42

253 40 9
                                    

Sesuai dengan perkataannya, keesokan hari di saat Kun membuka mata, Regal sudah kembali dengan keadaan sehat dan bugar.

Bertolak belakang dengan pemiliknya yang malah terbaring lemah dengan plester penurun demam pada dahi.

Karena tepat tiga hari setelah sesi berkuda itu, Kun di serang demam tinggi.

Kedinginan, kelelahan, juga stress berlebih di sinyalir menjadi penyebabnya.

Johnny sudah memperkirakan ini. Sejak kecil, ketiga adiknya memang tidak pernah cocok dengan air hujan.

Tapi, bukan Eliezer namanya jika mudah menurut dengan satu aturan belaka.

Mereka semua memang di lahirkan dengan gen pembangkang, hanya saja dengan kadar yang berbeda-beda.

                                      ***

Johnny turun dari kamarnya, dan ia langsung di suguhi pemandangan ‘manis’ berupa Doyoung, Kun, juga Jaemin yang tengah sibuk membuat sarapan.

Mungkin khusus untuk Kun, kita bisa menyebutnya ‘menyaksikan’ karena sedari tadi dia tidak melakukan apapun, selain menonton Doyoung yang sedang konsentrasi dengan roti dan koleksi selainya.

Johnny dengan senang hati ikut bergabung. Mengambil satu tangkup roti bersama segelas kopi americano favoritnya.

Mengangkat cangkirnya sedikit. Ia melirik pada Jaemin. "Morning gentleman, terimakasih untuk kopinya."

Jaemin tersenyum singkat, sebelum kembali melanjutkan kesibukannya dengan berbagai bahan masakan di tangannya.

Johnny kemudian beralih pada Doyoung dan Kun. "Selamat pagi adik-adikku,"

Kendati menjawab, Doyoung justru memutar bola matanya. Dalam hati merasa risih dengan sikap manis Johnny, yang menurutnya malah terlihat menyeramkan.

"Kemarin saja marah-marah. Sekarang kau kembali tebar pesona tanpa perasaan bersalah samasekali. Dasar idiot!"

Doyoung membatin dengan tragisnya. Sedangkan Kun, dia tidak merespon. Terlalu tenggelam dalam kenikmatan nyeri pada kepalanya.

Sumpah demi apapun. Demam benar-benar menyiksa.

Melihatnya, justru membuat Johnny semakin bersemangat menggoda Kun.

Dengan senyum menyebalkannya ia bertanya. "Jadi, nasihat bijak apa yang Dokter Park berikan padamu? Apa dia menyuruhmu hujan-hujanan lagi?"

Doyoung menggeleng jengkel. "Sudah, John. Jangan menggodanya. Dokter Park menitipkan resep, dan Jaemin sudah menebusnya tadi. Tak ada pesan khusus, selain perintah untuk banyak minum air putih, istirahat yang cukup, dan jangan lupa untuk meminum obatnya."

Doyoung menjelaskan dengan rinci, sambil mengelap tangannya dari remahan roti ia melirik pada Kun yang tetap berdiam diri tak menyentuh makanannya sedikitpun. "Makan buburnya, kalau kau tidak ingin masuk rumah sakit lagi."

Tidak kencang. Tapi cukup tegas untuk membuat Kun menurut. Melihat gaya makan Kun yang seperti terpaksa, tiba-tiba mengingatkan Johnny pada Sicheng, dulu saat Kun mengalami kecelakaan pria itulah yang setiap harinya merawat dan menemani Kun.

Kalau di ingat, setelah hari pertunangan itu dia tidak pernah lagi datang ataupun berkunjung untuk menemui Ten. Kalau melihat pada tingkahnya kini, Sicheng terkesan tidak pernah menganggap pertunangan itu ada. Mungkin baginya ini hanya angin lalu, atau sebuah formalitas dari perjodohan keluarga.

Sikap juga perilaku Sicheng berubah seratus delapan puluh derajat. Sebagai kakak tertua, Johnny selalu mencari tahu tentang apa-apa saja yang terjadi dengan keluarganya. Terlepas dari baik atau tidaknya hubungan di antara mereka.

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang