42

1.4K 201 19
                                    

Di depan parkir restoran, Seokjn menyalakan mesin mobilnya. Sementara Jisoo sibuk menerima telpon dari Tante Rin yang mengabarkan bila ia dan Jennie sedang ada didalam ambulance, segera ke rumah sakit.

Jennie mengalami pendarahan setelah jatuh lalu pingsan di kamar mandi. Begitulah kira-kura kronologi kasar yang Tante Rin ceritakan pada Jisoo. Ahjuma itu menangis dan suara sirine ambulance terdengar saat Jisoo bicara dengannya melalui telepon.

"Jiss.. Pakai sabuk pengaman! Aku tidak janji akan mengemudi dengan lembut setelah ini!"

"Nde... gomawo Pak Seokjin, aku akan siap-siap"

Seokjin paham jika mereka dalam situasi darurat. Maka ini bukan waktu yang tepat untuk menye-menye dijalan.

Usai kendaraannya dalam mode on, Seokjin langsung banting setir menuju ke rumah sakit.

.
.
.
.
.
.

Jisoo semakin tidak bisa tenang, hatinya resah, perasaannya gelisah dan rasa ketakutan setengah mati menggerogotinya hingga membuat perutnya mulas tidak karuan. Satu pemicu komplikasi dadakan itu muncul karena pikiran Jisoo kacau, ia sangat khawatir pada Jennie.

Yah, walaupun beberapa kali Jisoo dan Jennie bertengkar dan kerap tidak satu persepsi tapi, tidak bisa di pungkiri bila Jisoo sangat menyayangi adik sematawayangnya itu.

Jisoo diam-diam menangis, bulir air matanya tidak bisa dibendung dengan apapun. Tangisnya pecah walau hanya dalam kesunyian dan sedikit sesenggukan agar Seokjin tidak merasa terganggu.

Sementara itu, namja berwajah tirus bernama lengkap Kim Seokjin melirik Jisoo dari ujung matanya.

Yeoja itu nampak menyedihkan karena menangisi adiknya dari awal mereka pergi ke parkiran restoran sampai mereka ada di tengah perjalanan menuju ke rumah sakit.

Seokjin merasa sangat iba, meskipun di akademi militer Seokjin dituntut agar memiliki mental baja yang kuat. Tapi melihat orang yang dicintainya begitu rapuh, hal itu sukses membuat hatinya tersayat juga.

Diam-diam tangan kanan Seokjin meraih telapak tangan Jisoo. Ia berusaha untuk menguatkan dan berbagi rasa ketakutan dengannya.

"Tenanglah..." singkat, padat dan jelas. Seokjin hanya menginginkan kenyamanan untuk Jisoo.

"Pak Seokjin... bisakah kau mengemudi lebih cepat sedikit?" pinta Jisoo.

"Di depan macet... Tapi akan aku usahakan!"

Raut wajah Seokjin seketika serius dan sangat datar. Bahkan matanya ikut menajam mencari berbagai celah dan kesempatan untuk menyalip kendaraan lain didepannya.

Apapun akan Seokjin lakukan jika Jisoo yang memintanya. Keahlian Seokjin sangat banyak, kali ini Jisoo hanya memintanya mengemudi dengan cepat.

Kenapa tidak???

Seokjin bisa mengabulkannya karena dia memang sangat ahli melakukan hal itu. Jangan remehkan kapten Seokjin!

Deeeerrrtttttt!!....

Deeeeerrrttttttt!!....

Deeeerrrrtttttt!!....

Jisoo menghapus jejak air matanya. Gelombang air di retina itu yang membuat pandangannya menjadi buram.

Seseorang menelpon dirinya, awalnya Jisoo tertegun melihat siapa orang yang menelponnya di layar smartphonenya. Dengan perasaan kalut Jisoo pun mengangkat panggilan tersebut.

"Yeoboseyo, Rosé-ah?"

"Jisoo Eonnie! Mianhae aku menelponmu"

Tangan kanan Jisoo mengusap air mata di pipinya sementara tangan kiri menggenggam ponsel.

Little Title For Us #Wattys2019 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang