58

206 33 13
                                    

Semuanya sesuai dengan perkiraan Jaemin.

Tidak. Tidak.

Ini bukan tentang Johnny yang ingkar dengan perkataannya sendiri.

Tapi lebih dari itu, Johnny justru berhasil membuat Lucas terpaku dan tercengang oleh kehadirannya di satu siang yang cerah.

Bagai malaikat yang turun dari surga dengan sejuta keagungan. Lucas nyaris beranggapan bahwa kehadiran Johnny hanya halusinasi belaka.

Sebab mengingat betapa sengitnya permusuhan yang ditunjukkan pria itu padanya.

Dan kini, seperti sebuah mukjizat. Sedikitpun tak ada aura kebencian yang menguar dari pria ini.

Dengan senyuman agung penuh wibawa dan aroma kedewasaan, Johnny yang duduk di hadapannya terasa sulit dipercaya.

"Kenapa? Kau tidak suka dengan anggurnya?"

Suara berat sang Eliezer, menyadarkan Lucas dari ketidakpercayaannya. Cepat ia mengerjap, untuk mengembalikan wibawa dan keangkuhan yang tadi sempat terlepas dari raganya.

Lucas berdeham sebentar untuk melegakan tenggorokannya. "Tolong jangan salah paham. Anggur ini terlalu baik untukku, mana mungkin aku menolaknya. Terimakasih."

Lega rasanya saat ia bisa kembali mengendalikan diri. Dengan cermat, Lucas meraih hadiahnya. Dengan penuh kehati-hatian ia menaruh anggur itu kedalam cellar, untuk bersatu bersama koleksi anggurnya yang lain.

Seraya kembali duduk, Lucas berkata. "Kau tahu, Krug 1928 ?"

Johnny menyeringai samar, "Charles Krug Winery? Dia adalah kilang anggur paling tua di Napa Valley."

Lucas tertawa kecil. Rupanya Johnny punya ketertarikan yang sama dengannya. "Itu adalah dasar anggur multi generasi yang menggabungkan tradisi dan inovasi. Luar biasa menurutku," imbuh Lucas.

"Apa kau tahu anggur yang diproduksi pada masa Perang Dunia II?" Lucas bertanya penasaran dengan pengetahuan Johnny.

Johnny mengangguk mantap. "Bernama Inglenook Wine, dan kini sudah jadi milik Francis Ford Coppola. Itu sangat klasik dan bersejarah."

Lucas kembali duduk di kursinya, "aku selalu suka sesuatu yang klasik."

Menaikkan sebelah alisnya, Johnny tersenyum setengah menghina. "Anak muda sepertimu? Apa kau tidak sedang membual untukku?"

Mendengar tuduhan tak berdasar seperti itu, membuat Lucas merasa lucu. "Kau masih berpikiran buruk terhadapku rupanya. Tidak, John. Aku tidak senang membual pada apa yang hatiku inginkan."

"Aku tidak ingin tahu apa yang kau inginkan," Johnny bangkit dari kursinya, kedua tangannya ia masukan kedalam saku. "Yang jelas aku tidak akan mengampunimu jika hanya ingin bermain-main dengan duniaku."

Johnny melemparkan tatapan meremehkan—khasnya. Ia meraih jasnya, lalu menyampirkannya pada lengan.

"Terimakasih atas bantuanmu pada Kun, aku benar-benar menghargainya," Johnny bersiap pergi, "anggap saja itu sebagai ucapan terimakasihku." Jelasnya.

"Kau tidak perlu melakukan ini, aku tulus melakukannya."

"Aku tidak suka berhutang budi. Itu sifatku." Tekan Johnny.

Lucas terdiam, "baiklah. Terimakasih John."

Johnny mengangguk, "bukan apa-apa jika dibandingkan pertolonganmu pada adikku. Kau sudah menyelamatkanku dari ancaman serangan jantung akibat stress berlebih." Candanya.

"Aku tahu apa yang kau rasakan. Aku juga punya satu orang adik. Dan dia juga sangat senang membuatku stress dengan tingkah lakunya."

Mereka tertawa bersama. Dengan posisi sepadan sebagai kakak juga sebagai pesaing berat.

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang