Setelah rapat berlangsung selama 2 jam. Kini pegawai perusahaan membubarkan diri. Jisoo langsung saja keluar ruangan sementara dia bisa melihat rekan-rekan lainnya yang mengerubungi Adison, entahlah mereka seperti excited ketika tau emang Adison setampan itu dengan gaya berpakaian yang bagus dan sopan, arura karismatik, visual mendukung dan kalimat yang selalu atraktive ketika bicara.
Uhm, ya itu personal branding yang di bawa oleh Adison.
Jisoo pun waktu pertama kali kerja juga seperti itu, kehadirannya selalu menarik daya orang lain untuk menyapanya, meskipun pada akhirnya ketika rekan-rekannya sadar jika Jisoo anak seorang koruptor mereka malah mengacuhkan Jisoo.
Ya, tidak salah sih.. itu hak rekan nya ketika memilih untuk mendekat sebagai teman atau menjauh sebagai musuh untuk Jisoo.
Dirinya tak masalah dikucilkan, sungguh justru semakin sedikit circle dan semakin private relasinya Jisoo tidak akan merasa pusing secara berlebihan.
Srpassh
Suara air keran dari wastafel mengucur deras. Jisoo mencuci tangannya bahkan dia rela membasuh wajahnya sehabis rapat.
Sial, apa-apaan itu.
Adison dan segala hal yang membuat Jisoo diam-diam merasa deja vu. Hal itu menyiksa Jisoo, karena perasaan sensitifnya muncul lagi.
Dia masih trauma dengan kehilangan besar yang ia rasakan.
Lebay?
Ofc.
Setiap orang punya batas kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi masalah, dan batas kemampuan Jisoo ketika mentalnya terluka dan perasaannya hancur berat adalah ketika kekasihnya di nyatakan telah tiada.
Sungguh, jika boleh Jisoo ingin menggantikan posisi Seokjin, biarkan saja Jisoo yang mati disana asalkan pria itu tetep hidup.
Hoping she can die firs.
So cintanya akan benar benar ikut terkubur bersamanya. Tidak merasakan lubang besar dihati dan kehilangan gairah akan hidup!.
"No... aku hanya kepikiran saja right?" Ungkapnya. Dia menatap cermin wastafel dengan wajah serius.
Dan setelah itu Jisoo kembali ke ruangannya untuk bekerja setelah rapat. Maybe nanti dia akan makan siang diluar saja, agar bisa merifresh pikirannya.
.
.
.
.Pukul 13.12PM tertera di jam tangan Adison. Yup, Kim Seokjin yang memakai nama itu, panggilan Jin hanya untuk rekan kerja 1 devisinya saja. Sementara Adison adalah panggilan yang seluruh kariawan gunakan ketika berpapasan dengan Seokjin.
Ting!
Pintu lift terbuka, dia kaget melihat Jisoo ada didalamnya. Dengan alis 1 terangkat keras keatas Seokjin hanya tersenyum samar dan sedikit bow kepada seniornya itu.
Yup, Jisoo seniornya di kantor. Dan mantan kelasihnya di kehidupan sebelumnya.
Agak klise, rindu sekali rasanya dan ingin memeluk sosok wanita itu sekarang juga.
"Mau ke lantai berapa?" Tanya Seokjin.
"Hm.. ke basement aku akan makan diluar, so butuh akses mobilku untuk kerestoran yang ingin aku tuju" sela Jisoo.
"Oh right okey... nikmati waktu makan siangmu nona Kim" jawab si pria.
Mereka di lift bersama. Dan sialnya hanya saling diam saja.
Seokjin didepan dan Jisoo di belakang.
Ting!
Pintu lift terbuka, basemen dulu yang dituju padahal Seokjin maunya ke kafetaria kantin tapi Jisoo yang awalnya sudah di lift dia prioritaskan dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Title For Us #Wattys2019 [END]
Romance"Yah, sayang sekali... Aku pikir Nona ini pacarmu, kau betah sekali menjomblo kak... Kapan kau menyusulku untuk menikah?" "Jika aku sudah mood mungkin" balas Seokjin tanpa minat. "Kapan kau akan mood untuk menikah dasar kakak bodoh? Ingat umurmu it...