13

251 47 45
                                    

"Kami pamit, terimakasih untuk jamuannya dan sampaikan salam kami untuk Kun." Yanyang tersenyum di samping Xiaojun yang juga sedang melambaikan tangan sekilas.

Doyoung mengangguk, "Pasti ku sampaikan, hati-hati di jalan."

"Kau juga. Bye Doyoung." Yangyang melambai sebelum wajahnya hilang dari pandangan. Doyoung menatap mobil berwarna hitam itu dalam diam.

Satu tugasnya sudah terselesaikan. Setidaknya jika ia mengambil masa vakum sementara ia bisa fokus untuk mencari solusi terhadap masalah yang tengah merundung keluarganya.

Sejujurnya, di tahun ini ada banyak sekali proyek besar yang sudah ia dambakan bertahun-tahun lamanya. Tawaran dari XN ENTERTAINMENT adalah salah satu yang paling ia tunggu. Sayangnya, semua peluang itu datang bertepatan dengan di mulainya drama pelik di keluarga Eliezer.

Sebagai manusia biasa yang memiliki batasan, Doyoung merasa takkan sanggup tetap berkarya di tengah badai dahsyat yang seolah tak tahu kapan akhirnya.

Ia tidak bisa dan takkan sanggup menulis melodi di saat kekacauan sedang bersarang di hatinya. Ia tak mau jika melodinya di penuhi nada kehampaan dan kesedihan akan rasa takut kehilangan.

Karirnya seolah tak lagi berharga di matanya, jika posisi Kun yang menjadi bandingannya. Ia bahkan rela kehilangan seluruh atensi dari dunia asalkan keluarganya tetap utuh dengan Kun di sekitarnya.

Menengadah menatap langit malam yang begitu pekat tanpa bintang. Doyoung kemudian teringat pada Kun yang tadi sempat berkenalan dengan Xiaojun juga Yangyang. Meskipun sedikit terlihat tak nyaman saat Xiaojun memberinya gombalan nakal, Doyoung tetap bisa melihat jika Kun menyukai keramahan sikap mereka.

Itu membuat hati Doyoung menghangat. Setidaknya, apapun yang terjadi, dengan sikap lembut yang dimiliki adiknya, Kun tidak akan kesulitan mendapatkan teman di saat ia tak ada nanti.

Dan lagi-lagi air mata Doyoung mengalir membasahi jejak sebelumnya yang telah mengering.

                             ***

Melangkah ke dalam menuju ruang kerja milik Kun. Ia berjalan pelan mengitari seluruh area restoran yang sudah sepi dari pengunjung. Jam tutup baru saja di mulai, dan sebentar lagi mereka akan pulang.

Berjanji untuk menemui Doyoung di area parkir, meski sudah menghabiskan tiga puluh menit berdiri disana Kun tetap saja belum menampakkan diri.

Gemas. Akhirnya Doyoung menghampiri Kun yang masih mengemasi barang-barangnya.

"Aku akan segera turun padahal. Tinggal mengambil laptopku, kau tidak perlu menyusul kemari."

Kun berucap seraya keluar, berdiri di samping Doyoung, lalu mengunci pintu ruang kerjanya.

"Aku takut kau ketinggalan,"

Kun mendecih, "Aku sudah besar Young, tak perlu sekhawatir itu. Lagipula aku tak mungkin ketinggalan, aku tidak akan tersesat di restoran ku sendiri."

Mereka kemudian memasuki mobil Doyoung di area parkir yang sudah sepi total. Bahkan mobil Doyoung menjadi satu-satunya yang masih tinggal disana, "Kau ingin langsung pulang?" Doyoung bertanya,

Kun menganggukkan kepalanya, "Ya. Aku mengantuk," Menguap sedikit. Kun menyandarkan kepala pada sandaran di belakang.

Doyoung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Jalanan belum sepenuhnya sepi, masih ada beberapa mobil yang menemani dengan tujuan berbagai arah. Doyoung melihat Kun sebentar, anak itu hampir terlelap tapi masih memaksakan diri untuk tetap terjaga.

"Tidurlah, aku akan membangunkanmu nanti."

Kun menguap lagi sambil menggeleng pelan, "Tidur disini tidak nyaman,"

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang