23

237 40 46
                                    

Ketika langit malam telah kembali merajai, Taeyong seakan tak pernah lelah untuk menatapnya meski satu senja yang panjang sudah ia lalui.

Rasanya masih belum cukup juga kepuasannya untuk menikmati semua keindahan yang di goreskan cakrawala.

Ia begitu tenggelam untuk merasakan setiap rasa mendalam yang tertinggal di hatinya. Matanya tak henti bergerak menyusuri segala yang tersaji di hadapan.

Sejenak benaknya kembali mempersembahkan sebuah ingatan yang tengah menguasai.

Tujuan awalnya ia kemari, yang kadang masih ia tanyakan sendiri.

Apakah semua langkah yang telah ia ambil merupakan suatu yang benar?

Tidakkah ini akan membawanya kedalam sebuah kehancuran?

Kesempurnaan yang selalu dijunjungnya, akankah memberinya sebuah keselamatan?

Akankah kesempurnaan itu bisa ia raih?

Mungkinkah jika ia akan kalah lalu berakhir berlutut karena penyesalan?

Jika sampai itu terjadi, adakah seseorang yang akan membantunya bangkit lagi?

Adakah seorang yang tetap sedia berada di sisi, menepuk punggungnya lalu memberinya pelukan hangat untuk menyemangati diri?

Cukup sampai titik ini, diri yang sesungguhnya lemah itu hampir menitihkan air mata, dengan ketakutan yang memenuhi hati.

Taeyong menghela nafas.
Ia menguatkan dirinya lagi. Meyakinkan bahwa yang di lakukannya adalah kebenaran demi nama baik keluarga.

Apa yang di ajarkan ayahnya dahulu, tentang kesempurnaan yang mengharumkan nama Eliezer, juga tentang pemilihan siapa yang pantas masuk ke dalam keluarga mereka masih Taeyong ingat dengan pekat.

Jadi seharusnya, takkan ada kesalahan kalau sudah melangkah sampai sejauh ini.

"Jadi, kapan kau akan kesana?"

Taeyong mengembalikan perhatiannya pada seorang pria di sampingnya. Ia kemudian tertunduk, seolah sedang kebingungan mencari jawaban.

"Jika kau ragu, kau bisa berhenti sekarang. Sebelum semuanya berjalan makin jauh."

Suara lembutnya mengalun bersatu bersama semilir angin malam.

Ada aroma mint yang menguar menyentuh inderanya dengan lembut saat pria itu berucap. Aroma yang di keluarkan olehnya saat berbicara dan bernafas terasa begitu membuai bagi Taeyong.

Walau telah mengenalnya untuk waktu yang lama, tak di pungkiri ia masih ternganga dan terseret jatuh oleh pesonanya.

Pria Jepang dambaannya. Mata-mata pribadinya. Cinta terdahsyatnya. Cinta rahasianya. Candunya. Yuta Nakamoto.

"Aku tidak akan mundur. Semua ini akan tetap ku lakukan, sudah seharusnya bukan?"

Akibat terlalu kuatnya rasa yang ia genggam, tanpa perlu melihat pun Taeyong sudah tahu kalau Yuta kini tengah menatapnya dengan tatapan tajam, tatapan yang selamanya akan ia puja karena sanggup menaklukkan hatinya.

"Taeyong, ada beberapa hal yang tidak seharusnya kita ketahui. Jika itu malah membawa kita kedalam sebuah kesengsaraan, duka, dan kehancuran bertahan sebentar dalam sebuah drama palsu akan terasa lebih baik. Kita takkan hidup untuk selamanya, tak perlu menyiksa dirimu dengan menjunjung tinggi nilai kesempurnaan jika itu malah menghapuskan kebahagiaanmu."

Taeyong memejamkan matanya. Takkan ada yang tahu, jika saat nafasnya berhembus perlahan hatinya tengah menjerit meneriakkan pada angin andai saja nasihat bijak itu di terimanya dalam sebuah status yang berbeda.

LUCK AND WIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang