"KAK JISOO!!!"
"KAK JISOO!!!"
Seorang gadis berteriak nyaring disepanjang jalan bergaris khusus yang ada didalam ruang UGD.
Rambut panjang berwarna coklat lembut miliknya, tersepoi-sepoi ke arah belakang. Karena gadis itu juga berlari kecil sambil meneriaki nama kakaknya disana.
"Jennie disini!!"
Kim Jisoo melambai lemah, ia segera memberikan tanda keberadaannya pada sang adik, agar Kim Jennie berhenti meneriaki namanya.
Tidak enak rasanya Jisoo melihat, para pasien dan perawat yang ada di ruang UGD memberikan tatapan tajam kepada Jennie, yang berteriak-teriak tidak sopan disana.
"Huaa... kak Jisoo!"
Jennie berhamburan menuju brankar yang ditempati oleh Jisoo. Gadis itu terlihat sedih sekali ketika melihat kakaknya, di rawat lengkap dengan selang infuse dan beberapa perban membelit di sikunya.
"Usstt!!! Jennie, bisa tidak kau pelankan suaramu... Ini rumah sakit! Bukan hutan."
"Maaf aku lupa! Habisnya aku sangat khawatir pada kakak, kau tidak terluka parah kan?"
Jennie masih terlihat ngos-ngosan dan berantakan, ia lantas menyisir rambutnya dengan jari. Karena beberapa helainya menutupi mata. Ia berujar lantang seperti tadi hanya dalam satu kali tarikan napas. Luarbiasa!
Jisoo belum sempat menjawab pertanyaan runtun dari Jennie, wanita itu malah kaget ketika adiknya menghambur ke dalam pelukannya.
"Hyaa.. Kenapa kau malah menangis Jennie?"
Jennie dengan spontan memeluk Jisoo. Kakak beradik itu terdiam sesaat dengan pose, Jinnie yang memeluk Jisoo begitu erat.
"Hiks.. Habisnya aku takut kakak kenapa-kenapa! Aku sangat kaget ketika ayah menelpon dan mengatakan jika kau mengalami kecelakaan..." lantang Jennie, dengan raut wajah mulai berair.
Jennie sedikit berduka, hatinya terasa sakit ketika melihat kakak kesayangannya mengalami luka akibat kecelakaan. Jennie tak menyangka jika kejadian buruk seperti ini akan menimpa kakaknya.
Sebenarnya Jennie sering dihantui rasa takut jika ia ingat bahwa kakaknya setiap hari pergi bekerja menggunakan sepeda motor.
Jisoo sebenarnya masih belum terlalu mahir mengendarai sepeda motor. Tetapi ia tetap ngotot untuk memakai kendaraan itu saat berangkat bekerja.
Katanya sih, kalau memakai motor, Jisoo bisa lebih tepat waktu sampai di sekolah. Maklumlah dia'kan seorang guru yang teladan. Jadi Jisoo diwajibkan datang lebih awal dari siswa-siswanya.
Hmm.. Contoh yang perlu ditiru!
Padahal pak Kim Man -ayah Jisoo sendiri sudah memberikan sebuah mobil lengkap beserta seorang supirnya, untuk mengantar Jisoo kemanapun dirinya ingin pergi setiap hari.
Alih-alih Jisoo akan senang dengan pemberian ayahnya. Wanita itu malah menolak fasilitas tersebut, dengan alasan yang cukup klise untuk diterima oleh Pak Kim Man.
Karena Jisoo masih terus kekeh ingin mengendarai sendiri sepeda motornya. Ayah Jisoo pun akhirnya memberikan ijinnya, meskipun dalam keadaan terpaksa. Ia lantas membebaskan anak sulungnya untuk menggunakan tranfortasi beroda dua itu kemanapun Jisoo pergi.
"Hemm... Kata dokter lukaku tidak terlalu parah, aku pikir ayah dan ibu yang akan datang kemari. Eh ternyata kau... Mereka berdua kemana?"
Jisoo melepaskan dekapan adiknya. Jujur saja ketika Jennie memeluknya, ia merasa kalau badannya akan remuk. Ayolah tipikal 'kekuatan' pelukan Jennie yang standar saja bisa membuat Jisoo sesak napas. Apalagi pelukan super erat seperti tadi, sudah pasti bahu dan luka-luka Jisoo kembali berdenyut sakit dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Title For Us #Wattys2019 [END]
Romance"Yah, sayang sekali... Aku pikir Nona ini pacarmu, kau betah sekali menjomblo kak... Kapan kau menyusulku untuk menikah?" "Jika aku sudah mood mungkin" balas Seokjin tanpa minat. "Kapan kau akan mood untuk menikah dasar kakak bodoh? Ingat umurmu it...