Kaki jenjang Seokjin akhirnya menapaki areal parkir rumah sakit. Ia sempat berbalik sebentar untuk menatap bagunan megah rumah sakit Central, sebelum Seokjin melangkah lagi menuju ke sebuah mobil patroli polisi yang menjemputnya.
"Kapten Seok!" Bae Jinyoung melambai-lambai dari arah samping mobil patroli. Ia menyenderkan pundaknya di body samping mobil sambil menunggu atasannya tiba.
"Ayo kita kembali ke kantor" ucap Seokjin dengan nada datar.
"Nee... Kapten!" sahut Jinyoung dengan cepat. Dua polisi itu'pun memasuki mobil, dan hendak kembali ke kantor setelah semua urusan selesai.
Didalam mobil Bae Jinyoung mengambil sebuah tas jinjing berwarna darkblue dari jok belakang. Seokjin hanya menatap tas itu sesaat.
"Ini yang kau minta kapten, tas ini milik nona Jisoo itu"
"Apa ponselnya juga ada?" tanya Seokjin, tapi ia tak berniat untuk menyentuh tas yang Jinyoung pegang.
"Nee... Semuanya lengkap ada didalam, isinya tak tersentuh sedikit'pun. Apa kapten mau mengembalikannya sekarang?"
"Akurasa tidak."
"Waee? Bukannya tadi pagi kapten menyuruhku untuk membawakan tas ini? Dan sekalian saja mumpung masih disini, kita kembalikan dulu tas milik nona Jisoo ini" bujuk Jinyoung. Namun kaptennya tak banyak menggubris.
Seperti biasa, Seokjin itu tipe kapten yang irit bicara tapi banyak bekerja. -Itulah penilaian Jinyoung terhadap Kim Seokjin.
"Tidak. Kita bawa saja dulu tasnya" titah Seokjin.
Jinyoung terdiam. Ia hendak protes tapi takut. Dan akhirnya Jinyoung mencobanya. "Tapi kapten... Tas-"
"-Bawa saja ke kantor. Biar aku yang urus sisanya!" mutlak Seokjin. Ia memotong kalimat bawahannya dengan sadis.
Jrebb!
Jinyoung mengangguk paham. Polisi muda itu lantas mulai menyalakan mesin mobil, dan tak mau lagi membantah apapun perkataan kaptennya.
'Moodnya pasti sedang buruk sekali. Kapten Seok sangat menyeramkan hari ini T_T' -batin Jinyoung, kemudian dilirikan matanya ke arah Seokjin, yang memejam dan menyenderkan bahu lebarnya di sandaran kursi mobil yang empuk.
Seokjin POV.
'Sial kepalaku pusing sekali!'
Rasanya aku ingin muntah, setiap kali menghirup aroma obat dari rumah sakit. Apalagi saat aku menemani Jisoo di ruang UGD tadi. Aku mati-matian menahan mual dan mingren didepannya.
Aku memang pria yang memiliki phobia terhadap bau obat-obatan. Dan aku sangat benci ruang rumah sakit, karena pengalaman masa lalu yang kurang mengenakan.
Didepan Jisoo, aku tak bisa memperlihatkan rasa kebencianku terhadap rumah sakit. Melihat wajah pucatnya, mengingatkanku pada diriku yang dulu sempat dirawat juga di rumah sakit yang sama saat masih muda.
Ah!.. Sudahlah yang penting sekarang aku bisa terbebas dari belenggu bebauan obat yang menyengat itu.
Tapi kenapa rasanya aku seperti tak rela jika harus meninggalkan Jisoo di sana?
Meskipun wanita itu sudah didampingi oleh adiknya. Tetap saja hatiku merasa resah dan selalu ingin memastikan jika ia baik-baik saja dan segera mendapat perawatan yang lebih baik.
Aku akui, jika Jisoo merupakan wanita yang sangat cantik. Dan ketika ia tersenyum padaku. Garis lengkungan bibirnya seperti candu yang memabukan, hingga bisa memancing guratan senyum yang sama di wajahku. Dari semua hal singkat yang aku rasakan itu, rupanya bisa menghangatkan hatiku. Nyaman dan mudah merindu hanya padanya. Argh.. Aneh, apa itu sejenis emosi atau perasaan?!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Title For Us #Wattys2019 [END]
Romansa"Yah, sayang sekali... Aku pikir Nona ini pacarmu, kau betah sekali menjomblo kak... Kapan kau menyusulku untuk menikah?" "Jika aku sudah mood mungkin" balas Seokjin tanpa minat. "Kapan kau akan mood untuk menikah dasar kakak bodoh? Ingat umurmu it...