Waktu tak pernah berhenti berputar. Sedang Kun, masih berkutik dengan satu andai-andai yang sama.
Selagi dunia di sekelilingnya sibuk mempersiapkan sebuah acara besar. Kun masih sering merenungi sebuah kemungkinan mengenai kedua orangtua kandungnya.
Tentang dimanakah mereka? Seperti apakah rupa mereka? Inginkah mereka berjumpa dengannya? Sayangkah mereka padanya?
Sampai ia lelah sendiri, dengan pertanyaan yang tak kunjung mendapat jawaban itu.
Tapi hatinya pernah sekali berkata, jikalau pun mereka tidak menyayanginya itu tak mengapa. Asal ia masih memiliki tempat untuk pulang dan berlindung pun itu sudah cukup. Mengingat, bahwa suatu hari nanti ia harus pergi dari rumah agung ini.
"Waktu pernikahannya makin dekat." Doyoung di sampingnya berkata lirih, "tak terasa ya."
Iya. Kun ingin mengatakan itu. Tapi ia memilih diam.
Karena sebenarnya ia pun masih beranggapan kalau semua yang terjadi di hadapannya sekarang adalah mimpi.
Mimpi terburuk. Yang menyakitkan.
"Aku tak menyangka pernikahannya akan di langsungkan secepat ini," Kun bergerak mengganti pose tubuhnya, menjadi memeluk lutut mengikuti Doyoung.
"Sepertinya, Taeyong ingin segera menjadikan Sicheng adik iparnya. Ini rencananya bukan?"
Doyoung mengangguk.
Hari ini, wajahnya yang putih bersih tak tertutupi riasan atau makeup apapun.
"Dia sinting. Pasti dia takut Sicheng melarikan diri, dan mengingkari perjanjiannya. Mangkanya, dia mempercepat pernikahannya. Mungkin menurut otak kecilnya, semakin cepat akan semakin baik."
Doyoung mendengus. Kedua mata bulatnya memicing penuh kebencian pada kesibukan para pelayan di bawah.
"Mereka seperti sekumpulan orang bodoh. Lihatlah, betapa antusiasnya mereka." Doyoung mengunakan dagunya untuk menunjuk para pelayan itu dengan hina.
Kun di sampingnya, hanya menggeleng pelan. Tak habis pikir dengan kekesalan Doyoung yang tak jelas.
"Itu wajar Young, semua orang pun akan begitu kalau sedang mempersiapkan suatu acara agung seperti pernikahan. Nanti pun saat kau menikah semua orang di sekelilingmu juga ikut sibuk, lagipula mereka kan hanya mendapatkan perintah dari Taeyong." Jelas Kun pada si kelinci liar.
Tapi Doyoung, tetaplah Doyoung dengan kekerasan kepalanya yang mendunia.
"Kabarnya semua pelayan di rumah Alexander juga sama-sama sibuk. Cih," Doyoung menyeringai penuh ejekan, "mereka makin terlihat sama tololnya. Sibuk mempersiapkan pernikahan hasil perebutan saja bahagia. Apa mereka tidak malu?"
Doyoung melirik Kun. Setelah mengatakan itu, dia mengeratkan pelukan pada lututnya.
Kun terkesiap di buatnya. Tak menyangka bahwa kakaknya akan sebegitu kesalnya.
"Sudahlah, tak ada gunanya kau marah-marah," reda Kun.
Alih-alih menurut. Doyoung malah tetap melanjutkan demontrasinya, "kau tahu tidak? Si bodoh Taeyong itu bahkan sampai repot-repot membuatkan baju pengantinnya. Ia merancangnya sendiri dengan dalih ‘pernikahan spesial untuk adikku’. Betapa memuakkan."
Untuk hal ini Kun tak mau berkomentar.
Ia tahu, bahwa kabarnya baju yang kelak akan di kenakan oleh Sicheng dan Ten adalah rancangan terbaik Taeyong yang di ciptakan secara khusus untuk mereka sebagai hadiah spesial darinya.
Meskipun hatinya serasa di tusuk duri. Ia tetap tak mampu menghujat hal semanis dan seindah itu.
Ia hanya miris saat meratapi hidupnya sendiri. Kalau saja kenyataan belum terungkap, sudah pasti yang ada di posisi Ten saat ini adalah dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUCK AND WIN [✓]
FanfictionDamai dan indahnya kehidupan Kun tiba-tiba hancur, karena sang kakak yakni Taeyong yang bersikeras mengungkapkan kebenaran bahwa Kun bukanlah anak kandung keluarga Eliezer. Seolah singgasananya direnggut paksa Kun nyaris tak bisa bertahan melawan ke...