11

270 47 4
                                    

Xiaojun tak pernah menyerah mengejar keinginannya. Sifat pantang menyerah dan keras yang di wariskan sang ayah ternyata begitu kuat bersarang di tubuhnya. Jika belum berhasil mendapatkan apa yang di dambakan, Xiaojun akan terus mencoba segala cara untuk mewujudkannya.

Agensi ini adalah satu contoh kecilnya. Impian lama saat ia duduk di bangku menengah atas dahulu berhasil ia gapai. XN ENTERTAINMENT di bangun atas usahanya sendiri dengan segala derita jerih payah dan berhasil di sahkan tepat di pertambahan usianya yang ke dua puluh.

Sinting. Tapi itulah kenyataannya. Pada usia semuda itu, bukannya menjalani training seperti kebanyakan Xiaojun malah membangun sebuah agensi. Segala jerit kekaguman juga decakan salut sudah bosan ia dengar.

Baginya bisa sukses di usia yang sangat muda bukanlah hal yang istimewa. Semua ini biasa-biasa saja di matanya, tak lebih cuma sebagai pembuktian kepada sang ayah, meskipun ia memiliki orientasi seksual yang berbeda ia tetap bisa suskes dengan jalannya.

Sejak saat dimana ayahnya murka karena mendapati penolakan keras dari Xiaojun ketika hendak di jodohkan dengan seorang putri koleganya. Xiaojun mengakui dengan lantang kalau ia tidak memiliki ketertarikan pada perempuan. Ia menyimpang—katakan saja begitu— dan jelas itu membuat sang ayah marah. Xiaojun adalah harapan kedua yang di miliki sang ayah setelah kakaknya Lucas. Harapannya begitu tinggi untuk melihat Xiaojun berhasil dan mewarisi salah satu perusahaannya.

Dengan orientasi seperti itu jelas pilihan untuk mewariskan perusahaan bukanlah langkah bijak. Nama baik keluarga akan jadi pertaruhannya. Menurut ayahnya, pewaris keluarga haruslah punya semua sifat sempurna. Baik itu orientasi, skandal, maupun pendidikan semuanya harus berada pada satu garis lurus yang teratur jalannya. Ia begitu mendambakan kedua putranya berjalan di atas tata aturan juga kehendaknya. Tapi Xiaojun jelas mangkrak dari rancangan masa depan buatan sang ayah. Kecewa sudah pasti marah apalagi. Tapi kekerasan kepala Xiaojun selalu tak pernah berhasil ia lawan.

Tinggallah Lucas. Si sulung yang menjadi titik harapan tunggal beliau. Dengan genggaman kuat pada kedua tangannya, sang ayah yang sudah mulai tua memohon agar Lucas mau menjalani kehidupan sebagai penerus utama. Melupakan eksistensi Xiaojun yang hari itu siap kabur dari rumah untuk mengejar cinta pertamanya. Xiaojun ingat betul saat itu kakaknya hanya duduk dengan mulut yang terkatup rapat. Ia yang belum begitu paham juga mengerti perasaan sang kakak tidak bisa menerjemahkan raut hampa dan terluka yang di tampilkan kakaknya. Ia hanya menatap, saat Lucas dengan ragu menganggukkan kepala dan sejurus kemudian sang kakak tiba-tiba berubah menjadi orang lain dalam hitungan jam.

Xiaojun sempat terkejut saat melihat perubahan kepribadian dalam diri Lucas yang begitu mendadak. Dingin dan tak tersentuh juga kejam di saat bersamaan. Seketika ayahnya lah yang menjadi sasaran penuduhan Xiaojun atas perubahan Lucas. Dengan itu kebenciannya pada sang ayah kian bertambah, tanpa mengetahui fakta bahwa sesungguhnya segala raut kehampaan yang ditampilkan Lucas bukanlah karena ia menderita akan beban yang siap di tumpukkan di pundaknya, melainkan karena sang kakak tak bisa mengejar hasrat hatinya. Xiaojun tak pernah tahu—setidaknya dulu—kalau kakaknya pun sama menyimpang sepertinya. Ia tak pernah tahu kalau titik penderitaan Lucas terletak pada masalah orientasinya.

Untuk selamanya sang kakak harus bersandiwara mencintai seorang gadis demi kepuasan ayah juga publik atas nama popularitas. Ia harus menyembunyikan hasrat terpendamnya, atau mungkin menguburnya dalam-dalam hingga tak terlihat. Lucas harus menjalani hidup di bawah ekspektasi ayahnya. Lucas harus berlagak bahagia di saat hatinya meraung sakit karena di paksa menjalani hidup yang tak sesuai dengan harapannya. Lucas harus mampu menanggung beban yang di tinggalkan Xiaojun. Lucas harus menjadi sempurna, di saat Xiaojun dengan bebasnya mengepakkan sayap mengelilingi dunia. Lucas harus cukup puas saat menjalani hari dengan tumpukan dokumen juga harga saham dan pertemuan penting saat Xiaojun dengan bahagianya merakit mimpi membangun sebuah agensi dambaan.

Cukup sampai disana Xiaojun sudah merasa menjadi penjahat yang merenggut kebahagiaan kakaknya. Jika saja dulu, ia cukup bijak untuk menyikapi keinginannya mungkin hidup Lucas akan tetap baik-baik saja. Jika saja ia mengenal Lucas lebih jauh, mungkin ia bisa merundingkan cara agar bisa meraih mimpi bersama tanpa mengusik orientasi keduanya. Setidaknya jika dulu ia lebih pintar mengontrol emosi, Lucas takkan menjadi korban sendirian.

Tapi mau bagaimana lagi, cinta pertama itu sudah terlanjur terjadi. Walaupun tak berhasil Xiaojun dapatkan, tak munafik ia sempat bahagia karenanya. Berkat cinta pertamanya juga lah semua simponi indah itu terlahir, berkat cinta pertamanya lah Xiaojun mampu berdiri dengan jutaan alunan melodinya.
Tapi berkat cinta pertamanya juga lah, Xiaojun merasakan hampa tak berujung saat ia hilang bagai di telan bumi.

Seketika Xiaojun kembali berpikir, apa semua pemberontakannya ini sia-sia dan tak ada artinya? Ia sudah melangkah jauh melawan arus, dan cintanya justru pergi tak tahu kemana tanpa sempat ia mengungkapkan rasa. Mengutuk diri dengan segala sumpah serapah nyatanya tak pernah bisa mengembalikan waktu. Memilih menerima semuanya dengan lapang dada, Xiaojun sadar tak ada gunanya ia menyalahkan siapapun. Nasi sudah menjadi bubur. Dan hati kecilnya tak pernah menyesal mencinta.

                            ***

Kembali pada kenyataan dimana kini ia tengah termenung bersama segelas kopi dengan uap panas yang mengepul. Sambil menunggu kedatangan asistennya yang sedang pergi menuju suatu tempat untuk memastikan sebuah pertemuan.

Xiaojun kembali memfokuskan diri pada kenyataan. Menepuk kedua pipinya, ia berusaha menyadarkan diri dari jerat jebakan kisah masa lampau yang dengan kurang ajarnya selalu datang di saat ia sendirian.

Mengetuk-ngetuk jari pada meja, Xiaojun hampir kehabisan kesabaran dan hampir menyentuh ponselnya untuk menghubungi si asisten bertepatan dengan pintu ruang kerjanya yang di buka tiba-tiba.

Menoleh. Xiaojun tak terkejut saat mendapati Yangyang disana, berdiri dengan ponsel dan sebuah file di tangan, ia menatap Xiaojun dengan raut jengkel.

"Ku tebak. Pasti kau akan meneleponku, iya kan?"

Membuang muka. Rasanya percuma saja jika Xiaojun menjawab. Selain karena yang di katakan Yangyang memang benar, Xiaojun membantah pun takkan ada gunanya, karena Yangyang selalu berhasil melawannya.

Ia lebih memilih bertanya, "Jadi, apa kau berhasil?"

Yangyang mengulas senyum seraya mendudukkan diri pada kursi di hadapan Xiaojun, "Tentu saja aku berhasil. Aku bertemu asistennya tadi, dan ia bilang Doyoung memintanya untuk mengatur jadwal pertemuan dengan kita. Meskipun belum memberikan jawaban, tapi setidaknya ini lebih baik dari pada aksi menghilangnya beberapa hari lalu."

"Apa asistennya mengatakan sesuatu? Tentang masalah kemarin misalnya," Lanjut Xiaojun.

Yangyang menggeleng, "Samasekali tidak. Asistennya tidak memberiku informasi lebih selain keinginan Doyoung untuk bertemu dengan kita. Kurasa Doyoung sudah mengatur apa saja yang boleh di katakan asistennya. Ia cuma memberiku alamat restoran yang akan jadi lokasinya nanti. Ia bahkan tidak meminta maaf soal sikap tidak profesional yang di tunjukkan Doyoung kemarin. Ia cuma datang, memberiku alamat lalu pulang begitu saja. Mereka seperti sedang menyembunyikan sesuatu,"

Xiaojun terlihat berpikir, "Apa menurutmu Doyoung mau menerima tawaranku?"

"Ku sarankan agar kau tidak berharap lebih. Firasat ku tidak mengatakan sesuatu yang baik,"

Xiaojun mengibaskan tangannya, "Tak masalah, yang penting kita sudah berusaha sebaik mungkin dan bersikap profesional. Terimakasih juga untuk semua usahamu. Lalu, dimana lokasi pertemuannya?"

Secara cepat Yangyang mengecek ponselnya. Lalu ia tersenyum, "Restoran kesukaanmu, Regular Kitchen."
























                             ~~~






Sedang dalam fase lelah juga kegerahan (T~T)

Seperti biasa ku masih menunggu (-,-) vote dan komen dari kalian.

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang