Chapter 4

3.1K 286 12
                                    

"M-maaf Presdir Oh, saya tidak paham maksud anda"

"Aura mu menunjukkan ketulusan hatimu dan Pheromones mu memiliki aroma yang calming, saya bukanlah orang yang mudah percaya pada orang lain, akan tetapi sejak pertama melihatmu, saya yakin kaulah orangnya.. Kaulah orang yang bisa mengembalikan Sehun menjadi Sehun yang dulu, maka dari itu setelah 3 tahun mengenalmu, saya yakin untuk pensiun dan menyerahkan perusahaan ini pada Sehun, agar dia bisa bertemu denganmu"

"Saya mohon maaf apabila saya lancang, akan tetapi, kalau saya boleh tau, apa yang terjadi pada Tuan Sehun?"

Presdir Oh menghela nafasnya, kemudian ia hening sejenak

"Sesungguhnya.. Ini semua terjadi karena salah saya sendiri, karena saya, sekarang Sehun menjadi pendiam dan dingin.."

"Anda tidak perlu memaksakan diri anda, apabila hal ini membuat anda sedih, anda tidak perlu menceritakannya pada saya"

"Tidak Junmyeon.. ini terjadi sudah lama sekali jadi saya sudah cukup kuat untuk menceritakan ini padamu"

"Waktu Sehun berumur 7 tahun, ayah saya baru saja meninggal, ini membuat saya sebagai anak lelaki tertua harus mengambil alih perusahaan dan mengurus semuanya sendiri.. Kepergian ayah saya terjadi sangat mendadak dan sejujurnya secara mental saya belum siap, karena pada saat itu kondisi istri saya pun sedang kurang sehat. Saya banyak menghabiskan waktu di kantor karena pada saat itu kami mendapat banyak sekali project seperti yang selama ini diimpikan oleh ayah saya. Saya selalu pulang larut malam, ketika saya sampai rumah, istri dan anak saya pasti sudah terlelap, saya bahkan tidak punya kesempatan untuk berbicara dengan mereka. Suatu ketika, saya menemukan obat-obatan dalam jumlah yang banyak di dalam lemari baju istri saya, ketika saya tanya, ia hanya bilang kalau itu adalah multivitamin. Bodohnya saya percaya, karena istri saya memang fisiknya lemah, jadi ia sering mengkonsumsi vitamin. Ia hanya berkata pada saya bahwa saya tidak perlu khawatir, ia menyemangati saya dalam pekerjaan saya, ia selalu mendukung saya, ia mengingatkan saya agar tidak lupa makan dan istirahat. Sampai suatu ketika..."

Suasana hening sejenak, air mata mulai menetes dari wajah senja Presdir Oh

"Sampai suatu ketika.. saya menerima kabar bahwa istri saya mengeluarkan darah dari hidungnya dan jatuh pingsan. Saya langsung pergi ke rumah sakit pada saat itu juga, saya melihat Sehun sedang menangis di ruang tunggu. Ketika saya bertanya padanya apa yang terjadi, ia menangis semakin keras dan memukuli saya dengan tangan kecilnya, dan 1 kalimat yang ia ucapkan "aku benci ayah". Ia menolak pelukan dan mendorong saya, kemudian ia berlari menjauh dan memeluk pengasuhnya. Pada saat itu saya baru mengetahui bahwa istri saya mengidap leukemia. Saya mencari dokter terbaik sampai ke luar negri, akan tetapi hasilnya sama, mereka mengatakan bahwa harapan hidup istri saya hanya 50%. Walaupun begitu ia tetap tersenyum pada saya, dan tetap mencintai saya yang bodoh ini. Sampai akhirnya keadaannya semakin lama semakin memburuk dan dokter mengatakan kalau harapan hidupnya hanya 10%. Ia sangat kurus dan pucat. Saya selalu ingat kalimat terakhir yang ia ucapkan "Kalau nanti aku sudah tiada, aku tidak akan memintamu untuk terus mengingatku. Tapi aku ingin kau mengingat satu hal.. Aku sangat mencitaimu dan Sehun, tolong jaga anak kita baik-baik, aku ingin ia tumbuh besar menjadi pria yang kuat sepertimu". Ia meninggal dengan senyum terindah yang pernah saya lihat seumur hidup saya"

Presdir Oh mengusap air matanya dengan sapu tangan yang ia ambil dari sakunya

"Sejak saat itu.. Sehun tidak pernah mengatakan sepatah katapun pada saya, sejak umur 7 tahun, kalimat yang ia ucapkan pada saya hanya "aku benci ayah". Sehun pun jarang ada di rumah, sekalipun saya berusaha meluangkan waktu saya untuk bermain dengannya, ia akan menginap di rumah neneknya untuk menghindari saya. Ia tidak mau menerima kado apapun dari saya, tidak mau memakan makanan yang saya berikan walaupun itu makanan kesukaannya sekalipun, ketika ia mulai tumbuh besar, ia tidak mau memberikan nomor ponselnya pada saya, bahkan ia tidak mau memanggil saya ayah. Sampai suatu ketika, saat Sehun beranjak 17 tahun, saya meminta bantuan kepada temannya, saya menelponnya menggunakan ponsel milik temannya, dan ketika ia menjawabnya, saya hanya mengatakan "Sehun, Ayah ingin mengajakmu bertemu dengan Ibu, ayah akan menunggu di restoran favorit ibumu jam 13.00" Saya langsung menutup telponnya. Saya memang tidak berharap banyak, saya menunggu di restoran itu, dan seperti yang saya duga Sehun tak kunjung datang, setelah 2 jam saya menunggu, akhirnya saya memutuskan untuk menyerah, namun ketika saya beranjak pergi, Sehun ternyata sudah berdiri di depan pintu restoran. Saya senang bukan main pada saat itu, saya berlari keluar dan memeluknya dengan sangat erat, saya tidak peduli ia mau mengumpat atau mengutuk saya. "Terimakasih sudah memberi ayah kesempatan" itu yang saya katakan ketika saya memeluknya. Saya tidak mengharapkan jawaban darinya, akan tetapi tiba-tiba ia berkata "Aku melakukan ini untuk ibu, bukan untukmu". Walaupun kesannya agak sedikit ketus, tapi saya benar-benar senang saat itu, saya mengajaknya naik ke mobil dan kami berdua pergi ke makam istri saya"

Raut wajah Presdir Oh berubah dari sedih menjadi terlihat lebih ceria ketika ia menceritakan tentang Sehun

"Di makam, kami berdua berdoa bersama, dan tiba-tiba Sehun berkata "Ibu.. bagaimana kabar ibu? Apakah ibu merindukan Sehun? Sehun sangat merindukan ibu.. Oh ya bu, sebentar lagi Sehun akan ujian, mohon doakan Sehun ya, agar Sehun bisa lulus dan bisa masuk universitas impian Sehun. Sehun ingin menjadi orang sukses dan membuat ibu bangga. Sehun sayang Ibu" Saya terdiam sekaligus tercengang, saya sangat terkejut ternyata Sehun bisa bercerita seperti itu. Saya sedih karena tidak bisa menjadi suami dan ayah yang baik bagi keluarga saya sendiri. Setelah kejadian itu di perjalanan pulang, saya memberanikan diri untuk berbicara dengannya. "Sehun.. Di acara kelulusanmu nanti, bolehkah ayah datang?" dan seperti yang saya duga, ia tidak menjawabnya. Namun beberapa minggu setelah itu saya menemukan sepucuk surat di atas meja kerja saya. Itu adalah surat undangan untuk acara kelulusan Sehun. Saya menangis terharu, karena akhirnya saya bisa menyaksikan anak kesayangan saya lulus SMA. Ia mendapat peringkat pertama di sekolahnya, pada acara kelulusannya, saya dengan bangga naik ke atas panggung, membawakan buket bunga yang sangat besar untuknya, saya juga tak lupa memberikan pelukan dan ciuman di pipinya, saya berbisik padanya "Terima kasih sudah terlahir ke dunia ini sebagai anak ayah. Ayah dan Ibu akan selalu mencintaimu". Sehun memang tidak pernah berbicara lagi dengan saya, akan tetapi ia sudah tidak menolak ketika saya memberinya hadiah, dan ia mulai mau memakan makanan pemberian saya. Hal itu sudah lebih dari cukup bagi saya"

Presdir Oh mengakhiri ceritanya dengan senyum lebar terukir di wajahnya, sementara Junmyeon.. wajahnya sudah basah akibat air mata yang terus mengalir tanpa henti

"Ma-maafkan saya Presdir Oh, cerita anda begitu menyentuh hati, saya tidak bisa berhenti menangis"

Junmyeon mengusap air matanya dengan tangannya, namun tetap tidak bisa menghentikan tangisannya

"Tuan Sehun sangat beruntung memiliki orang tua yang sangat baik seperti anda dan istri anda, saya yakin Tuan Sehun akan menunjukkan kasih sayang nya kepada anda, mungkin hanya waktunya saja yang belum tepat"

"Ya... saya bahkan sudah tak ingat kapan terakhir kali saya melihatnya tersenyum. Sejak istri saya meninggal, Sehun benar-benar menutup dirinya, ia tidak punya banyak teman, dan jarang sekali berbicara, itu yang dikatakan gurunya pada saya, oleh karena itu saya berharap sangat banyak padamu"

"E-eh? saya tidak yakin-"

"Mohon maaf mengganggu pembicaraan anda Tuan, akan tetapi ini sudah larut malam, anda harus pulang dan beristirahat, driver anda sudah menunggu diluar" Tiba-tiba pria bertubuh tinggi besar dengan telinga lebar sudah berdiri disamping meja dengan senyum dan lesung pipitnya

"Oh ya, baik, maafkan saya Junmyeon, pembicaraan kita harus selesai sampai disini, ingatlah ini hanya rahasia antara kita berdua saja"

Presdir Oh dan Chanyeol membungkuk ke arah Junmyeon dan meninggalkannya sendirian.

Junmyeon melihat sekelilingnya, orang-orang masih terlihat bersenang-senang, namum ia tak dapat menemukan sahabatnya, mungkin Baek sudah pulang, pikirnya.

Junmyeon yang tidak dapat menghentikan air matanya karena terbawa suasana akhirnya memutuskan untuk pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya. Namun sesampainya di depan pintu toilet, ia mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan

Ketika Junmyeon hendak membuka pintu toilet, pintu itu sudah lebih dulu terbuka dengan cepat dan membentur wajahnya nya hingga ia jatuh terduduk di lantai

"Ow!"

Junmyeon merintih sambil menutupi wajahnya, ia merasa hari itu benar-benar hari yang sangat sial baginya

"Oh shit! Apa kau baik-baik saja?"

.

.

.

.

.

To be continue...

Twenty FourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang