Sinar matahari memancarkan cahaya emasnya yang sangat hangat pagi ini. Sementara itu rumah mewah bergaya eropa yang dimiliki oleh kapten Choi Woobin, begitu hidup ketika cahaya surya membiasi seluruh pekarangan rumahnya dari ufuk timur.
Hari ini Woobin akan pergi ke kantor seperti biasa, hanya saja ada hal lain yang akan ia lakukan disaat jam makan siang tiba. Yaitu bertemu wanita yang akan dijodohkan dengannya.
Woobin bahkan mendapat pesan dari Ayahnya, agar ia bisa tepat waktu menjemput putri sulung dari keluarga Kim itu ditempatnya bekerja dan mengajaknya makan siang, sebagai usaha mendekatkan diri agar hubungan mereka cepat berkembang.
Bukankah itu nampak berlebihan?
Sebagai seorang pria yang sudah pernah menikah dan nyaris akan menjadi seorang ayah. Woobin merasa jika Gong Yoo sudah ikut campur, terlalu jauh mengatur hidupnya.
Perjodohan?
Ayolah, coba pikir apa masih ada estetikanya hal itu diera modern seperti sekarang?
Woobin yang sekarang, bukanlah pria pengejar wanita. Melainkan Woobin yang sekarang adalah pria pengejar kekuasaan. Hadirnya wanita, hanya akan menghambat tujuan hidup dan jalannya menuju ke suksesan.
Memang hal itu akan terdengar egois dan kaku, tapi Woobin tidak peduli. Rasa sakit hati, pahitnya kehilangan dan kekecewaan sudah pernah Woobin rasakan. Hidupnya hancur, dan semua itu bermula ketika Woobin ditinggal pergi oleh almarhum istrinya 3 tahun lalu yang lalu.
Semangat Woobin sudah mati!
Lalu untuk apa Gong Yoo berusaha membantu Woobin menjalin hubungan baru bersama Kim Jisoo?
Seberapa keraspun Woobin mencoba menerima Jisoo sebagai wanita, tetap saja bayang-bayang istrinyalah yang Woobin lihat di tubuh Jisoo.
Apakah Woobin menjadi pria jahat, bila ia hanya menganggap Jisoo sebagai pelarian dan sebuah simbolis formalitas untuk melengkapi status hidupnya diatas kertas?
Suami-istri....
Yup, Jisoo hanya akan melengkapi status itu di kehidupan Woobin tidak lebih, karena perasaan cinta yang Woobin miliki sudah lama mati.
"Aku tidak boleh memikirkan ini terus...."
Woobin bergumam sembari mengeratkan tali kulit jam tangannya.
"Aku harus sadar jika Jisoo adalah beban, kemarin aku pasti hanya iba melihat wajah sedihnya sehingga aku prihatin padanya..." ucap Woobin bermonolog karena memang ia tinggal sendirian dirumah miliknya.
"Aku masih tidak mengerti.... Akan perasaanku...."
Woobin menyenderkan kedua telapak tangannya diatas meja kaca, yang dibawahnya beralih fungsi sebagai laci dengan kubikel persegi kecil tempat ia menaruh puluhan koleksi jam tangan mahalnya. Didepan sana Woobin melihat pantulan wajahnya dari cermin, yang menempel menjadi satu, sebagai aksesoris tambahan pada meja khusus itu.
"Aku masih nyaman sendiri, tapi Jisoo tiba-tiba datang karena Ayah mengasihaniku... Dan jika aku menerima Jisoo, mungkin saja di masa depan dia akan menghabat karirku. Aahhhh!! Tentu saja aku benar!! Aku tidak butuh cinta... Karena cinta hanya akan membuatku lemah"
Woobin memasang smirk yang melintang lebar di bibirnya.
Dreeetttttt!!!.....
Dreeeettttt!!!....
Ting!.....
Ponsel Woobin diatas ranjang bergetar 2 kali pertanda ada pesan masuk. Namja gagah itu lalu melangkah pelan guna meraih benda canggih itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Title For Us #Wattys2019 [END]
Romance"Yah, sayang sekali... Aku pikir Nona ini pacarmu, kau betah sekali menjomblo kak... Kapan kau menyusulku untuk menikah?" "Jika aku sudah mood mungkin" balas Seokjin tanpa minat. "Kapan kau akan mood untuk menikah dasar kakak bodoh? Ingat umurmu it...