19

242 49 33
                                    

Doyoung belum berani berucap. Setelah menyaksikan amukan Johnny dengan mata kepalanya sendiri, ia mendapati tubuhnya bergetar hebat karena serangan ketakutan dan cemas yang berlebih.

Jaemin yang duduk di sampingnya, setia membisikkan kata-kata penenang di iringi tepukan lembut pada punggungnya. Walaupun umur Jaemin lebih muda dari padanya, kedewasaan sikap anak itu jauh lebih tinggi di banding dirinya. Dengan tenang dan terarah, ia menyuruh Johnny berhenti menyalahkan semua orang dan berfokus untuk menemukan Kun sambil menunggu kabar kepastian dari Sicheng. Ia bertahan saat menyaksikan segala kekacauan dan kemurkaan Johnny yang tak jarang malah terarah padanya.

"Aku tak habis pikir dengan kalian berdua, bisa-bisanya membohongiku di saat genting seperti ini. Kau pikir hilangnya Kun hanya sebuah lelucon? Jawab aku Doyoung!"

Terperanjat di tempat. Secara reflek Doyoung mengeratkan genggamannya pada tangan Jaemin. Menahan suara isakan agar tak terdengar, ia menundukkan kepala bagai seorang tahanan yang tervonis salah. Meski dalam hati ia mengakui kebodohan juga kesalahannya karena sempat menyembunyikan kabar hilangnya Kun dari Johnny. Ia tak berani menjawab maupun membela diri. Ini belum saatnya, terlebih ia pun memiliki alasan mengapa ia berani merencanakan skenario bersama Jaemin. Tujuan tak ingin menambah beban pikiran Johnny tak berani ia ungkapkan.

"Tenangkan dirimu, John. Sicheng sedang berusaha mencari Kun, jika sesuatu yang buruk terjadi pada adikmu Sicheng pasti menghubungi kita."

Menatap Jaemin dengan nyalang Johnny menunjuk wajah Jaemin, "Ini sudah jam empat pagi Jaemin! Dan adikku masih belum di temukan! Kau pikir aku bisa tenang? Kenapa aku harus menurutimu? Kalian hanya membuang waktuku, jika sampai esok hari Kun masih belum di temukan, aku akan melaporkan kasus ini pada polisi."

Menyingkirkan telunjuk Johnny dari wajahnya. Jaemin balas menatap Johnny dengan berani, "Aku tahu sebesar apa kekhawatiranmu, tapi emosimu juga tak membantu keadaan barang sedikitpun. Aku yang akan bertanggung jawab jika Kun belum kunjung di temukan hingga nanti pagi. Sekalipun kau melapor, polisi tidak akan melakukan tindakan sebelum Kun dinyatakan hilang dalam kurun waktu dua puluh empat jam. Seluruh bodyguard-mu bahkan sudah kau kerahkan, laporanmu tidak akan berguna John, jadi tolong beri Sicheng kesempatan lebih untuk menemukan Kun. Aku yakin dia berusaha keras untuk itu."

Setelah mendengar penjelasannya, Johnny pun terdiam. Ia mengusap wajah lelahnya. Dasi yang sudah ia longgarkan ikatannya pun ia lepaskan begitu saja. Menghela nafas, ia melirik Doyoung kemudian yang masih tertunduk takut tanpa berani menatapnya.
Setitik rasa iba dan bersalah merambati hatinya. Dengan langkah gontai ia pun menghampiri Doyoung lalu memeluknya dengan erat.

"Maaf aku terbawa emosi tadi. Maaf sudah berkata kasar padamu."

Ia berbisik lirih sambil terus mengusap rambut Doyoung dengan lembut. Mengeratkan pelukan pada tubuh adiknya yang masih bergetar ia berbisik lagi, "Sicheng pasti bisa menemukan Kun. Jangan takut. Semuanya akan baik-baik saja. Maafkan aku tak bisa menjaga kalian dengan baik."

Jaemin menatap pemandangan dramatis itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia menunduk, memikirkan betapa peliknya masalah yang tengah dihadapi keluarga ini. Hidup memang tak selamanya damai, ada kalanya badai akan datang menghampiri dan memporak-porandakan semuanya hingga tak berbentuk.

Setelah mengetahui fakta sesungguhnya dari mulut Johnny sendiri, Jaemin kini tahu mengapa atmosfer kerajaan ini begitu suram di akhir-akhir waktu. Kenyataan tentang Kun yang ternyata bukan putera Eliezer terasa terlalu mengejutkan untuknya. Belum lagi Taeyong yang malah sengaja memperkeruh keadaan dengan berusaha membawa adik biologis mereka kemari. Jaemin tersenyum sinis, bisa-bisanya orang itu menukar adik mereka selayaknya menukar barang tanpa memikirkan perasaan Kun.

Baru membayangkan memiliki tuan muda baru saja sudah membuatnya meringis. Bagaimana rasanya terjebak dalam suasana konyol saat ia tiba-tiba harus menghormati orang lain yang sialnya adalah tuan muda ‘termuda’ keluarga Eliezer. Mungkin jika boleh menawar, ia ingin Kun saja yang tetap menjadi tuan muda kesayangannya disini. Jika Kun bisa memberi aroma kelembutan yang manis di kerajaan yang panas ini. Maka tuan muda baru itu belum tentu bisa melakukannya.

Melirik pada Doyoung yang masih memeluk Johnny dengan erat, Jaemin memutuskan untuk pergi. Meninggalkan kakak beradik itu berdua, untuk memberi mereka privasi dan ruang yang nyaman untuk menumpahkan segala perasaan mereka.

"Akan ku ambilkan air putih. Kalian sangat membutuhkannya sekarang."

Jaemin beralasan seraya bangkit lalu berjalan menuju dapur. Johnny tersenyum, dengan wajah lelahnya ia mengucapkan terimakasih tanpa suara. Jaemin mengangguk, lalu sesuai dengan ucapannya ia mengambil dua gelas air putih lalu memberikannya pada Johnny dan Doyoung.

"Minumlah,"

Titahnya di turuti Johnny langsung. Pria itu meminum airnya sampai tandas tak bersisa. Kering yang menggerogoti kerongkongannya seketika terasa hilang. "Terimakasih Jaemin."

"Bukan apa-apa."

Baru saja Jaemin hendak berbalik. Suara pintu yang di dorong dengan kasar tiba-tiba mengalihkan atensinya. Johnny dan Doyoung pun memandang ke arah yang sama, dimana mereka dibuat terkejut saat melihat Sicheng yang tiba-tiba masuk bersama Kun dalam gendongannya dengan keadaan tak sadarkan diri.

Menghampiri Sicheng dengan tergesa. Ketiganya ternganga melihat pemandangan itu.

Menutup mulutnya dengan tak percaya, Doyoung nyaris kehilangan kata-kata. "Apa yang terjadi pada Kun? Sicheng..." Perkataannya menggantung. Karena apa yang ia lihat tak pernah sekalipun terlintas di pikirannya.

Dengan gesit Johnny mengambil Kun dari gendongan Sicheng. Johnny menatap Jaemin lalu berkata setelahnya, "Jaemin tolong bukakan pintu kamar Kun. Dan Doyoung tolong siapkan pakaian ganti untuk Kun. Sicheng kau tunggu disini dan jelaskan semuanya padaku nanti."

Sicheng mengangguk. Hampir saja ia membanting tubuh letihnya pada sofa, tapi urung saat sebuah pikiran terlintas di kepalanya. "Apa perlu ku bantu?"

Menoleh. Johnny menggeleng tegas, "Tak perlu. Bantuanmu sudah lebih dari cukup. Sekarang giliran ku sebagai kakaknya. Terimakasih atas bantuanmu, istirahatkan dirimu. Aku akan menemuimu sebentar lagi."

Dengan itu Johnny membawa Kun naik menuju lantai atas, dengan di ikuti Doyoung dan Jaemin di belakangnya. Terdiam. Sicheng sadar kalau tugas menggantikan pakaian Kun bukan merupakan haknya. Memilih menurut, Sicheng akhirnya mendudukkan diri. Mengistirahatkan sejenak tubuh juga pikirannya yang terasa hampir mencapai batas.

Memutar ingatannya pada beberapa jam belakangan. Ia teringat pada seseorang yang menemani Kun mabuk. Orang yang sempat bersitatap sebentar dengannya. Yang dengan pintarnya menyalakan kembali ponsel Kun yang sengaja di matikan lalu memberikannya petunjuk. Memijat pelipisnya, Sicheng ingat jika ia belum sempat mengucapkan terimakasih.

Namanya saja Sicheng tak begitu ingat. Hanya saja kulit putih pucatnya begitu mencolok untuk di lupakan. Tapi Sicheng berjanji, jika suatu saat ia bertemu dengan orang itu, Sicheng akan mengucapkan terimakasih sebanyak mungkin.





















Duh... Jadi pengen bantuin Johnny gantiin baju Kun juga deh 😌

Gimana pemirsa? Mau bantuin bang John gak?

Kalo mau pencet VOTE dulu atuh :)
Coment juga boleh banget :D

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang