90

136 24 10
                                    

Kisah ini menyadarkan perasaan yang lama dipendam sendiri. Berdua ia biasanya meniti hari, mendamba senja dalam perasaan-perasaan tersembunyi.

Perlahan, Yuta memahami bahwa telah jatuh hatinya ke dalam lembah dalam yang tak terjangkau. Menemukan kejujuran yang ada di lubuk hati.

Diamnya menumbuhkan. Diamnya menyadarkan. Membawa kata-kata yang sedikit terlambat. Tentang keajaiban cinta sang tambatan hati yang menyadarkan harapan tersembunyi.

Sebuah harapan di suatu malam di Kyoto yang indah. Tentang cinta tulus untuk insan pemeluk penyesalan sepertinya. Yang tak memandang apapun. Yang benar kehadirannya, tidak hanya datang untuk pergi dengan mudah di kemudian hari.

Yuta jelas meminta itu pada Tuhan. Dan dengan murah hati dikabulkan di kemudian hari. Lalu, di antara miliyaran manusia, Tuhan menghadirkannya. Tapi sayang ia terlambat untuk menyadarinya. Hancurlah segala rasanya.

Percaya entah pada siapa. Akankah asa menghampiri kebutaan jiwanya lagi?

"Maaf, aku memendamnya terlalu lama."

Yuta bergumam, pelan sekali pada Taeyong yang tak mau bergeming. Diberanikannya diri untuk menyentuh jemari lemah itu. Berharap bisa menyalurkan sedikit rasa sesal yang ada di dasar jiwa.

Manakala hati terdalam menginginkan waktu untuk mengungkap cinta. Terjatuh sudah ia ke dalam penyesalan. Ketakutan kini tak lagi berpihak pada arah logika, perasaan khawatir akan takdir yang tak merestui mengganggu pikirannya.

Selalu saja seperti ini. Mungkin ia terlalu berengsek untuk mendapatkan cinta sejati.

"Maukah kau memberiku kesempatan?"

Agaknya, seorang Yuta Nakamoto memanglah tidak tahu diri. Selancar itu meminta kesempatan kedua, setelah kemarin begitu lihai mematahkan hati.

Tapi kalau kita bertanya pada kesungguhannya, kali ini ia akan terus berusaha. Sedikit lebih keras dalam menunjukkan rasa. Sebagai makna pembuktian dari segala desir hati yang terpendam.

"Aku mencintaimu."

Terlambat.

Mungkin percuma bila lisan mengucap tanpa tahu waktu. Sekarang mata itu terpejam. Masih terpejam seperti berbulan-bulan lalu. Dan ia bagai seorang idiot tanpa otak di kepala. Yuta Nakamoto nyaris hancur dan tak memiliki arah lagi setelah ditinggalkan seperti ini.

Sahut suaranya tak berbalas apapun. Hanya gemeresik daun yang menempel di ranting. Tergerak oleh angin yang membawa pesan misteri. Seolah ia tahu kapan kiranya Taeyong akan membuka matanya lagi.

"Masukkan perkataanku tadi ke dalam mimpimu,"

Bagai cemburu buta, dirinya kepada bunga tidur. Seolah keajaiban sudi berpatisipasi dalam urusan cintanya yang rumit. Yuta Nakamoto terlalu tegas dalam permohonannya.

Teringat pada waktu terbatas yang diberikan pihak rumah sakit, dengan lemas Yuta bangkit. Gerak tubuhnya seakan mengisyaratkannya kalau angin akan menggantikan tugasnya membisikkan cinta kepada Taeyong.

Melihat ke luar. Awan mendung mulai merata membayangi penjuru kota dengan kedinginan. Membawa serta sekelebat memori tentang hari paling mengejutkan selayak kiamat.

Iya. Kenangan tentang kecelakaan yang sengaja Taeyong lakukan itu. Menyisakan segunduk sesak, juga ketakutan tersendiri. Yuta seakan merasakan dunianya hancur saat itu juga. Terlebih ketika ia tahu, bahwa ada hal berharga yang harus jadi korban.

Impian, dan secuil cinta naif milik Taeyong hancur di malam itu. Seirama dengan kaca yang hancur menyisakan puing-puing tajam yang menyakitkan.

Dengan itu, semakin kuatlah dirinya merasa sebagai tersangka. Sekarang ia mengakui kelemahan terbesarnya adalah Taeyong. Lucu. Karena kemarin ia bisa dengan lantangnya menunjukan sikap acuh nan sombong, seakan tak peduli dan tak sudi menerima cinta.

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang