah gini lo masih mau nyamperin dia dan minta dia buat balik ke kelas kita lagi? Astaga Tha, manusia jenis apa sih lo?" Celetuk Nela begitu dia berhasil menyusul Alatha.

"Ya tapi Nel, kita gak bisa dong ngebiarin dia kayak gini? Nadin pasti punya alasan kenapa dia ngelakuin semua ini." Jawab Alatha.

"Iya alasannya adalah karena dia suka sama Devan dan dia benci sama lo Tha," jawab Nela lagi, "dia pasti ngelakuin ini karena malu gara-gara kita udah tau busuknya dia." Katanya.

Mendengar perkataan Nela, Alatha kembali menghentikan langkahnya dan menatap teman-temannya itu satu persatu, "Nel, Ann, gue tau semua ini emang Nadin lakuin mungkin karena alasan itu, tapi Nadin itu temen kita, kita gak bisa gitu aja ngelepasin dia hanya karena masalah kayak gini." Katanya.

"Tha, Nadin itu udah jahat sama lo dan lo masih nganggep dia teman? Sumpah ya Alatha!" Anna gemas sendiri melihat tingkah Alatha yang seperti ini. Menurutnya Alatha sudah tidak rasional. Jelas-jelas Nadin sudah menusuknya dari belakang tapi dia masih saja ingin membelanya. Benar-benar Alatha, Anna tidak tahu apakah Alatha ini polos atau bego?

"Udahlah, Ann, gue gak mau debat soal ini. Gue mau temuin Nadin, gue mau jelasin ke dia supaya dia gak salah paham lagi." Kata Alatha seraya ingin kembali bergerak.

Namun, belum sempat dia melangkah Nela tiba-tiba berkata, "lo gak usah nyariin dia ke kelas, tuh orangnya dateng." Kata Nela membuat Alatha dan Anna lantas menoleh ke arah lorong koridor. Tampak Nadin sedang berjalan ke arah mereka. Kelas X4 berada di lantai dua. Kebetulan Nadin baru datang ke kelas jadi Alatha tidak perlu repot-repot mencarinya lagi.

Melihat keberadaan Alatha, Anna dan Nela, Nadin sedikit terkejut. Terlihat dari mimik wajahnya. Namun merespon hal itu dia memilih untuk tetap tenang dan semakin berjalan mendekat ke arah mereka. Tapi bukan untuk menghampiri mereka melainkan untuk bergegas ke kelasnya.

"Nad!" Alatha memanggil Nadin begitu dilihatnya Nadin malah berjalan melewati mereka seperti tidak mempedulikan keberadaan mereka sama sekali.

"Nadin!" Panggil Alatha lagi karena Nadin tidak menghentikan langkahnya sama sekali dan merespon panggilannya.

Nadin tetap berjalan tanpa menghiraukannya. Melihat hal itu, Alatha segera melangkahkan kakinya dan bergerak menyusul Nadin.

Akhirnya sebelum sempat Nadin masuk ke kelasnya, Alatha sudah lebih dahulu mencekal pergelangan tangan cewek itu membuat langkah cewek itu lantas terhenti seketika.

"Apa lagi sih? Ngapain lagi lo ke sini?" Ketus Nadin sambil menatap Alatha penuh ketidaksukaan.

"Lo kenapa pindah kelas sih, Nad? Apa gak bisa masalah ini diselesain baik-baik?" Tanya Alatha kemudian.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang