Tujuan awal Hendery datang ke O'LEARY tadinya hanya untuk mencicipi beberapa gelas wine sambil menikmati dentuman musik yang di harapkan bisa meredakan beban hatinya.
Tak pernah sekalipun terlintas di kepalanya untuk bertemu seseorang baru, lalu di ajak duduk berdua dan minum bersama-sama. Sejujurnya ia tak pernah suka berlagak akrab dan ramah tamah pada orang asing. Tapi seseorang yang baru ia temui sejam yang lalu ini terlalu menarik perhatian. Wajah polos dan kulit putih halusnya dirasa terlalu suci untuk berada di tempat laknat seperti klub malam ini.
Setitik rasa simpati dari hati nurani terdalamnya berbisik riuh menyuruh Hendery untuk tinggal dan menemani si Stranger mabuk. Firasatnya berkata, lebih bijak melakukan sedikit kebaikan untuk menghabiskan malam dengannya dari pada melihat Stranger suci ini di nodai pria hidung belang yang tengah berkeliaran di sekitar mereka dengan tatapan lapar.
Mendekatkan hidungnya pada wajah si Stranger Hendery mencoba mencium bau alkohol yang mulai tercium dari tubuhnya. Hendery menggeleng, toleransi si Stranger terhadap alkohol benar-benar payah. Padahal ia baru menghabiskan tiga gelas wine, segelas whiskey, dan sedikit Margarita, tapi si Stranger sudah mabuk separah ini dan mulai mengoceh tak tentu arah bahkan ia mulai menyanyikan lagu Little Star dengan lirik acak.
Hendery tersenyum geli saat melihat si Stranger terbatuk dengan suara lucu. Wajahnya merah, dengan mata terpejam. Hendery lalu mengangkat dagu si Stranger, menelisik wajahnya dan ia mendecih saat menyadari wajah mabuk di hadapannya ternyata manis juga. Menurutnya wajah si Stranger tidak seperti wajah orang-orang penghuni klub malam sepertinya. Kalau Stranger ini seorang pengelana dunia malam, Hendery pasti bisa mengenalinya dalam sekali tatapan. Ia sangat hapal seluruh klub malam yang tersebar di seluruh pelosok negeri beserta semua penghuninya. Dan selama masa berkelana itu tak pernah sekalipun Hendery melihat wajah manis ini di klub manapun.
Kemungkinan bahwa Stranger ini adalah pendatang baru sempat melintasi pikirannya, tapi ia mengerutkan alis saat sebuah kemungkinan muncul lagi bahwa mungkin saja si Stranger adalah anak baik yang tak sengaja tersesat kemari karena sebuah masalah.
Itu sering terjadi bukan di kota metropolitan? Anak baik yang meliar tiba-tiba dalam waktu semalam karena di serang masalah hidup dan mencoba menghilangkannya dengan alkohol.
Memutar bola matanya, Hendery meneguk lagi Vodka Martini-nya sambil berkata dengan sedikit berteriak karena dentuman musik menyamarkan suaranya, "Hey Stranger! Sampai kapan kau ingin disini?"
Gumaman pelan mengiang di telinganya, "Kun... Bukan Stranger!"
Mati-matian Hendery menajamkan pendengarannya untuk menangkap pernyataan orang di depannya, "Maksudmu namamu Kun? Bukan Stranger?"
Dan gumaman pelan beserta anggukan menjadi jawabannya. Melihat itu Hendery terbahak keras. Orang di depannya ini benar-benar lucu, "Kau sungguh lucu Stranger, kau mengenalkan diri dengan cara yang unik. Haduh! Perutku sakit karenamu,"
Hendery tertawa lagi tapi kini Kun malah menatapnya. Hendery pun tak tahan untuk bertanya, "Kenapa melihatku begitu? Kau ingin pulang?"
Kun menggeleng kuat, sambil kembali membenamkan wajahnya pada lipatan tangan, "Tidak mau."
"Kalau pacar atau keluargamu mencarimu bagaimana?"
Hendery berteriak lagi. Ia melirik Kun sembari berpikir mungkin saja keluarga atau pacarnya sedang kelabakan mencarinya. Karena kalau melihat dari tampangnya, Kun tidak terlihat seperti anak terlantar yang akan di masa bodoh kan kalau berkeliaran kemanapun. Hendery menyikut lengan Kun, "Hey Kun! Jawab aku. Kau tidur ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCK AND WIN [✓]
FanfictionDamai dan indahnya kehidupan Kun tiba-tiba hancur, karena sang kakak yakni Taeyong yang bersikeras mengungkapkan kebenaran bahwa Kun bukanlah anak kandung keluarga Eliezer. Seolah singgasananya direnggut paksa Kun nyaris tak bisa bertahan melawan ke...