Sampai di rumah sakit, lagi-lagi karena jiwa kemanusiaan tinggi yang sudah tertanam sejak lahir pada diri Kim Seokjin. Mau-tak mau membuat laki-laki dengan tinggi badan hampir mencapai 181 cm itu membantu tim medis mengeluarkan brankar lipat dari ambulance.
Tak hanya sampai disitu, kembali lagi dirinya tergerak untuk membantu mendorong brankar yang ditempati oleh Kim Jisoo sampai di ruang UGD.
Tim medis dengan sigap mempersiapkan peralatan untuk membersihkan luka gores dalam, yang dialami oleh pasien di bagian lengan dan lututnya.
Jisoo, wanita yang berseragam atasan berwarna putih itu. Justru menatap ngeri luka-luka yang ada di tubuhnya.
Ia takut darah, apalagi melihat luka-lukanya sendiri yang cukup mengerikan. Rasanya perut Jisoo bergejolak mual. Jisoo tidak terbiasa melihat banyak darah yang keluar dari pori-pori kulitnya secara langsung begini.
Seperti cuplikan film horror saja!
Ia memejam kuat, saat seorang perawat laki-laki hendak membersihkan lukanya. Padahal belum apa-apa, tapi Jisoo malah sudah ketakutan dibuatnya.
Perawat itupun tertawa, karena ia melihat mimik wajah Jisoo yang lucu saat ketakutan. Dengan sopan perawat tersebut lantas mengusapkan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol ke luka Jisoo.
"Aduuhhh!!!! Sakittttt....! Pelan-pelan dok!!" Mata Jisoo terkatup kuat.
Jisoo menyebut perawat laki-laki itu dengan sebutan dokter, karena dia pikir pria itu adalah seorang dokter jaga di ruang UGD.
"Hahaha... Tenanglah nona.. Jika aku mengusap pelan lukamu, kerikil-kerikil kecil yang menancap ini akan tertinggal dan mungkin akan membuat kulitmu infeksi!" Terang perawat tersebut.
"Huaaaa... Tapi ini sakit dokter... Saya tidak kuat!!" Rengek Jisoo begitu heboh. Beberapa pasien yang dirawat di UGD juga, serentak menoleh menatap Jisoo yang berteriak.
Tirai pemisah yang ada di ruang UGD itu terbuka lebar, jadi pasien lain bisa dengan leluasa melihat Jisoo yang ditangani oleh seorang perawat tampan di tempat itu.
Seokjin yang kebetulan ikut masuk ke ruang UGD, hanya menatap prihatin ke arah Jisoo, yang mulai meringis lalu menangis dan meremas sprai putih dari brankar yang ia tempati.
'Dasar wanita cengeng, tapi aku jadi kasihan melihatnya' -batin Seokjin.
Wajah pria itu tetap tenang. Sedari tadi sebenarnya Seokjin agak terganggu dengan bau-bauan menyengat khas obat dari ruang UGD. Jujur saja Seokjin sangat benci aroma khas dari rumah sakit ini.
Hal itu membuat kepalanya pusing, tapi sebagai seorang polisi yang ikut mendampingi korban tabrakan di ruang UGD, Seokjin berusaha keras untuk menepis jauh-jauh rasa sakit kepala yang mulai menyerang tanpa ampun.
"HUAAA.... HIKS!!... CUKUP DOKTERRR!!!..."
"Nona tenanglah!!... Kau membuat pasien lain terganggu. Dan sabar sebentar lagi lukamu akan bersih!" Cerca sang perawat.
"Aduhh... Dokter, hiks! Saya nggak kuat... Biarkan saja luka saya seperti itu hiks, hiks, huaa!!!" Mohon Jisoo sambil sesenggukan.
Perawat itu lantas membuang kapas bekas pakai alkohol tadi. Ia beralih mengambil kapas baru dan membasahinya dengan betadine. Agar luka-luka pasiennya cepat mengering.
"Baiklah... Ini yang terakhir"
Jisoo melotot. Ia sudah kesal setengah mati dengan dokter tampan yang menggosok-gosok kasar lukanya.
Dengan napas tersengal. Mata bengkak akibat menangis dan raut wajah lesal, rasanya Jisoo ingin sekali menampar wajah sok polos dokter jahat itu. Yang terus saja berkata. 'Sedikit lagi lukamu bersih!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Title For Us #Wattys2019 [END]
Romance"Yah, sayang sekali... Aku pikir Nona ini pacarmu, kau betah sekali menjomblo kak... Kapan kau menyusulku untuk menikah?" "Jika aku sudah mood mungkin" balas Seokjin tanpa minat. "Kapan kau akan mood untuk menikah dasar kakak bodoh? Ingat umurmu it...