13

2.5K 310 13
                                    

JEDEERRRRRRR!!!!....

Kilatan maha dasyat menerjang kota Seoul. Malam ini Seoul didera hujan lebat. Tepatnya dari jam 1 pagi sampai jam 3 subuh kilatan petir masih ramai menghiasi langit kota, seperti pesta kembang api saat tahun baru.

Seorang namja tampan sampai terkaget dari tidurnya, karena ulah kilatan petir yang menusuk memekakan telinga.

Dengan malasnya namja bernama Kim Seokjin mendudukan diri atas ranjang. Ia mengucek-ngucek matanya yang terasa perih akibat dipaksakan terbuka.

"T'ck masih jam 3 pagi!" gumamnya pelan sambil menaruh jamnya diatas nakas.

Malam ini Seokjin tidur di rumah orang tuanya. Seokjin menempati kamar keramat saat ia masih muda dulu. Dekorasi kamar lama miliknya tak berubah sama sekali, ada banyak pajangan poster lawas dan foto-foto imut saat ia masih bersekolah bersama teman-teman sekelasnya.

Iya, Seokjin ingat. Dulu ia pernah satu sekolah dengan Jimin, namun sebelum hari kelulusan kelas 3. Seokjin pindah sekolah lagi dan pada akhirnya bertemu dengan Jimin saat mereka sama-sama sudah bekerja di kantor polisi.

Tapi anehnya, tumben sekali Seokjin memimpikan Jimin. Terlebih mengapa juga ia harus memimpikan gadis yang merupakan cinta pertamanya dulu?

Gadis kurus yang berambut pendek itu, berhasil mencuri perhatian Seokjin saat masih di bangku sekolahan. Sayangnya sebelum Seokjin bisa mengutarakan isi hatinya, ia harus ikut pindah karena ayahnya mengalami mutasi dengan pekerjaannya.

Karena merasa masih mengantuk, Seokjin lekas mengabaikan mimpi yang ia alami barusan. Kemudian ia sedikit melirik jendela kamarnya, angin beserta guyuran air hujan dengan sangat derasnya memantul dari balik kaca jendela itu.

Suasana dingin saat hujan turun, menambah sensasi nyaman bagi Seokjin unthk melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu.

Pria itu kemudian berbaring dengan nyaman didalam balutan selimut tebal. Memejamkan matanya perlahan dan sukses, Seokjin kembali tidur dengan nyenyak.

In a Seokjin dream part2

"Seokjin apa kau suka pada Sooya?"

"Uhukk!!!"

Seokjin yang sedang meminum cocacola langsung tersedak dan cairan dari minuman bersoda itu keluar mulus dari kedua lubang hidungnya.

Jimin tertawa terpingkal.

"Aww!..."

"Hahahaha...." Jimin masih tertawa laknat disamping Seokjin.

"Apa kau puas karena sudah membuatku menderita?" Seokjin sangat sinis mendera Jimin.

"Oh jadi benar kau menyukai Sooya..." tuding Jimi lagi, setelah melihat gelagat Seokjin. Hari ini dua sahabat itu sedang berjalan di koridor sekolah, usai datang dari kantin.

"Tentu saja tidak!" bantah Seokjin.

"Pembohong!... Dasar pembohong, padahal aku lihat selama dua bulan belakangan ini, kau selalu bersamanya dan mulai mengabaikanku..." Jimin mencemberutkan wajahnya.

"Itukan karena memang dia sekelompok denganku"

"Aku juga sekelompok denganmu! Kau lupa??" sarkas Jimin.

"Ohh" balas Seokjin tanpa dosa dan menyesap sisa minumannya lagi sebelum botolnya dibuang.

"Eh menyebalkan! Bilang saja kalau kau hanya memperhatikan Sooya dan terus mengabaikanku..." Jimin menggerutu dengan baik-baik. Ia berusaha mengingatkan jika Seokjin haruslah peka kalau masih ada Jimin sebagai temannya. Tidak enak bagi Jimin jika ia selalu diabaikan oleh Seokjin. Kalian tau Jimin adalah orang yang sangat tidak suka diabaikan keberadaannya.

"Lalu kenapa? Apa kau cemburu?"

"Untuk apa aku cemburu padamu!" Jimin memukul lengan Seokjin cukup kencang.

"Siapa tau, justru kau yang menyukai Sooya'kan?" balas Seokjin dengan anteng.

Jimin terlihat sedikit kelabakan. Matanya memutar arah ke banyak tempat, meskipun harus diakui jika Jimin memang sedikit menyimpan rasa pada Sooya, murid baru di kelasnya sekaligus teman satu kelompok mereka itu.

"Katakan saja kau takut bersaing denganku?" simbing Soekjin.

"Itu tidak benar payah!"

Seokjin tersenyum ringan setelah melihat Jimin salah tingkah. Didalam benaknya Seokjin sebenarnya menyimpan kegelisahan.

Ia sebenarnya merahasiakan rencana kepindahannya minggu depan, kepada Jimin. Soekjin belum sanggup untuk mengatakan salam perpisahan pada Jimin.

Terlebih Seokjin juga bingung harus bicara seperti apa pada Sooya. Gadis yang ditaksirnya saat ini.

Salahkan saja pekerjaan ayahnya yang mengharuskan Seokjin untuk ikut pindah ke luar kota mengikuti kedua orang tuanya.

Juga alasan lainnya karena ayah Seokjin yang sudah merencanakan masa depan putranya itu. Merekomendasikan Seokjin untuk pindah sekolah, dari sekolah swasta ke sekolah negri agar Seokjin bisa lebih mudah mendaftarkan diri di akademi militer korea setelah lulus dari sekolah sma tahun depan.

'Maafkan aku... Tapi aku harus pergi, Jimin maafkan aku dan jangan pernah kau melupakanku sebagai sahabatmu. Hmm... Sooya, aku juga akan merindukanmu...' Seokjin hanya bisa membatin miris. Biarlah hanya dia sendiri yang menyimpan rasa sakitnya perpisahan. Ia tidak ingin membuat orang lain sedih hanya karena memikirkan kepergian dirinya.

Tbc
.
.
.
.
.
.
Visual Sooya beberapa tahun silam. Pantes Seokjin nggak bisa move on!

Visual Jimin beberapa th silam juga lumayan imut anjir, dia jadi iklan seragam sekolahnya menggantikan Seokjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Visual Jimin beberapa th silam juga lumayan imut anjir, dia jadi iklan seragam sekolahnya menggantikan Seokjin.

Visual Jimin beberapa th silam juga lumayan imut anjir, dia jadi iklan seragam sekolahnya menggantikan Seokjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ok kegabutan selesai...
👍
Silahkan Boom Vote...

Little Title For Us #Wattys2019 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang