Terlambat baginya untuk menyesali ataupun memikirkan ulang semua keputusan yang sudah di ambil.
Entah siapa yang patut di salahkan. Entah dirinya yang terlalu bodoh, ataukah terperdaya. Sungguh terasa kejam dan tak berperasaan lah dirinya kini karena telah menuai luka, menghancurkan kehidupan seseorang yang jelas tak bersalah sedikitpun padanya.
Kun berserta air matanya adalah persatuan tamparan keras untuk penghancur sepertinya.
Menatap cermin yang memantulkan bayangan wajahnya. Ia kini tak lebih dari seorang iblis bertopeng malaikat.
Ia berpikir, pasti Kun dan semua orang di dalam kastil dingin ini—terkecuali Taeyong dan Yuta—menganggapnya demikian, karena tak ada perumpamaan buruk yang pantas untuknya selain itu.
Tidakkah semua orang berbalik membencinya? Alih-alih mendapat penyambutan yang hangat, hari pertamanya bertemu dengan keluarga kandungnya malah di warnai pertengkaran sengit karena pembelaan dua kubu.
Kedua kakaknya yang lain pun—Doyoung dan Johnny—yang ia pikir akan memberinya pelukan pelindung, justru malah berbalik arah dengan menghunuskan tatapan setajam pisau dan makian pedas. Seakan tengah menegaskan ketidakinginan mereka akan kehadirannya.
Ia kini hanya merasa sebagai parasit. Yang hendak menumpang dan sengaja menggeser kedudukan Kun sebagai permata di keluarga ini.
Pantas saja. Sejak pertama kali melangkahkan kaki pun ia samasekali tidak merasakan setitik aura kenyamanan dari rumah juga anggota di dalamnya.
Mereka semua, bahkan para pelayan pun jelas menunjukkan ketidaksukaan tapi berusaha di tutupi kuat-kuat. Terkecuali si koki bernama Jaemin, dia termasuk paling berani karena tak mau repot-repot menutupi, malah ia tak segan menatap wajahnya dengan tatapan menantang yang dingin.
Jelas sekali bahwa Jaemin tidak menyukai kehadirannya.
Tapi dibalik semua itu adakah satu orang saja yang sanggup berpikir kalau ia samasekali tidak mengetahui apapun tentang Kun?
Saat informasi tentang kedua orangtua, saudara, juga tentang hal kecil lainnya. Kun adalah satu pengecualian yang tidak Taeyong juga Yuta ceritakan padanya.
Seolah sengaja di tutupi dengan alasan permainan topeng agar ia terlihat sama jahatnya disini.
Meskipun ia pun jahat karena telah melakukannya. Dan berhasil. Ia tetap merasa tak terima karena Taeyong seolah sudah membodohinya.
Tapi...
"Kau yang bodoh sampai tak bisa menerjemahkan penjelasan Taeyong yang begitu panjang saat di pesisir beberapa waktu lalu."
Yuta menunjuk dirinya dengan sengit melewati cermin. Segelas anggur merah yang disesapnya perlahan semakin memperkuat aura misteriusnya.
"Bukankah dia sudah bilang, kalau saat itu ada dua bayi?"
Bodoh.
Mengapa ia sampai melupakannya?
Mestinya ia berpikir. Kalau saat itu ada dua bayi dan tertukar, harusnya ia menyadari jika di keluarga kandungnya tengah berada pula anak dari orang tua angkatnya.Kenapa ia bisa melewatkan hal sepenting ini? Andaikan ia lebih cermat, mungkin ia akan berpikir ribuan kali untuk berkeputusan ikut dengan Taeyong. Setidaknya ia ingin menapaki semuanya secara perlahan tanpa harus saling melukai.
Terutama Kun.
Karena akan sangat tak pantas jika ia menyebut Kun juga melukai dirinya. Karena anak itu sama sekali tidak melakukan apapun terhadap kehidupannya. Dan saat dirinya berusaha menelusuri dalam matanya, Ten tak merasakan sedikitpun tatapan penuh ancaman juga bahaya.
![](https://img.wattpad.com/cover/198711601-288-k267656.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCK AND WIN [✓]
أدب الهواةDamai dan indahnya kehidupan Kun tiba-tiba hancur, karena sang kakak yakni Taeyong yang bersikeras mengungkapkan kebenaran bahwa Kun bukanlah anak kandung keluarga Eliezer. Seolah singgasananya direnggut paksa Kun nyaris tak bisa bertahan melawan ke...