9

290 54 61
                                    

Pusing dan sakit kepala adalah dua hal menyiksa yang Johnny rasa saat membuka mata.

Mengedarkan pandangan, ia berada di kamarnya dan mengernyit bingung setelahnya.

Seingatnya, semalam ia tertidur di kamar Kun sambil memeluknya. Semalam ia terkuasai oleh rasa takut kehilangan yang besar. Dan akibat mengingatnya, Johnny kembali merasakan sakit di hatinya.

Sebanyak apapun alkohol yang ia minum semalam, tak ada apapun yang berubah. Masalah dan beban di hatinya hanya terasa hilang sesaat. Dan saat ia sadar, semuanya kembali menghimpit Johnny hingga dadanya terasa sesak.

Memilih bangun, Johnny di kejutkan oleh kehadiran Taeyong yang sedang berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan tatapan dingin.

Johnny balas menatap Taeyong, "Temui aku di halaman belakang. Kau berhutang banyak penjelasan padaku."

Dengan itu Johhny meninggalkan Taeyong sendiri di tengah kebimbangan dan gemuruh di jantungnya.

                            ***

Rumah utama keluarga Eliezer sengaja di bangun di pinggir laut. Halaman bagian belakangnya langsung bersentuhan dengan air laut. Suara debur ombak yang bersautan dengan suara burung camar seakan bersatu menghasilkan simponi indah yang menenangkan.

Sama seperti ayahnya, Johnny pun begitu menyukai tempat ini. Di antara seluruh tempat di rumahnya, hanya laut di halaman belakang ini saja yang selalu memberikan friksi nyaman untuknya.

Setiap kali ia tengah bersedih atau butuh tempat untuk menenangkan diri, ia selalu pergi kesini. Lalu duduk di salah satu bangku besi, dan menatap hamparan laut dalam diam.

Dan itu pun berlaku kini.

Johnny duduk dalam diam. Menatap kosong pada lautan yang membentang bersama Taeyong di sampingnya.

Satu jam yang mereka lewati nyatanya hanya di isi oleh kesunyian. Johnny terlalu lelah untuk memulai, dan Taeyong terlalu ragu untuk bicara.

Mereka hanya sama-sama diam menatap laut di depan mata.

Hingga pada saat dimana Taeyong tidak bisa menahan gemuruh di hatinya lagi. Ia pun berkata, "Jadi, apa yang kau lakukan semalam? Mabuk-mabukan?"

Johnny tertawa sinis, seolah sedang mengejek dirinya sendiri. "Aku terlalu waras untuk menanggapinya dengan bijak."

"Kau menyindir rupanya."

"Dari mana kau mengetahui semua ini?"

Suara debur ombak, hampir meleburkan suara parau Johnny.

"Kau ingat saat Doyoung dan Kun kehabisan darah dan membutuhkan donor?" Seolah bertanya pada diri sendiri, Taeyong tak mendapat respon apapun dari Johnny. Ia pun melanjutkan, "Saat dokter memberitahuku untuk mencari donor, aku tentu menawarkan diri dan kejanggalan itupun terlihat. Golongan darahku, dan Doyoung sudah pasti sama. Tapi saat memeriksa darah Kun, dokter mendapati golongan yang berbeda."

"Aku awalnya terkejut dan mencobanya dengan darahmu kemudian. Kau ingat saat aku datang padamu dan memintamu melakukan tes darah? Itu untuk menyamakan, berharap Kun memiliki golongan darah yang sama denganmu. Tapi dokter mengatakan hal yang sama. Aku lalu ingat, kalau ayah, ibu, aku, Doyoung juga kau. Kita semua memiliki golongan darah yang sama. Sangat mustahil jika Kun berbeda sendirian."

Melirik pada Johnny. Nafasnya memburu, dengan tangan yang terkepal kuat menahan amarah.

"Lalu aku pun menyetujui saran dokter untuk melakukan tes DNA. Dan hasilnya kau sudah melihatnya sendiri bukan?"

Menatap Johnny dengan berani, jelas Taeyong memiliki pendapat yang berbeda dengan yang di pikirkan Johnny.

"Tunggu apa lagi, John? Semuanya sudah jelas sekarang. Kun bukanlah adik kandung kita."

Mendengarnya Johnny menatap Taeyong penuh amarah, "Kau ingin aku melakukan apa, huh? Kau ingin aku mengusir Kun karena sudah menumpang? Maaf itu tidak akan pernah ku lakukan."

"Berpikirlah terbuka, John. Semuanya sudah terpampang jelas di depan mata. Sekeras apapun kau menolak, keadaan tetap sama. Kun bukanlah Eliezer, ini kesalahan terbesar yang harus segera diluruskan."

"Berhentilah bertingkah seolah Kun hanyalah orang asing yang menumpang hidup padamu. Kita tumbuh dan hidup bersama dalam didikan khas Eliezer. Mau segolongan atau tidaknya darah Kun. Dia tetap adikmu juga saudaramu. Dia tumbuh sebagai adik kita. Apa kau tidak merasakan setitik sayang padanya? Apa tumbuh bersama selama dua puluh tahun ini belum cukup untuk meluluhkan hatimu?"

"Dengarkan aku, John! Dua puluh tahun ini adalah kesalahan. Adik yang tumbuh bersama kita selama ini bukanlah Eliezer. Kun hanya orang lain! Apa kau tidak pernah berpikir sekarang di luar sana ada adik kita yang sesungguhnya, kita tidak tahu bagaimana kehidupannya, kita tidak tahu bagaimana ia tumbuh, belum tentu ia mendapatkan apa yang kita dapatkan. Di luar sana ada adik mu John. Adik kandungmu! Bahkan mungkin ia tidak tahu kalau ia memiliki tiga orang kakak yang siap menjaganya setiap saat. Tolong buka hatimu, John!"

Menunjuk wajah Taeyong dengan sengit, Johnny berbisik lirih menahan amarah, "Tutup mulut lancangmu! Berhenti menyebutkan soal adik kandung sialan itu. Untuk selamanya Kun tetaplah Eliezer. Kau tidak bisa merubahnya semaumu. Aku tidak akan membiarkan Kun di gantikan oleh siapapun. Untuk selamanya Kun tetap adikku dan itu berlaku untukmu juga!"

Menyeringai Taeyong tak habis pikir dengan jalan pikiran Johnny, "Kebenaran akan tetap terungkap. Cepat atau lambat, sekuat apapun kau menyembunyikannya. Pada akhirnya semua orang akan tahu kalau Kun bukanlah Eliezer. Kalau sampai itu terjadi, apa yang akan kau lakukan, John? Menyuap mereka dengan uangmu agar tutup mulut? Tidak semudah itu John. Mungkin masyarakat tidak akan peduli dengan ini, tapi seluruh relasi Eliezer akan terkejut mendengarnya. Terlebih keluarga Alexander. Kau akan mengatakan apa pada mereka jika sampai mereka tahu anaknya di jodohkan dengan orang lain. Bukan dengan keturunan Eliezer. Jika keegoisanmu begitu besar, tolong pikirkan juga soal perjanjian itu."

"Aku begini pun, ini juga demi kebaikan. Nama baik Eliezer di pertaruhkan disini. Kau tentunya tahu sebesar apa usaha ayah menjaga nama baik keluarga ini, bukan? Johnny, sebesar apapun kau menyayangi Kun, di luar sana ada adikmu yang lebih berhak menerima semua ini. Suka atau tidaknya kalian dengan keputusanku, aku akan tetap pada jalanku. Mencari adikku dan membawanya kemari."

Selepas mengatakannya. Taeyong pergi begitu saja meninggalkan Johnny yang mengerang frustasi.

Dan tanpa mereka tahu, tak jauh dari sana ada sepasang mata yang menyaksikan pertengkaran mereka dengan air mata membasahi pipi.










                            ~~~











Libur dulu :)
Dan sekarang saya kembali.
Aku tau kalian menanti :)*tabok

Seperti biasa VOTE & KOMEN JAN LUPA ❤

Saya senang sampe error minum es di tiup dulu :')

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang