Rumah Kim Seokjin.
Seokjin POV.
.
.
.
Aku merobohkan tubuhku ke ranjang. Tanpa ba-bi-bu atau semacamnya lagi. Aku langsung tidur didalam kamar yang pintunya saja masih terbuka lebar. Ah sudahlah, intinya aku sangat lelah dan ingin segera beristirahat dulu hari ini.
.
.
.
.
Drtttttt!!!... Drrttttttt!!!....Rasanya baru beberapa menit aku terlelap. Sebuah panggilan masuk mengusik kenyamananku yang sedang berbaring untuk menghilangkan rasa mingren kurang ajar itu.
Tanganku menggapai-gapai ponsel hitam yang ada diatas nakas. Mataku otomatis menyipit karena tak sengaja terkena pancaran cahaya terang dari ponsel layar datar yang menyilaukan mata pemiliknya.
"Jungkook?" Ucapku saat membaca nama dari si-penelpon.
Aku'pun langsung menerima panggilannya. Dan meletakan ponsel didekat telinga, masih dalam keadaan berbaring pasrah dan sedikit memejam diatas ranjang.
"Nee... Kookie, ada apa?" ucapku agak serak.
Sepertinya efek baru bangun membuat tenggorokkanku jadi sedikit kering. Lalu suara aneh'pun terdengar saat aku mencoba bicara.
"Jin hyung!" Jungkook berseru dari sebrang telpon. Suaranya seperti kurang bersahabat.
Aku langsung terperajat dibuatnya. Dan mulai fokus dengan apa yang akan adik angkatku itu katakan.
"Kenapa? Ada apa?" desakku padanya.
"Tolong buka pintu gerbangmu!! Kau sudah dirumah kan Jin hyung?"
Aku reflek berdiri dan melangkah ke sebuah jendela besar yang menghubungkan pemandangan, dari dalam kamar menuju ke luar halaman depan rumahku.
Dan benar saja dugaanku. Di balik pintu gerbang. Tepatnya di belakang pantat mobilku yang terparkir asal-asalan. Disana sudah ada Jungkook yang berdiri sambil mengangkat dagunya dan melihat juga ke arahku.
"Ya, hyung sudah dirumah... Baiklah tunggu disana sebentar, kau membuatku panik saja Kookie!"
Aku beranjak perlahan-lahan menuruni tangga rumah. Kamarku ada di lantai dua, jadi aku harus menuruni anak tangga sebelum sampai di depan halaman dan gerbang rumah.
Aku berjalan agak sempoyongan, langkahku juga terasa agak berat tiap kali menginjak lantai rumah.
Dan ketika aku membuka pintu, hendak keluar ke halaman. Seberkas cahaya kuning lembut menyambutku dengan hangat. Rupanya lukisan alam yang didominasi oleh warna kuning jingga dan orange telah menghiasi langit kota yang luas. Bahkan hembusan angin sore begitu nakal menerbangkan helai-demi helai rambut halusku saat melangkah di sepanjang halaman rumah.
Hari sudah menjelang malam rupanya, tak terasa waktu cepat berlalu. Mungkin terhitung sudah sekitar lima jam-an lebih, aku tidur. Setelah pulang dari kantor tadi siang.
"Hyung!"
Aku lekas membuka gerbang yang tergembok dari dalam. Jungkook sudah memanggil-manggil dari balik gerbang.
"Mianae hyung... Apa aku mengganggumu?" ujar Jungkook agak sungkan.
Aku sebenarnya tak mempermasalahkan jika adik kecilku berkunjung kapanpun kerumah pribadiku.
Aku justru merasa sangat senang jika Jungkook sering main ke sini. Setidaknya rumahku tak akan sesunyi saat hanya ada aku sendirian disini.
Jungkook adalah adik angkatku. Dia saudara paling kecil yang aku miliki setelah Taehyung. Ayah dan Ibunya Jungkook sudah tiada sejak Jungkook berusia 3 tahun.
Mendiang Ayah dan Ibunya Jungkook meninggal karena kecelakaan pesawat.
Jadi keluargaku'lah yang merawat dan membesarkan Jungkook seperti anak sendiri, semenjak kejadian naas itu menimpanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Title For Us #Wattys2019 [END]
Romance"Yah, sayang sekali... Aku pikir Nona ini pacarmu, kau betah sekali menjomblo kak... Kapan kau menyusulku untuk menikah?" "Jika aku sudah mood mungkin" balas Seokjin tanpa minat. "Kapan kau akan mood untuk menikah dasar kakak bodoh? Ingat umurmu it...