78

144 25 13
                                    

"Oh Tuhan, kau sungguh beruntung adikku. Cara pangeran seksi itu melamarmu persis seperti kisah romantis telenovela. Apa aku melupakan sesuatu? Kau bahkan sampai menitihkan air mata. Betapa indahnya. Sayang, si berengsek Mikaylo tak bisa kuharapkan begitu. Huhuhu, malangnya aku."

Sama malangnya dengan konter marmer yang didudukinya, Doyoung masih begitu histeris dalam drama kisah cinta adiknya. Sayang sungguh sayang dia tidak dapat pangeran. Dapur ini pun, bahkan mungkin ikut mengasihaninya.

"Apa kau tahu, jika saja adik si desainer batu itu tidak akan menikah dalam waktu dekat, aku bersumpah akan membawa kau dan sang pangeran ke hadapan pendeta sekarang juga. Oh Tuhan .... ah iya! apa Johnny sudah kau beritahu?"

Seketika sikapnya berubah. Senyum haru dan tangis dramatis itu hilang sekejap berganti dengan tangan bersedekap di depan dada, memperhatikan adiknya yang mengangguk malu-malu.

"Dia orang pertama yang kuberitahu."

Sang kakak ketiga mengerutkan dahi. Ekspresi serius bak seorang ilmuwan jenius. "Apa dia tidak mengatakan apapun? Semisal, penolakan restu kepada musuh bebuyutan mungkin?"

Betapa teliti dirinya. Tapi, jika soal restu. Bahkan Tuhan pun, sudah menyaksikannya sendiri. Momen penuh perasaan di gereja. Kalian ingat bukan?

Kun, menggeleng pelan selagi tatapannya terus terarah pada lantai. Tak kuat menahan kebahagiaan dan rona di pipi yang terus berkhianat. "Tidak, dia tidak membahas soal restu. Johnny hanya berkata kalau dia akan mendoakan yang terbaik untukku dan Lucas."

Uh. Sial. Sangat sial. Setiap kali Kun menyebutkan nama itu dalam posisinya sekarang pipi dan jantungnya selalu jadi pembangkang setia. Berdegup tak tahu diri, sedang pipinya panas seperti disentuh api.

Iya. Yang ini termasuk api asmara. Geloranya membakarmu hingga lemas tak berdaya.

"Kenapa sangat klise? Oh tidak, maksudku kenapa singa itu bisa begitu baik hati pada kalian berdua. Sedangkan padaku? Ya ampun, semesta seolah punya dendam pribadi pada kehidupan asmaraku. Hanya karena sering bercinta tanpa pengaman bukan berarti aku bisa dibenci. Kau setuju kan, Nathaniel?"

Tersentak. Jaemin baru saja berniat melakukan amal, apabila Doyoung tidak menyertakannya kedalam pembahasan penuh intimidasi cinta ini. Tapi, lagi-lagi kelinci liar memang sedikit sulit untuk dibodohi. Dan keberuntungan sedang jijik kepadanya.

"Aku berada pada garis limapuluh-limapuluh. Sebagai pribadi yang paling waras di dapur ini, aku selalu menekankan pada diriku untuk menghindari segala bentuk kenakalan dan keliaran masa muda. Kalau kasusmu dengan si Mikaylo aku tidak mau berkomentar. Kalian punya otak yang sama hanya berbeda tempurung kepalanya saja. Aku tak heran kalau Johnny berniat menghabisi kalian berdua. Tapi, kalau soal restu pada si pangeran, jujur saja aku sangat terkejut. Sebagai yang menyaksikan sengitnya permusuhan di antara keduanya aku merinding membayangkan Johnny mendoakan kelancaran Lucas agar bisa segera mempersunting adiknya. Keajaiban Tuhan memang tak bisa diterka ya."

Si koki meringis setelahnya. Doyoung kembali meraih selembar tisu, untuk menghapus air mata bahagia. Dan Kun, masih menunduk tersipu-sipu senang.

Lalu, bagaimana dengan cincin yang tersemat di jari manis? Oh, Kun tak kuat menatapnya lama-lama. Berlian-berlian mungil itu seakan tak berhenti menggodanya.

"Aku masih tak percaya kau sudah dilamar. Ya ampun, apa sebesar itu kebencian semesta padaku? Aku sampai dilangkahi menikah dua kali."

Jaemin mendengus keras. Jengkel teramat sangat. "Jangan berlebihan, Young. Setidaknya, kau ambil sisi positifnya saja. Dengan kecepatan tinggi begini, pangeran Dominic pujaan semua orang itu sudah menyelamatkan Kun dari resiko tertegun menyedihkan melihat pernikahan Ten dan si Alexander sialan. Apa kau tidak menyadarinya?"

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang